Hari libur yang dinanti Kaina akhirnya datang juga. Perempuan itu memakai dress lengan pendek warna biru motif bunga-bunga kecil yang dibelikan Jonathan dari Bali. Rambutnya dikepang menyamping sehingga menambah kesan feminim dalam dirinya.
Kaina terlihat sangat cantik, bahkan Jonathan tidak bosan untuk memujinya meskipun sudah berkali-kali. Jonathan juga sering menciumi pipi Kaina karena gemas dengan perempuan itu.
Astaga, daun muda benar-benar membuatnya mabuk kepayang.
"Kamu makannya apa sih, Na? Kok bisa cantik banget." tanya Jonathan sambil mendusel kearah Kaina. Pria itu enggan sekali menjauhkan tubuh besarnya.
"Geli Mas, rambut kamu." Kaina terkikik karena merasa tergelitik dengan rambut Jonathan yang mengenai lehernya. "Aku ya makan nasi. Mau apa lagi? Masa makan kembang."
"Kamu tau gak cara manggil bidadari di langit?"
Kaina mengerutkan dahi mendengar pertanyaan random Jonathan. "Mana aku tau. Emang kenapa?"
"Cuma mau bilangin sih, ini temennya ketinggalan satu."
Pipi Kaina terasa panas dan senyumannya tidak bisa ditahan lagi mendengar gombalan Jonathan. Siapa sangka kalau pria itu akan melontarkan gombalan receh seperti bocah abege yang sedang dimabuk cinta.
"Kamu ada niat bunuh aku, Mas?"
Jonathan mendongak dan kebingungan. "Hah? Kenapa? Gak kok!"
"Tiap omongan yang keluar dari bibir kamu, bikin aku sesek napas!"
"Sini, saya kasih napas buatan!" Jonathan langsung menarik tengkuk Kaina dan melumat bibirnya dengan lembut namun penuh tuntutan. Kaina pun membalas dengan tak kalah menuntut hingga membuat Jonathan kalap. Jonathan terus mencecap rasa manis bibir Kaina, hingga tak mempedulikan pasokan oksigen mereka.
Akhirnya, Kaina mendorong dada Jonathan. Mereka saling pandang dengan napas terengah. "Gimana? Udah bisa napas sekarang?" Jonathan mengerling nakal.
"Niat banget bikin aku sesek napas beneran!" protes Kaina.
"Habisnya kamu cantik banget, saya jadi gemes."
Lagi-lagi pipi Kaina memanas meskipun sudah puluhan kali Jonathan mengatakan itu. "Kamu berlebihan tau, Mas. Diluaran sana banyak perempuan yang lebih cantik daripada aku."
"Emang."
"Jadi, aku kalah cantik sama perempuan diluaran sana?!"
Jonathan terkekeh kemudian menarik hidung Kaina. "Kamu sendiri yang bilang, giliran di iyain marah."
"Setidaknya jangan jujur-jujur jadi orang!" kesal Kaina. Dengan susah payah, perempuan itu menjauhkan tubuh Jonathan. "Ayo berangkat sekarang!"
Jonathan menggeleng disertai raut wajah ketidak relaan. "Nanti kalo ada Harsa, kamu gak mau saya pegang."
"Ya iya dong, Mas. Emang kamu mau Harsa tanya yang macem-macem?"
Tiba-tiba sebuah ide gila terlintas di pikiran Jonathan. "Apa kita kasih tau dia aja, biar gak tanya macem-macem?"
"Jangan lah, kasian dia belom waktunya. Dia pasti bingung karna punya ibu kandung, ibu asuh dan sekarang daddy nya punya pacar. Emang kamu tega? Disaat anak seusianya mikir mainan baru, dia malah mikir identitas dirinya."
Jonathan menghela napas pasrah. Betul ucapan Kaina, Harsa masih terlalu kecil. Jonathan tidak boleh egois menuntut Harsa untuk mengerti kerumitan hidupnya.
Jonathan lega karena Kaina mampu bersikap dewasa ketika dirinya sedang dalam mode seperti bocah. Meskipun sejatinya dia adalah pria dewasa, namun tetap saja ada satu sisi kekanakan yang melekat dalam dirinya ketika menemukan orang yang membuatnya nyaman.
"Makasih ya, Na. Udah mikirin Harsa juga. Saya tau kok sebenernya kamu juga pengen Harsa ngerti siapa kamu."
