Seorang Laki-laki duduk termenung di tepi tempat tidur memandangi anak laki-lakinya yang baru berumur 3 tahun. Anak kecil bertubuh montok itu tampak sedang terlelap tidur, wajahnya yang begitu polos tanpa dosa membuat laki-laki itu menghela napas, dan membelai kepala si kecil. Sekarang sudah dini hari, pukul 2 tepat, tapi laki-laki itu merasa tidak mengantuk sama sekali.
"Ah, anakku, hari ini genap 3 tahun sudah ibumu pergi meninggalkan kita," bisik laki-laki itu getir, "Sebetulnya ada apa denganmu, Nak? Kematian seolah mengikuti hidupmu. Rukan hanya iburu, pengasuh pengasuhmu, semua berakhir dengan tragis saat merawatmu, Ayah sangat khawatir Nak," Laki-laki itu menutup wajahnya dengan murung Tak pupus rasanya duka kehilangan seorang istri yang sangat dicintai. Apalagi kepergiannya begim aneh.
Menjadi misteri besar bagi pihak kepolisian dan tenaga medis, karena sampai sekarang mereka tidak bisa menemukan sebab kematian atau siapa yang sudah membunuh Kiana istrinya. "Ayah..." tiba-tiba anak laki-laki ita terbangun dan merintih. "Sakit, Ayah, sakit." Laki-laki itu tersentak memandang anaknya.
"Ada apa Nak? Apa yang sakit??" tanya lak-laki itu terkejut sambil buru-buru memeriksa anaknya. Anak kecil itu memandang ayahnya, mulai menangis.
"Sakit, ayah, sakit..."
“Sayang kamu kenapa?" laki-laki itu buru-buru meraba kening anaknya dengan risau, mengira si kecil terserang demam. Anak kecil itu tampak menggigil kesakitan, nepasnya terengah-engah di sela tangisannya yang semakin keras "Gabrian..Gabrian..." sambil menangis anak itu menunjuk-nunjuk ke sudut karar.
"Gabrian tidak boleh..."
“Gabrian siapa?" laki-laki itu memandang ke sudut kamar Sesosok tubuh mungil muncul dari kegelapan sudut karnar. Sosok itu begim mirip dengan anaknya, laki-laki itu seolah sedang memandang pantulan cermin dari si kecil, segalanya serupa benar.
"Si...Siapa kamu?" Tak terasa laki-laki itu berdiri, terpaku menatap sosok kembaran ancknya yang sekarang sedang tersenyum padanya, dan mengembangkan kedua tangan minta dipeluk. "Ayah," katanya.
Sebelum laki-laki itu menyadari siapa sosok mungil misterius itu, tiba-tiba lehernya terasa sakit seperti ada yang mengigit. Laki-laki itu terperanjat dan menoleh..
"Aaarrrgghhh!!! Tidaaak!!!"
Teriakan Gabriel yang tersentak bangun dari tidur seolah terdengar sama kerasnya dengan teriakan laki-laki itu
"Mimpi Mimpi itu lagi. napas Gabriel begitu sesak terengah-engah bagaikan baru saja berlari jauh. Mata abu-abu pemuda itu nyalang memandangi jam dinding yang berdentang dua kalt. Sudah pukul 1 dini hari. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. "Sampai kapan aku terus dihantui oleh mimpi-mimplic..."
Tangan Gabriel bergetar, berulang kali menyeka keringat yang mengucur dari koningnya
"Aku Aku tau. Aku yang menyebabkan semua kematian-kematian itu. Gabriel merintih, duduk memeluk lutut. "Aku tak ingin melakukannya, aku tak ingin Tuhan. Siapa aku sebenarnya? Kenapa tak pernah ada yang bisa memberitahu?
Jam terus bergeser dari pukul 1 dini hari, detik demi detik, menit demi menit, Gabrian biasanya muncul pada jam seperti ini, tapi kini entah kemana saudara kembarnya pergi, mungkin sedang mendatangi tempat-tempat ritual mistis berlangsung, tempat di mana banyak orang yang percaya akan hal-hal yang gaib dan mistis. Oh shit, kenaga aku juga seperti butun?
Perasaan kalut membuat Gabriel bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mardi. Dibukanya keran washtafel, hendak membasuh wajah, berharap air dingin bisa menyegarkan pikirannya yang sedang kacau. Air segera membasahi wajah, rambat, menetes-netes mengenal T-shirt hitamnya.
Braak!
Sebuah suara tiba-tiba mengejutkan Gabriel, membuat perauda itu tersentak.
"Gabrian?" Mata abu-abunya segera waspada. Hening. Tak ada jawaban, tak ada siapa-siapa. Bukan Gabrian. Gabriel bergilk, dia tidak tau kenapa, tiba-tiba dia bergidik, merasakan semili angin tiba-tiba mendesir melewati tengkuknya.
Apakah dinginnya air yang mengacur dari keren washtafel yang sudah menghipnotisnya hingga pikiran-pikiran aneh tiba-tiba mengusik benaknya atau dia cuma sedang berhalusinasi sendiri. Sadewe merasa ada sesosok bayangan putih telah berdiri di belakangnya kini. Jelas bukan Gabrian, karena aroma melati mulai merebak begitu kuat memenuhi kamar mandi Dengan pandangan nanar, Gabriel menatap cermin, sosok itu jelas sedang berdiri di belakangnya, tapi kenapa pantulanı wajalnya tetap terlihat sendiri?
