Jonathan memarkirkan mobilnya di depan Kaelz. Ia tau masih ada orang didalam meskipun cafe sudah tutup, karena lampu masih menyala. Sehingga tanpa pikir panjang ia langsung masuk begitu saja.
Kaina mendongak melihat pergerakan pintu. Ketika tau yang datang Jonathan, ia langsung memalingkan muka tanpa mengatakan apapun dan hal itu membuat Jonathan tau kalau suasana hatinya sedang tidak baik.
"Kamu ngapain, Na?" tanya Jonathan sembari menghampiri. Ia memeluk Kaina dari belakang tanpa peduli kalau Kaina sedang menyibukkan diri untuk menghindarinya.
"Ngecek pembukuan hari ini." Kaina melepaskan pelukan Jonathan. Ia mengambil air mineral di kulkas dan meninumnya, kemudian kembali meneliti buku besar berisi laporan pengeluaran dan pemasukan hari ini.
Mata Jonathan memicing mengamati setiap pergerakan Kaina. Sangat jelas kalau perempuan itu menghindarinya. Mungkin Kaina marah karena ia baru datang sekarang, pikir Jonathan.
Jonathan tak tahan terus diabaikan. Ia meraih pundak Kaina dan memutar tubuhnya hingga berhadapan dengannya. "Kenapa menghindari saya? Kamu marah?"
"Siapa yang ngehindarin Mas? Aku lagi sibuk, cek pengeluaran hari ini yang lumayan banyak." jawab Kaina tanpa mau menatap Jonathan.
"Sayangnya, kamu gak pinter buat bohong." Tiba-tiba Jonathan mengangkat tubuh Kaina dan diletakkan diatas meja.
Kaina meronta minta turun, namun Jonathan menahannya. Jonathan maju dan meletakkan tangan di samping tubuh Kaina, untuk mengunci pergerakannya. "Kenapa marah? Karena saya jalan sama Olive, atau karena saya baru dateng?" tanya Jonathan.
Mengingat sikap Jonathan saat di mall tadi, masih saja membuat Kaina kesal. Kenapa hanya diam seperti patung ketika Kaina butuh penjelasan. Kalau bukan Harsa yang memperkenalkan, pasti sampai sekarang Kaina tidak tau kalau itu adalah Olive.
Dan satu lagi, kenapa tidak bilang kalau Olive pulang ke Indonesia. Seolah Jonathan menutupi hal itu kalau saja Kaina tidak mengetahuinya sendiri. Apa memang Kaina tidak berhak untuk tau hal itu.
"Gak marah, cuma sadar diri aja. Lagi-lagi kamu nyepelein aku. Apa emang aku gak ada pentingnya buat kamu?" Kaina memalingkan muka.
Jonathan menarik dagu Kaina untuk mendongak dan melumat bibirnya kasar. Tangan kiri Jonathan memegangi pinggang Kaina agar tubuhnya tetap diam ditempat. Jonathan semakin brutal dalam melumat bibir Kaina. Tangan kanan yang semula di dagu, sudah berpindah ke belakang tengkuk Kaina untuk semakin menekan kepala perempuan itu.
Kaina kewalahan jika harus membalas ciuman Jonathan. Ia hanya mengimbangi sebisanya hingga pria itu berhenti, karena pasokan oksigen sudah menipis. Mereka saling tatap dengan napas terengah.
"Kamu kasar, Mas." protes Kaina.
Jonathan mengusap bibir Kaina dengan ibu jari dan pandangannya menunjukkan sebuah penyesalan. "Maaf, saya cuma gak suka kamu cuekin. Kita bicara baik-baik ya."
Jonathan menurunkan Kaina dengan sebelah tangan. Tak sulit untuknya, karena tubuh Kaina yang terbilang kecil. Jonathan membawa Kaina duduk di kursi terdekat dari posisi mereka.
"Saya bukan dukun yang bisa ngerti isi pikiran kamu, jadi kamu harus bilang kalo ada sesuatu yang salah dari saya. Jangan cuma diem. Itu gak akan menyelesaikan masalah." ujar Jonathan.
Kaina menatap Jonathan sepenuhnya dengan amarah menggebu. Padahal sudah tertangkap basah, tapi Jonathan masih tak mengerti dimana kesalahannya. "Masih harus dijelasin alesan aku marah?"
"Iya lah. Kalo gak kamu jelasin gimana saya bisa tau? Jangan kekanakan gini, main kode-kode dan marah tanpa alesan."
Deg!
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LECTURER - Mr.Jo
FanfictionBermula dari pertemuan tidak sengaja hingga membuat mereka terjebak dalam rumitnya hubungan beda usia. Siapa sangka, seorang pria yang Kaina temui di bar adalah dosennya. Sebab pertemuan yang intens, membuat mereka saling terbiasa satu sama lain. H...