Kaina mengangguk dan membelai pipi Jonathan. "Karna aku tau gimana rasanya ketika Papa nemu pengganti Mama. Sakit banget, bahkan waktu itu aku sempat merasa asing sama Papa. Padahal pacar Papa saat itu orangnya baik, tapi tetep aja aku gak suka ngeliat dia berduaan sama Papa. Aku ngerasa dikhianati sebagai seorang anak."
Kaina tersenyum kecut. Kepingan penderitaan di masa kecil itu tak akan pernah hilang dari ingatannya. "Sampe sekarang aku masih bingung, apa alesan Papa ninggalin aku gitu aja. Apa perempuan itu yang nyuruh atau Papa udah muak sama aku, karena gak mau nerima perempuan baik itu. Tapi apapun alasannya, harusnya Papa gak gitu. Aku anaknya, aku cuma punya dia di dunia ini."
Jonathan merengkuh tubuh kecil Kaina karena mata perempuan itu berair. Beberapa kali Jonathan mendaratkan kecupan ringan dikepala Kaina.
"Makasih, kamu udah bertahan sejauh ini di dunia. Kalo kamu memilih menyerah, pasti kita gak kan ketemu. Sekarang kamu punya saya kok. Saya akan jagain kamu di dunia ini."
Kaina mengangguk-anggukkan kepala. Ucapan Jonathan sedikit memberi rasa lega pada hatinya. "Makasih, Mas."
Jonathan mengecup dahi Kaina sambil memejamkan mata. Menikmati kasih sayang diantara mereka melalui setiap sentuhan.
"Udah ah Mas! Mau liburan kenapa jadi mellow begini." ujar Kaina.
Jonathan membalasnya dengan senyuman. "Ayo berangkat sekarang."
Pria itu membawa tas Kaina keluar, sementara Kaina harus mengunci pintu kos nya dahulu. "Untung gak ada orang. Kalo ada pasti orangnya curiga ngeliat kita didalem lama banget." celetuk Kaina.
"Biarin aja, orang kita didalem gak ngapa-ngapain."
"Gak ngapa-ngapain?" Kaina menaikkan sebelah alisnya sembari menatap Jonathan penuh arti. Dia lupa kalau mereka saling melumat?
"Hehe.. cuma dikit, Na." Jonathan merangkul pundak Kaina dan membawanya berjalan menuju ke mobil.
Tapi baru sampai didepan pagar, mereka berpapasan dengan Sekar yang baru saja datang menggunakan pakaian olahraga. Sekar tampak meneliti penampilan mereka. Tak biasanya Kaina memakai dress.
"Kalian mau periksa hamil?" tebak Sekar.
Kaina hendak membuka mulut tapi Jonathan lebih dulu meremas pundaknya. "Iya, Kaina muntah-muntah terus dari kemaren." sahut Jonathan.
Sekar mendelik tak percaya. "Hah? Serius?! Kamu beneran hamil to, Na?"
Bukannya menjawab Kaina malah terkekeh. Melihat bagaimana ekspresi Sekar membuatnya ingin mengerjai perempuan itu juga. "Iya, Kar. Doain sehat-sehat ya bayi nya."
"Gila kamu! Kok bisa hamil di luar nikah?!"
Kaina mendekat kearah telinga Sekar. "Pak Jo lupa nyabut waktu itu." bisiknya.
"Hah?!" Sekar semakin menganga lebar mendengar ucapan Kaina. Ia menatap Jonathan dengan pikiran kotornya yang bekerja.
"Kaina gila!" teriak Sekar kemudian berlari meninggalkan Kaina dan Jonathan. Gila-gila, dua orang itu sudah gila!
Kaina dan Jonathan saling pandang kemudian tertawa lepas melihat tingkah Sekar. "Temen kamu satu itu agak lain ya, Na."
"Agak gila emang, Mas. Liat orang pake dress aja langsung mikir hamil."
"Emang kamu tadi bisikin dia apa? Sampe bikin dia histeris gitu."
"Bukan apa-apa." jawab Kaina, kemudian pergi meninggalkan Jonathan. Jangan sampai Jonathan tau kalau dia tidak polos.
"Kasih tau dong!" Jonathan mencolek pinggang Kaina, membuatnya menggeliat geli.
"Jangan kepo deh, Mas! Urusan perempuan." putus Kaina kemudian masuk kedalam mobil. Kalau diladeni yang ada Jonathan makin terpancing nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LECTURER - Mr.Jo
FanfictionBermula dari pertemuan tidak sengaja hingga membuat mereka terjebak dalam rumitnya hubungan beda usia. Siapa sangka, seorang pria yang Kaina temui di bar adalah dosennya. Sebab pertemuan yang intens, membuat mereka saling terbiasa satu sama lain. H...