CHAPTER 17

6 2 0
                                    

"Shaquilla ?" Chika  menyenggol Shaquilla, melihat sahabatnya itu tampak terpana, memandangi Gabriel yang baru saja melewati mereka tanpa bicara.

"Haa? Kenapa ?" Shaquilla  tersentak. "Bengong kamu!" Chika  terkikik tapi Linda sembunyi-sembunyi mendelik pada gadis berkuncir itu, dengan pandangan seolah berkata 'Kamu kurang peka!"

"Tenang saja, mungkin Kak Gabriel Cuma lagi banyak masalah, makanya sampai lupa menyapa "hibur Linda yang paham arti raut wajah Shaquilla  yang muram.

"Mungkin kedatangan kita sudah mengganggu kak Gabriel dengan Kak Talitha..." sahut Shaquilla  pelan.

"Halah, itu hanya perasaanmu saja, dudul!" Tukas Linda sambil merangkul Shaquilla . "Kamu belum lupa kan nama siapa yang di sebut Kak Gabriel di panggung konser kemarin?"

"Itu hanya sebuah lagu, Linda,"

"Tak mungkin Kak Gabriel membuat lagu tanpa pikir, asal menyebut namamu, ayolah, yakinkan dirimu, Kak Gabriel hanya menyukai kamu, bukan Kak Talitha, bukan yang lainnya,"

"Ya, Linda benar lho, sudah saatnya kamu move on dari Rikko," dukung Chika . Syams mendengus mendengar percakapan itu.

"Kenapa sih kalian memaksa Shaquilla ?" Sela Syams.

"Memangnya Shaquilla  tidak boleh move on?" Linda mendelik pada Syams.

"Boleh saja, asal bukan dengan Kak Gabriel. Aku pun sebetulnya tak suka melihat Kakakku dekat - dekat Kak Gabriel!"

"Kenapa sih?"

"Dengar ya?" Syams menatap sahabat sahabat perempuannya, dengan wajah serius. "Kak Gabriel itu Vampire..,"

"Haa?!" Linda dan Chika  terbelalak, bahkan Chika  langsung meraba kening Syams.

"Kamu tidak sedang sakit kan?" Sindir gadis itu, tergelak. "Aku tidak sedang bercanda!" Sergah Syams menepis tangan Chika  dengan kesal. "Aku serius!!"

"Dari kemarin Syams sudah berkata seperti itu," Shaquilla  memberitau Chika  dan Linda, membuat kedua sahabatnya menoleh pada Syams dengan wajah tercengang.

"Sudahlah, kita pulang saja yuktercengang tambah kacau mendengar khayalan Syams," rutuk Linda. "Secakep itu dibilang Vampire? Please deyh!" Syams mendelik, senewen.

"Suatu hari kalian akan menyesal karena tidak percaya padaku !" Ancam Syams. "Aku pasti akan bisa membuktikan bahwa kata kataku benar, bukan sekedar ocehan," Gadis-gadis itu cuma mengangkat bahu mendengar kata-kata Syams.

Saat melintas di depan ruang musik kampus, Shaquilla  tak sengaja melihat Gabriel sedang bermain biola sendirian. Ruangan itu biasa digunakan mahasiswa - mahasiswa dari fakultas Kesenian atau band kampus untuk berlatih musik. Kini ruangan itu sedang sepi, hanya Gabriel yang terlihat, begitu serius memainkan biolanya. Linda dan Chika  terus mendukungku untukmenerima kak Gabriel, bisik gadis itu dalam hati, sendu. Bisakah aku menerimanya? Bisakah aku membiarkan hatiku terbuka untuknya? Aku takut, sangat takut....

Shaquilla  tak tau pasti lagu apa yang sedang dimainkan pemuda bermata abu-abu itu, sepertinya lagu Ode to Joy milik Iskandar Widjaya. Sebuah lagu gembira sebetulnya, tapi Gabriel memainkannya dengan penuh emosi. Senar biolanya berulang kali putus dibuat pemuda itu. Shaquilla  nyaris terlompat kaget, ketika tiba-tiba Gabriel melempar biolanya, menghantam pintu ruang musik,di mana Shaquilla  justru berdiri di balik pintu itu. Entah apa yang membuat pemuda berwajah bagal dewa - dewa legenda Yunani itu, tampak begitu gusar.

Pintu yang terkena lemparan biola langsung terjeblak terbuka. Shaquilla  mendekap mulut, karena jelas-jelas hal itu membuat dirinya jadi kepergok Gabriel sedang berdiri di sana.

Sesaat keduanya hanya saling menatap tanpa bicara. Shaquilla  nyaris tak kuat menentang tatapan mata abu-abu Gabriel yang begitu jernih bagai kristal. Mata itu terlihat bagai sedang berkaca-kaca. Kak Gabriel, kenapa Kak? Apa yang sedang merisaukan hatimu? Kakak tak menyapa seperti yang biasa Kakak lakukan padaku, Kakak tidak tersenyum, Kakak tidak lagi mengatakan aku adalah jodoh Kakak. Ada apa Kak? Apakah karena aku tidak menerima cinta Kakak? Apakah karena itu? Shaquilla  begitu gundah. Sesungguhnya melihat Kakak seperti ini, aku tak dapat menahan rasaku Kak. Sesungguhnya aku sangat ingin berlari memelukmu sekarang, tapi..Tapi..Oh, Tuhan, aku harus bagaimana? Kau dan aku Dua rasa yang meronta Dua jiwa yang gundah, Tak tau harus bagaimana Cinta menggebu kalbu Tapi tangan tak sanggup menggapai Oh, tidak, bagaimana aku bisa menahannya lebih lama Biarlah takdir menghantui Biarlah trauma mendera Maut sekalipun tak bisa menahan diriku Ntuk memelukmu erat Dan mengatakan aku cinta kamu

"Shaquilla ?" Suara Gabriel yang akhirnya menyapa, seolah menghentak - hentak jiwa Shaquilla , meluluh lantakkan semua rasa.

"Kak Gabriel..."

01.00amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang