Kaina mengukir senyuman melihat masakannya sudah tertata rapi di meja makan. Semalam Jonathan bilang rindu dengan masakannya, jadilah ia berinsiatif setelah pulang kuliah langsung pergi ke appartemen untuk memasak, dalam rangka menyambut kedatangan pria itu.
Selesai dengan urusan dapur, Kaina ganti mengurus dirinya. Ia memilih mandi karena baunya badannya sudah tak karuan. Mulai dari asap kendaraan, debu, polusi, mau matahari tambah asap masakan bercampur jadi satu. Mana mungkin ia menyambut Jonathan dengan keadaan begitu.
Tak memakan waktu lama untuk mandi, sekarang Kaina mematut diri di depan cermin. Tidak berlebihan juga, hanya bedak tipis dan sedikit liptint, yang penting tidak terlalu pucat. Untung tadi sengaja juga membawa baju dari kos, jadi tak perlu memakai baju kedodoran Jonathan.
"Kok jadi gak tenang gini? Apa iya aku nervous?" gumam Kaina sembari memegangi dadanya, kemudian ia menggeleng kuat menampik omong kosong itu.
"Ah gak! Ngapain nervous, orang udah sering juga ketemu Mas Jo."
Kaina lantas keluar kamar dan duduk di sofa depan televisi. Sesekali melirik jam dinding yang seakan tak bergerak jarumnya. Kenapa lama sekali?
Tok tok tok..
Ekspresi Kaina langsung sumringah mendengar ketukan pintu tersebut. Dengan semangat 45 ia berlari untuk membukanya.
"Mas- eh Mas?" ujar Kaina setengah terkejut karena bukan Jonathan yang didapati didepan pintu, melainkan seorang laki-laki berseragam petugas kebersihan.
Laki-laki itu setengah menahan tawa, melihat Kaina se-ekspresif itu menyambutnya. "Maaf Mbak. Ini kamarnya Pak Jonathan ya?"
Kaina mengangguk dan tersenyum canggung untuk menutupi rasa malunya yang sudah sampai ubun-ubun. "Iya Mas, betul. Tapi orangnya lagi perjalanan dinas ke Bali dan belum pulang."
"Kalau begitu saya titip ini saja Mbak," Laki-laki itu menyerahkan sebuah amplop putih pada Kaina. "Itu jumlah iuran kebersihan dan keamanan bulan ini."
"Oh iya, nanti saya sampaikan kalau orangnya sudah pulang."
"Terimakasih Mbak. Kalau begitu saya permisi." pamitnya.
"Iya Mas."
Kaina kembali menutup pintu setelah laki-laki itu pergi. Ia menghembuskan napas sambil melihat amplop putih ditangannya. Memang ya kalau senang itu tidak boleh berlebihan.
"Ngapain juga sih di bukain? Kalo Mas Jo kan pasti langsung masukin pin. Ngapain juga pake ketok-ketok!" rutuknya pada diri sendiri.
Akhirnya Kaina kembali pada posisi semula. Ia mengambil ponsel dan memilih berselancar di sosial media. Semangatnya mendadak hilang setelah mendapat kekecewaan barusan.
Tit.. Tit.. Tit.. Tit..
Klik!
Pintu terbuka dan kali ini sungguh menampakkan Jonathan dengan kemeja kotak-kotak berbahan flanel, sambil membawa koper dan tas ransel berukuran sedang.
"Saya pulang, Na!" ujarnya.
Kaina meletakkan ponsel kemudian menghampiri Jonathan dengan wajah lesu. "Mas.." rengeknya sebelum menghambur kedalam pelukan pria itu.
Jonathan balas memeluk Kaina erat, menghirup dalam-dalam aroma tubuh gadisnya. Ia sangat rindu. "Kamu wangi banget, habis mandi?"
"Iya. Aku juga masak buat Mas." gumamnya.
"Tunggu," Jonathan menyadari Kaina tidak seperti biasanya. "Kenapa gak semangat gitu? Gak suka saya pulang?"
Kaina menggeleng pelan dan melepas pelukan mereka. "Bukan gitu. Tadi aku udah semangat banget, taunya salah orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LECTURER - Mr.Jo
Hayran KurguBermula dari pertemuan tidak sengaja hingga membuat mereka terjebak dalam rumitnya hubungan beda usia. Siapa sangka, seorang pria yang Kaina temui di bar adalah dosennya. Sebab pertemuan yang intens, membuat mereka saling terbiasa satu sama lain. H...