Shaquilla sedang mengambil bungkusan makanan pesanannya dari ojek online di depan pagar rumah saat melihat sesosok tubuh berambut gondrong, turun dari Taxi dan melangkah ragu-ragu mendekatinya. "Shaquilla ?"
"Kak Gabriel??" Shaquilla nyaris menjatuhkan bungkusan makanannya, melihat Gabriel berdiri begitu canggung di hadapannya.
Oh Tuhan, Kak Gabriel? Kemana saja dia selama ini? Menghilang selama berhari hari bagai hantu, dan kini tiba-tiba muncul begitu saja di depan pagar rumahnya? Dan matanya...Ooh!! Shaquilla mendekap mulut.
Mata Kak Gabriel berwarna hitam! Kemana mata abu-abunya yang indah itu? Oh tidak....A...Apa yang sudah terjadi dengan Kak Gabriel??
Shaquilla hampir saja tak bisa menahan dirinya untuk tidak berlari memeluk Gabriel. Rasa itu sebetulnya masih ada.
Oh, betapa sebetulnya dia masih sangat merindukan Gabriel. Darah ini mengalir, jantung ini berdetak, hanya untuk sebuah cinta yang bersemi indah untuk Gabriel. Air mata Shaquilla mengalir turun tanpa terasa. Kak Gabriel, tidak tau kah Kakak, betapa tangan ini sebetulnya sangat ingin terulur untuk menggenggam tanganmu? Betapa tubuh ini sebetulnya sangat merindukan pelukanmu?
"Shaquilla ? Maukah, maukah kamu memaafkan aku?" tanya Gabriel pelan, pemuda itu mendekati Shaquilla dengan sikap hati-hati. "Masihkah air mata itu untukku?"
Shaquilla hanya bisa terjengah, merasakan tangan Gabriel menyentuh pipinya, mencoba menghapus air mata yang meleleh. Dingin, tapi begitu lembut. Damai membelai kalbunya. Oh Tidak! Tapi tidak! Ini sudah tidak mungkin lagi! Shaquilla tiba-tiba seperti tersadar dari lamunannya dan mundur beberapa langkah ke belakang, membuat Gabriel tersentak.
"Ke-kenapa?"
"Tidak! Jangan dekati aku!" Shaquilla menjerit.
"Shaquilla??"
"Pergi! Kak Gabriel...Kak Gabriel pembunuh!!"
"A--Apa?"
"Kakak sudah menyakiti aku, Kakak juga sudah membunuh Kak Talitha!"
Gabriel hanya bisa terpana menatap Shaquilla seolah tak percaya dengan pendengarannya. Pemuda itu langsung pucat pasi.
"Apa? Talitha?"
Syams, Linda dan Chika yang menyusul Shaquilla ke depan pagar, begitu terkejut melihat Gabriel.
"Kak Gabriel?!!" Syams bagaikan gila, langsung menerjang Gabriel, tanpa ba - bi- bu.
"Bangsat, Kak Gabriel pembunuh!!"
Pukulan dan tendangan Syams berkali kali menghajar tubuh Gabriel tanpa memberikan kesempatan sedetikpun pada Gabriel untuk mendapat penjelasan kenapa dia harus menerima pukulan dan tendangan itu.
"Syams! Syams, hentikan! Jangan main hakim sendiri!!" jerit Linda mengingatkan. "Lebih baik kita memanggil Polisi, Ib! Bukankah dia memang sudah menjadi buronan polisi beberapa hari ini?"
Gabriel mengusap darah yang mengucur dari bibirnya, membalas tatapan Syams, tatapan Linda, Shaquilla juga Chika . Pemuda itu sama sekali tidak mengerti apa sebetulnya yang sedang diributkan Shaquilla, Syams, Linda juga Chika . Dia sudah membunuh Talitha? Tidak mungkin! Itu fitnah!!
"Aku tidak pernah membunuh Talitha! Aku bahkan tidak tau kalau Talitha sudah tak ada."
"Masih juga kak Gabriel berdalih?! Aku melihat sendiri Kak Gabriel membunuh kakakku dengan sadis! Tanpa perasaan! Biadap!!" Syams berteriak penuh kemarahan, hampir saja dia memukuli Gabriel lagi jika tidak ditahan oleh Linda dan Chika .
"Kamu? Melihat sendiri? Aku? Bagaimana mungkin??" Gabriel terlihat bingung. pemuda itu menoleh pada Shaquilla . "Sa..Shaquilla , kamu tidak percaya kan kalau aku...." Sia-sia saja Gabriel berkata.
"Tidak Kak, tidak..Aku.. Aku tak sanggup untuk percaya lagi," kata Shaquilla dengan suara bergetar, air matanya tak berhenti mengalir di pipinya, "Aku menyesal tidak mempercayai kata-kata Syams dari awal, Kakak sebenarnya siapa atau mahluk apa?"
"Aku mahluk apa?" Gabriel terjengah. "Aku manusia sepertimu, Shaquilla."
"Sudahlah, lupakan saja aku, Kau Lupakan jika kita pernah bersama!"
Gabriel tak mampu bersuara saat melihat Shaquilla berlari masuk rumah tanpa menoleh sekalipun lagi ke arahnya.
"Tangkap dia!! Tangkap pembunuh itu!!!" Pemuda itu tak bergerak walau orang - orang di sekitar mulai terperangah, berlarian menerjang dirinya karena teriakan Syams.
KAMU SEDANG MEMBACA
01.00am
Teen Fiction"Maafkan aku, tapi aku...Aku tak bisa menyimpan rasaku," sekilas Gabriel tampak begitu gugup, karena Shaquilla menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Aku...Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku, jika boleh aku mengatakan. Aku...Aku sungguh mencin...