Kilasan itu seolah bekelebatan di mata Shaquilla , kilasan sosok Gabriel yang berwajah pucat, basah kuyup dengan jemarinya penuh darah, sedang menatapnya sedih, kilasan Gabriel yang mengatakan, "Aku tau aku sudah buruk di matamu. Tapi aku tak tau, kenapa aku tidak bisa berhenti mencintaimu, Shaquilla , selalu, setiap hari dan selamanya."
Shaquilla merasa kepalanya berdenyut sakit. Penyesalan begitu menyiksa dirasa gadis itu. Dia sulit untuk menerima kenyataan pahit itu.
"Tak mungkin! Tak mungkin Kak Gabriel sudah meninggal, ini pasti salah!" Shaquilla tampak begitu histeris saat berdiri di depan makam Gabriel. Walau dari awal sahabat- sahabatnya sudah berusaha menahannya agar tak pergi ke makam Gabriel, tapi Shaquilla sangat memaksa. Linda dan Chika begitu khawatir melihat Shaquilla.
"Yang sabar, Shaquilla , yang tabah," Linda memeluk Shaquilla yang berlinangan air mata.
"Oh, aku... Aku bahkan belum sempat memaafkannya, aku sudah begitu tega mengusirnya, padahal..Padahal Kak Gabriel...."
"Sudahlah Shaquilla , ikhlaskan saja kepergiannya. Bukannya aku senang Kak Gabriel pergi, tapi yeah, aku mau bilang apa? Kejahatannya sudah diluar batas," Syams berkata sinis.
Shaquilla terbelalak menatap Syams, seolah pemuda itu mengatakan sesuatu yang sangat menusuk perasaannya.
"Kak Gabriel tidak jahat! Kak Gabriel tidak bersalah! Semua dilakukan Kak Gabriel di luar kehendaknya!"
"Shaquilla , please?"
"Aku punya buku harian itu, buku yang membuktikan Kak Gabriel tidak jahat!"
"Buku apa, Shaquilla?"
"Buku harian..," tapi Linda, Chika dan Syams hanya menatap Shaquilla tak paham buku mana yang dimaksud Shaquilla .
Saat mereka sudah kembali ke rumah Shaquilla , sia-sia niat Shaquilla ingin menunjukkan buku harian itu pada sahabat-sahabatnya. Buku harian itu tiba-tiba lenyap tak berbekas saat Shaquilla mencarinya. Percuma Shaquilla membongkar lemarinya, meja belajarnya, di manapun, buku itu tetap tak ada, bagai raib begitu saja. Shaquilla tak mengerti, padahal dia yakin telah menyimpan buku itu dengan baik.
"Oh Tuhan, bagaimana buku harian itu bisa hilang?" Shaquilla meremas rambutnya, frustasi. "Buku itu pemberian Kak Gabriel malam itu,"
"Kak Gabriel tak pernah datang ke rumahmu, Shaquilla . Kan sudah kukatakan Kak Gabriel sudah meninggal..,"
"Sudah, diam Linda! Diam! Aku tak mau mendengarnya!" Shaquilla menutup telinganya. "Kak Gabriel benar datang dan memberi buku harian itu padaku !" Linda hanya saling berpandangan gundah dengan Chika dan Syams.
"Buku itu pasti ada! Pasti..," tangis Shaquilla tersedu-sedu, mulai mencari-cari lagi, seperti orang stress.
KAMU SEDANG MEMBACA
01.00am
Teen Fiction"Maafkan aku, tapi aku...Aku tak bisa menyimpan rasaku," sekilas Gabriel tampak begitu gugup, karena Shaquilla menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Aku...Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku, jika boleh aku mengatakan. Aku...Aku sungguh mencin...