Kaina menghampiri ketiga temannya yang terlihat duduk lesehan di salah satu gazebo depan perpustakaan. Sangat nyata kegiatan mereka adalah kerja kelompok. Melviano yang kerja, Lena dan Keyla yang berkelompok.
"Sorry telat." ujar Kaina yang baru saja bergabung. Ia melirik laptop di pangkuan Melviano. "Udah sampe mana?"
"Sampe mau nyerah." jawabnya datar tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.
Kaina mendesis lalu menatap Lena dan Keyla. "Aku dapet bagian apa nih?"
"Bikin kata pengantar, pendahuluan sama penutup bisa gak?" tanya Lena.
"Bisa."
"Oke, lo bikin itu. Gue sama Melviano yang cari materi, si Keyla edit makalah sama bikin ppt."
Melviano menatap Lena sengit. "Lo cari materi tapi kaya cari ribut sama gue, Len. Daritadi cuma gue yang kerja disini!"
"Gue udah ada materi nya!" ngegas Lena tak terima. "Gue kirim sekarang deh ke lo."
Sementara Keyla masih setia menscroll ponselnya. "Kalian semua gak ada niat liburan? Gue suntup banget."
"Biasa aja sih gue, tapi kalo mau liburan gas!" ujar Lena.
"Aku ikut!" sahut Kaina. Sudah lama juga ia tak pergi liburan. Selama ini hidupnya hanya sebatas kuliah dan kerja.
"Ajak yang laen juga, biar rame." usul Melviano disela kegiatannya.
Keyla mendengus sebal. "Mana ada yang mau? Yang ada gue dikacangin kalo ngajak di grup kelas. Udah lah, berempat aja."
Tak bisa dipungkiri kelas mereka juga menerapkan prinsip hidup mahasiswa, memilih dalam berteman. Selagi kamu bukan circle nya, ucapanmu adalah sampah.
"Berempat aja dan gue cowo sendiri. Kesannya gue adalah bapak yang bawa liburan tiga anak perawannya!"
"Gue ajak cowo gue deh, biar lo ada temen."
Lena juga mengangguk setuju. "Gue bawa cowo gue sekalian. Biar pas tiga-tiga."
"Aku gak boleh bawa cowo juga?" tanya Kaina yang langsung mendapat lirikan tajam Melviano.
"Mana ada cowo lo?"
"Ada ya!" sungut Kaina tak terima diejek begitu.
"Bawa kesini sekarang juga kalo ada!"
"Y-ya gak bisa, dia lagi sibuk."
Melviano tetap menggeleng tak percaya. "Udah deh, lo sama gue."
Lantas Melviano melihat kearah Keyla dan Lena. "Ya udah gue mau. Atur aja tempat sama tanggalnya."
"Oke!" seru Keyla penuh semangat.
Kemudian bocah itu lanjut berkutat dengan ponselnya mencari tempat-tempat liburan bertema alam yang menarik untuk dikunjungi. Tugasnya adalah finishing jadi tak masalah kalau mengerjakan mepet jam mata kuliah berikutnya.
***
Selesai mata kuliah terakhir, Kaina memilih untuk langsung pulang ke kosan. Ia pulang sendiri karena Jonathan masih ada urusan dengan Dekan, jadi belum bisa pulang sekarang.
"Kar!" panggil Kaina ketika melihat penghuni sebelah kamarnya.
"Woi!"
Kaina menghampiri Sekar yang tengah membuka pintu kos nya sendiri. "Tumben keliatan. Udah pulang apa mau berangkat?"
"Loh tiap hari aku keliatan lo, Na. Kalo ndak keliatan yo buta to. Udah pulang aku, dosen ku ndak ada jadi kelasnya kosong." jawab Sekar dengan logatnya yang medok.
"Oh.." Beo Kaina. "Kita lama banget gak ketemu padahal kamar sebelahan."
Sekar nyengir sebelum menjawab. "Gimana mau ketemu wong hidup kita aja kebalikan. Kamu kuliah pagi kerja malem, aku kerja pagi kuliah malem."
Sekar adalah satu-satunya orang yang dekat dengan Kaina di kosan ini. Berawal dari sering berbagi informasi mengenai hal dikampus, keduanya menjadi kenal satu sama lain. Namun sejak Kaina bekerja di bar, mereka jadi jarang bertemu.
"Sini masuk! Kerjamu masih nanti malem to?"
Kaina mengangguk kemudian ikut masuk kedalam kamar sekar. Tanpa basa-basi ia langsung merebahkan diri di kasur. "Masih kerja di cafe itu Kar?"