Gabriel mengutuk, sesuatu yang dingin, tiba-tiba merayap di punggungnya, perlahan, begitu perlahan, membuatnya sangat merinding. Sesuatu itu terus merayap hingga mencapai bahu Gabriel. Pemuda itu. mengerutkan kening.
"Aakh"
Gabriel mendelik kaget, tubuhnya tersentak. Sesuatu itu tiba-tiba menyentakkan T-shirt-nya dengan kasar, hingga robek di bagian punggung.
"Oh...Shit," Gabriel mengeluh, sesuatu - yang sepertinya tangan itu kini bergerak membelai dan menelusuri punggungnya yang telanjang, Kuku-kuku runcing tangan itu, mulai mencakar penggungnya, berulang kal, lagi dan lagi, pedih rasanya Gabriel merintih panjang, mengutuk rasa itu.
Entah apa atau siapa yang sedang berada di belakangnya saat itu, bagaimanapun kuatnya dia berusaha memberontak, tapi sosok misterius itu seolah memiliki kekuatan gaib yang tidak bisa dilawan
Tubuh Gabriel serasa lumpuh dibuatnya. Sementara sosok itu tampaknya semakin lama semakin merapat, bagai sedang memeluk tubuh Gabriel dari belakang, dan tangan yang dingin itu kini mulaimenyelusup masuk ke balik T Shirt yang sudah robek, perlahan mulai menjelajah, membelai bagian depan tubuh Gabriel, membuat pemuda bermata abu-abu itu berulang kali tersentak setiap kali merasakan belaian itu, karena begitu dingin, bagaikan sedang bersentuhan dengan halok es yang membekukan.
Kedua alis mata Gabriel saling bertaut, saat tangan itu mulai memeluk manja pinggangnya. Pemuda itu bergidik, karena Jemari tangan yang berkuku panjang itu perlahan bergeser masuk ke dalam pinggang celana pendek selutur yang dikenakannya dan mulai membelal-belal bagian paling sensitif pada tubuh Gabriel, membuat pemuda itu harus menggigi bibir bawahnya, menahan rasa yang membuatnya berkeringat dingin.
"Aakh..."
Suara sosok itu terdengar mendesah panjang, suaranya terasa dekat sekali, seolah sosok itu sedang menempelkan bibirnya di punggung Gabriel.
"Oh Tuhan, aku...Aku...” Gabriel mengeluh, dadanya naik turun, karena napas yang memburu kian cepat. "Please, sissiapapan kamu, please..." Mata abu-abu Gabriel mendelik lebar, mulai merasa tak sanggup lagi menahan.
"Aku mohon... Lepaskan aku…….”
Tak ada yang menjawab, hanya suara tawa yang begin lirih, mendirikan bulu kuduk, membuat Gabriel tau sosok itu perempuan.
“Please..Ala mohon..."
Kintihan Gabriel yang mengiba akhirnya membawa hasil, sosok itu perlahan mulai menarik tangannya keluar, melepaskan dirinya. Permda itu nyaris terjatuh ketika akhimya kekuatannya kembali, dan bisa berbalik, langsung bertatapan dengan seorang perempuan bergaun putih, dengan rambut panjangnya yang berponi, membuat wajah. Perempuan itu tampak seperti boneka. Cantik, tapi matanya...
"Ka..Kamu? Gabriel terperanjat, menyadari perempuan itu ternyata adalah perempuan yang sama dengan yang dijumpainya tempo hari di kampus dini hari lalu. Seorang perempuan dengan mata yang hitam seluruhnya tanpa sklera.
"Ya, aku mengikutimu...” perempuan itucekikikan, membuat Gabriel menggidik.
"Kamu, Sexy, aku menyukaimu."
Perempuan itu mendorong Gabriel hingga terhentak ke dinding di sebelah weshtafel, dicengkramrya wajah Gabriel dengan tangannya yang berkuiu panjang itu.
"Bagaimanapun aku berterima kasih padamu karena telah membunuh kucing itu, hingga aku terbebas dari hukumanku, bertahun-tahun aku tersekap dalam tubuh kucing sialan itu!"
"Lepaskan aku” gerung pemuda bermata abu-abu itu, mencoba melawan. Tapi jemari lentik perempuan itu dengan cekatan mencengkram tangan Gabriel yang berusaha menghentak tubuhnya agar menjauh Saat tangan tangan mereka beradu.
Idlauan bandal Bulan sabit yang terlilit di pergelangan tangan Gabriel, tiba-tiba mengejutkan perempuan mahluk halus iru.
“Aakhl Kalung Bulan sabit itu!!" Jerit perempuan itu begitu histeris, terbelalak memandang kalung Bulan sabit di pergelangan tangan Gabriel. "Oh, tidak Bagaimana mungkin Kamu...Kamu adalah...”
Gabriel yang sama terkejutnya, hanya bisa terpana melihat perempuan mahluk halus itu tersentak mundur lalu sirna dari hadapannya, menghilang entah kemana.
Gabriel mengusap rambut panjangnya, mengumpat. Pemuda itu tersandar pada dinding, lega terlepas dari siksaan perempuan mahluk halus itu tapi juga merasa begitu kebingungan. Apa yang sebetulnya terjadi? Siapa perempuan mahkluk halus itu? Kenapa dia begitu terkejut melihat kalung Bulan sabitku?
KAMU SEDANG MEMBACA
01.00am
Teen Fiction"Maafkan aku, tapi aku...Aku tak bisa menyimpan rasaku," sekilas Gabriel tampak begitu gugup, karena Shaquilla menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Aku...Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku, jika boleh aku mengatakan. Aku...Aku sungguh mencin...