Bab 26 - Keputusan Kaina

1.1K 126 1
                                    

Jonathan menghembuskan asap rokok ke udara sehingga menyatu dengan dinginnya angin malam. Tubuhnya bersandar pada pembatas balkon dan pandangannya menyebar pada kelap-kelip lampu gedung lain.

Sudah menghembuskan napas berat untuk yang kesekian kali, tapi tetap saja tidak bisa meringankan bebannya. Saat ini harusnya ia menemani Harsa di alam mimpi namun apa daya otaknya terlalu sibuk memikirkan Kaina.

Bagaimana keadaannya sekarang ia tak tau. Sudah beberapa hari semenjak kejadian itu, Jonathan mati-matian menahan hasrat untuk menemui Kaina. Ia tidak mau mengganggu gadis itu yang sedang memikirkan keputusannya.

Ia hanya bersiap untuk menerima keputusan terburuk dari Kaina. Kini setelah tau semuanya, keputusan Kaina hanya ada dua antara menerima keberadaan Harsa atau tidak.

"Dad?"

"Daddy?"

Jonathan sontak menoleh mendengar panggilan tersebut. Ternyata Harsa terbangun dan mengintipnya diambang pintu balkon. Cepat-cepat ia mematikan rokoknya kemudian menghampiri bocah itu. "Kenapa bangun, honey?"

"Aku pengen pipis."

"Ayo daddy anter." Jonathan hanya mengantar sampai depan kamar mandi. Menurutnya Harsa sudah cukup mandiri untuk hal-hal semacam ini berkat didikan Lyra.

Tak lama setelah terdengar gemercik air, Harsa keluar dari kamar mandi. Jonathan pun mengangkat tubuh mungil bocah itu kedalam gendongan dan kembali membawanya pada tempat tidur.

"Daddy gak tidur?" tanya Harsa dengan mata setengah terpejam.

"Belum. Daddy baru selesai kerja terus cari angin diluar tadi." Terpaksa Jonathan berbohong karena Harsa terlalu kecil untuk tau masalahnya. "Tidur lagi ya, daddy temenin."

"Iya dad." Harsa mulai memejamkan mata. Posisinya semakin nyaman karena Jonathan memeluknya dari samping.

Jonathan merasa kasihan dengan takdir Harsa disaat seperti ini. Tengah malam yang dingin, harusnya ia merasakan kehangatan tidur diantara daddy dan mommy nya seperti impian kebanyakan bocah. Namun sekarang ia hanya bisa memilih antara tidur dengannya atau dengan Lyra, sebagai ibu asuh nya.

Jonathan tau, kebahagiaan Harsa seakan semu. Banyak pertanyaan yang timbul dalam batinnya meskipun tak pernah ada satupun yang terucap. Terlebih, tentang mengapa ia harus memilih menghabiskan weekend dengan mommy atau daddy, padahal  yang lain bisa bersama keduanya.

***

Seperti biasa, Jonathan datang ke kampus agak siangan. Ia juga memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Semuanya berjalan lumrah seperti biasa, hanya saja komunikasi dengan Kaina yang berbeda.

Dari tempat Jonathan berdiri, dapat terlihat Kaina berjalan di kejauhan. Tangan kirinya menggulir ponsel sedangkan tangan kanannya menyodorkan sekotak susu rasa coklat pada mulutnya. Membuat Jonathan menghela napas karena lagi-lagi Kaina melewatkan sarapan.

Jonathan masuk kedalam ruangan ketika Kaina sudah menghilang dari jangkauan pandang. Karena jam mengajarnya masih satu jam lagi, jadi sekarang ia bisa bersantai sambil mengecek email yang masuk.

Tok tok tok!

"Masuk!" sahut Jonathan cuek seakan tau kalau itu adalah mahasiswanya.

Cklek!

Terdengar suara pintu dibuka lalu kembali ditutup, namun tak ada suara lagi setelahnya. Hal itu membuat Jonathan langsung mengalihkan pandangan dari tablet karena merasa aneh.

"Kaina?" Jonathan yang sangat terkejut lantas berdiri. Ia maju kedepan meja sehingga berhadapan dengan Kaina yang menatapnya datar.

"Kamu nyaman sama kondisi kita sekarang, Mas?" tanya Kaina to the point. Ini bukan pidato jadi menurutnya tak perlu salam pembuka.

"Kamu nyaman karena gak ketemu aku sama sekali?" cecarnya.

Jonathan menggeleng sembari maju beberapa langkah. Ia meraih pundak Kaina untuk menenangkan dan syukurnya Kaina tak menolak. "Bukan begitu—"

"Aku nunggu kamu dateng buat minta maaf lagi dan mau memperbaiki semuanya. Meyakinkan aku kalo semua akan baik-baik aja dan cari solusi bareng-bareng buat permasalahan kita. Tapi apa Mas? Kamu bener-bener gak dateng sama sekali. Kamu biarin aku terus bertanding sama isi pikiran aku sendiri. Kamu bahkan gak peduli kalo seandainya aku ngambil keputusan buat selesai." cerocos Kaina dengan ekspresi yang masih sama, datar.