"Masih, bos ku baik jadi aku yo betah-betah aja. Kamu masih di bar to?"
"Masih sih, tapi beberapa hari lagi mau resign."
Sekar tak kaget karena sebelumnya Kaina sudah pernah memberitahukan hal itu. "Berarti tabunganmu udah cukup buat buka usaha?"
"Cukup kalo tempatnya masih nyewa. Kalo buat beli belum ada."
"Kamu jadi buka cafe to?"
"Jadi, pake konsep american yang pernah kita omongin dulu."
Tiba-tiba Sekar menatap Kaina dengan serius. "Jadiin aku karyawan pertama mu! Awas aja kalo ndak, tak obrak-abrik cafe mu!"
Kaina malah terkekeh. "Katanya bos kamu baik, kenapa mau ikut aku?"
"Sebaik-baiknya bos adalah temen sendiri Na." ujarnya sungguh-sungguh.
"Kalo gitu kenapa gak jadi partner aja?"
"Partner dalam artian kaya gimana maksudmu?"
"Kamu kan pinter ngotak-atik resep makanan. Nah nanti aku sebagai penyedia modal, sementara kamu yang bertanggungjawab sama menu disana. Jadi aku menyediakan tempat, perabotan, dll. Sedangkan kamu penyedia resep makanan dan minuman. Kamu bebas mau ngasih menu apapun asal gak melenceng dari tema cafe kita."
"Terus bahan-bahan dari aku?"
Kaina menggeleng. "Gak, bahan dari aku karena itu masuk ke modal itungannya. Misal sehari kamu bikin sepuluh porsi untuk tiap menu dan ada beberapa yang gak abis, itu jadi resiko aku. Intinya kamu di cafe itu sebagai chef dan tiap bulannya aku kasih gaji tetap. Aku kasih bonus juga deh kalo cafe nya rame."
"Berarti aku sebagai chef sama melayani pelanggan yo disana?"
"Gak, Kar. Kita kan partner, jadi kamu bisa ngawasi sistem nya cafe udah berjalan semestinya apa belom. Nanti kita cari karyawan yang buat melayani pelanggan sama bersih-bersih. Aku bakal dateng sesekali buat bantu-bantu. Tapi gak bisa setiap saat, soalnya aku lagi pengen fokus kuliah. Akademik ku kurang."
Sekar berpikir sejenak kemudian menjabat tangan Kaina. "Deal!"
"Tapi, Na. Aku ndak tau cafe-cafe di Amerika itu menyediakan menu apa aja. Aku belum pernah kesana."
"Besok aku tanyain. Aku ada kenalan orang Amerika." ujar Kaina dengan senyum penuh arti.
Sekar menaikkan sebelah alis karena setahunya Kaina tidak kenal banyak orang disini. "Siapa?"
"Kamu sering ngikutin gosip kampus?"
"Banget! Malah aku kandidat admin selanjutnya." jawab Sekar dengan tampang bangga.
"Tau Pak Jonathan dosen baru mata kuliah ilmu hukum?"
Sekar mengangguk antusias. "Tau, tau! Yang orangnya ganteng, tinggi, berwibawa itu to? Dia ngajar mata kuliah Bahasa Inggris di jurusanku. Kata kating, dia pacaran sama Bu Nina dosen hukum tau."
"Mana ada!" sahut Kaina tak terima. "Dia pacaran sama aku!"
"Bwahahaha!" Sekar terbahak hingga tenggorokannya kelihatan. "Jadi selama iki kamu naksir orang e? Sampe ngehalu gitu."
Kaina berdecak tak suka. "Beneran Kar! Tapi belum lama sih pacarannya."
"Mana buktinya?"
Kaina membuka room chat dengan Jonathan kemudian menunjukkannya pada Sekar, membuat perempuan berdarah Jawa itu menganga tak percaya. "Na, serius to?"
"Serius Kar! Buat apa juga aku boong masalah beginian."
"Bukannya dia baru ngajar di kelasmu? Kok langsung pacaran, apa cinta pandangan pertama?"
"Bukan sih. Sebelum dia ngajar dikelas aku, kita udah kenal. Ketemu di—bar."
"WHAT? JADI DIA SUKA KE BAR?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LECTURER - Mr.Jo
FanficBermula dari pertemuan tidak sengaja hingga membuat mereka terjebak dalam rumitnya hubungan beda usia. Siapa sangka, seorang pria yang Kaina temui di bar adalah dosennya. Sebab pertemuan yang intens, membuat mereka saling terbiasa satu sama lain. H...