Jonathan menghembuskan nafas. Ternyata memang benar kalau kunci sebuah hubungan adalah komunikasi. Lihat saja, ketika mereka tak berkomunikasi Kaina jadi salah paham. Padahal Jonathan juga ingin menemuinya.

"Saya bukannya gak mau mempertahankan kamu tapi saya cukup sadar diri, saya pembohong di depan kamu. Rasanya gak pantes kalo saya yang udah bikin kamu sakit hati terus mohon-mohon agar kamu memaklumi kebohongan saya. Itu sama saja menyiksa diri kamu."

"Pada intinya kamu gak mau berusaha, Mas. Kamu hanya pasrah pada sesuatu yang udah kamu rusak tanpa ada niat buat memperbaikinya. Memang sesuatu yang rusak gak akan bisa kembali semula, tapi setidaknya kamu bisa mencari solusi buat memperbaikinya, Mas."

Jonathan mengangguk, memang benar apa yang diucapkan Kaina. Ia hanya pasrah karena berada di dua pilihan yang sulit, antara anak dan perempuan yang ia cintai.

"Solusi apa yang bisa saya ambil kalau semua keputusan bergantung di tangan kamu? Kamu sudah tau semua, artinya pilihannya cuma dua, menerima atau mengakhiri. Saya gak bisa bersikeras kalau memang kamu gak bisa menerima dia."

Kaina memikirkan itu meskipun sebenarnya sudah punya keputusan. Ia memang tidak terima dibohongi namun ketika tau kebohongan Jonathan hanya untuk mempertahankannya, ia jadi berpikir ulang.

"Aku mau kenalan sama dia. Bawa aku ketemu dia." putus Kaina dengan yakin.

Jonathan menatap tak percaya pada keputusan yang diambil Kaina. Tetapi Kaina mengangguk untuk meyakinkan bahwa pilihannya benar. Ia tidak sedang mabuk ketika mengatakan itu.

Baginya setiap orang punya kesempatan kedua. Lagi pula, selama ini Jonathan memperlakukannya dengan baik. Tak adil rasanya kalau hanya dengan satu kebohongan, semua kebaikannya hilang begitu saja.

Dan pada intinya, Kaina masih membutuhkan Jonathan sebagai orang yang dia cintai dan orang yang mencintainya.

***

Flashback

Kaina mengundang Lyra ke cafe nya ketika Harsa sedang sekolah. Ia ingin bercerita dan menanyakan banyak hal perihal Jonathan. Meskipun sebelumnya Lyra juga menutupi fakta tentang Harsa, tapi hingga saat ini dialah orang yang bisa dipercaya.

"Mbak sama jahatnya sama dia, nutupin semuanya dari aku." ujar Kaina.

Hatinya sangat sakit menerima dua fakta pahit sekaligus. Dibohongi Jonathan dan Jonathan sudah memiliki anak dari perempuan lain.

Lyra mengangguki ujaran yang lebih mirip makian tersebut. "Jonathan temen Mbak dan kamu juga Mbak anggep kaya adek sendiri. Kalian udah saling mencintai, jadi Mbak pikir biarin kalian melewati semuanya sendiri."

"Aku merasa bukan apa-apa di hidup dia, Mbak. Harsa bagian paling penting dihidupnya tapi aku gak tau sedikitpun. Padahal aku selalu cerita tentang hidup aku sama dia, sekecil apapun itu."

"Menurut Mbak gak ada yang salah diantara kalian. Wajar kalo kamu marah karena dia menyembunyikan statusnya. Tapi juga wajar kalo Jonathan menyembunyikan Harsa untuk saat ini." Lyra menggantung kalimatnya, membuat Kaina semakin penasaran.

"Sejak umur Harsa menginjak dua tahun, Jonathan coba memulai hubungan dengan perempuan. Biar bagaimanapun dia butuh sosok ibu buat Harsa karena Olive gak bisa diharapkan. Dia adalah perempuan penuh ambisi yang gak akan berhenti sebelum mendapat apa yang dia mau. Balik lagi ke Jonathan, terhitung dua kali dia suka sama perempuan tapi dua-duanya gak bisa menerima Harsa. Jadi dia memutuskan untuk berhenti cukup lama dan akhirnya ketemu kamu. Dia cuma gak pengen kehilangan kamu, makanya menutupi statusnya." lanjut Lyra.

"Tapi dia gak sadar kalo dengan itu, aku tersakiti. Dia bisa juga kehilangan aku sekarang."

"Setidaknya, dia bisa sedikit lebih lama ngerasain cinta dan dicintai perempuan, kan? Mbak kenal banget sama dia, Na. Dia bukan pria brengsek, dia mampu bertanggungjawab sama keputusannya. Mbak bilang gini bukan buat ngeracuni kamu, tapi buat pertimbangan aja. Keputusan sepenuhnya ada ditangan kamu. Dan kalo kamu juga gak bisa menerima, anggep aja itu karma buat dia karna udah hamilin anak orang."

OUR LECTURER - Mr.JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang