CHAPTER 34

5 2 0
                                    

"Aku capek, Ib. Aku lagi tak bersemangat untuk ke Cafe malam ini. Maaf ya? Lain kali saja."

"Shaquilla , tapi aku sudah memesan tempat untuk kita berdua..."

"Syams, tadi siang aku kan belum bilang setuju, please, mengertilah."

"Baiklah, aku salah sudah memaksa, tapi lain kali please, Shaquilla ..,"

"Selamat malam Syams," Shaquilla  memutuskan percakapannya dengan Syams di handphone-nya. Gadis itu menghela napas, melirik jam dinding rumahnya, saat itu pukul 7 malam. Syams sahabatnya tak pernah menyerah berusaha memiliki cintanya.

Tapi entah kenapa, Shaquilla  tak pernah bisa, tak pernah bisa menerima Syams lebih dari sekedar sahabat. Shaquilla  juga tak tau. Mungkin karena...

Shaquilla  memandang kotak musik mungil yang dipajang di dalam lemari kaca ruang tamu. Kotak musik yang jika dibuka, akan mengalun lagu Fur Elise milik Beethoven mengiringi Balerina Kecil yang berputar - putar sepanjang lagu. Gadis itu mengambil kotak musik itu dan membukanya. Musik mengalun perlahan. Ah Kak Gabriel, kotak musik ini milik Kak Gabriel yang diberikan untukku tempo hari seusai konser, Shaquilla  menghela napas lagi.

Apa kabarnya kak Gabriel di penjara ya? Oh, kenapa aku merindukannya? Dengan segala yang sudah diperbuat Kak Gabriel, sudahlah Shaquilla  lupakan dia... Musik Fur Elise tiba tiba berhenti sendiri, padahal lagunya belum selesai. Shaquilla  terjengah, saat mendengar bell pintu depan rumahnya berbunyi.

"Huh, aku harap itu bukan Syams," Shaquilla  mengeluh, mengembalikan kotak musik ke dalam lemari kaca, dengan enggan akhirnya dia pergi juga membuka pintu rumahnya.

"Shaquilla ?" seseorang menyapa. Jantung Shaquilla  nyaris berhenti berdetak, saat melihat yang datang ternyata bukan Syams.

"Kak Gabriel? Ba..Bagaimana Kakak bisa kabur dari penjara?" kata-kata itu menyembur begitu saja dari mulut Shaquilla

saat melihat sosok Gabriel berdiri di depan pintu, begitu nelangsa, dengan wajah yang begitu pucat, dan tampaknya seperti baru saja terkena hujan, basah kuyup, tapak-tapak sepatunya mengotori lantai teras rumah Shaquilla . Aneh, padahal malam ini udara begitu panas, kenapa Kak Gabriel basah kuyup? Terkena hujan di mana dia?

"Sa-Shaquilla ? Maukah kamu memaafkan aku?" Tanya Gabriel dengan suara hampir-hampir berbisik. "Maukah kamu memberi kesempatan padaku untuk menjelaskan semuanya??"

Ya Tuhan, Shaquilla  hanya mendekap mulutnya memandangi Gabriel. Tak mungkin, bagaimana Kak Gabriel hisa berdiri di depanku? Bukankah dia sedang di penjara?

Kak Gabriel, setelah semua yang semua yang Kakak lakukan, lalu tiba-tiba Kakak datang padaku dan meminta maaf begitu saja?

"Jangan mendekat, Kak!" Shaquilla  langsung mundur melihat Gabriel seolah hendak mendekatinya.

"Shaquilla , aku..."

"Maafkan aku, Kak, tapi semuanya sudah terlanjur. Sudah tidak ada gunanya lagi penjelasan Kakak. Please, lebih baik Kakak pergi sekarang," Shaquilla  langsung memotong. "Luka itu terlanjur menyakiti perasaanku begitu dalam, Kak. Sulit rasanya..."

"Shaquilla ? Please? Maafkan aku, se-semua yang aku lakukan, berada di luar kehendakku, aku...,"

"Pergilah Kak," Shaquilla  hendak menutup pintu rumahnya, tapi ditahan oleh Gabriel.

Gadis itu sedikit tercekat melihat tangan Gabriel yang menahan pintunya ternyata penuh darah pada ujung-ujung jemarinya, bahkan kukunya terlihat rusak, patah membuat ngilu yang melihatnya. Apa yang terjadi dengan Kak Gabriel? Shaquilla  menggigit bibirnya.

"Aku tau aku sudah buruk di matamu. Tapi aku tak tau, kenapa aku tidak bisa berhenti mencintaimu, Shaquilla , selalu, setiap hari dan selamanya,"

"Kak Gabriel, please, silahkan pergi,"

Shaquilla  memalingkan wajahnya, tanpa memedulikan Gabriel yang menatapnya sedih. Ada luka mendalam di mata itu.

"Ba-baiklah, aku akan segera pergi, jika itu yang kamu inginkan. Tapi sebelum aku pergi, boleh aku menitipkan kotak kayu ini denganmu?" kata Gabriel sambil menyodorkan sebuah kotak kayu pada Shaquilla  membuat gadis itu tertegun, kotak apa itu? Tampaknya begitu usang, basah dan penuh lumut.

"Kotak apa sih? Sudahlah, Kak!" Shaquilla menolak.

"Please?"

Shaquilla  menepis kotak kayu itu dari tangan Gabriel karena pemuda itu seperti memaksa. Kotak kayu usang itu terjatuh berderai ke lantai teras. Isinya berserakan membuat Shaquilla  terbelalak. Sebuah buku tua dan sehelai foto tua. Gabriel terpana melihat kotaknya berderai.

"Isi kotak itu akan menjawab semua yang ingin kamu ketahui tentang aku, kenapa aku harus membunuh, kenapa aku sangat membutuhkan darah..."

"Aku tak peduli, Kak!"

Shaquilla  justru buru-buru menutup pintu rumahnya. Tak dihiraukannya Gabriel yang memanggil - manggil namanya berulang kali.

Tak sanggup rasanya dia terus berhadapan dengan Gabriel, luka hatinya terbuka lagi melihat pemuda itu, apalagi keadaannya tampak begitu menyedihkan, basah kuyup, pucat dengan kuku-kuku jemari yang berdarah. Apa yang terjadi? Apakah polisi - polisi itu menyiksanya? Tapi bagaimana dia bisa sampai di sini?

Shaquilla  menangis dalam hati, sebetulnya, jauh di lubuk hatinya yang terdalam, dia masih sangat mencintai Gabriel. Dia masih sangat merindukan Gabriel. Tapi kenapa Kak Gabriel? Kenapa harus Kakak yang membunuh Kak Talitha, Kenapa??

Saat Gabriel sudah pergi, rasa penasaran yang kuat, mendorong Shaquilla  untuk mengambil lagi kotak kayu yang dibiarkan berserak di depan rumahnya. Untung masih ada. Dikumpulkannya isi kotak itu satu demi satu dan dibawanya ke kamar.

Dicobanya membuka buku harian yang sudah usang itu, yang lembarannya banyak yang luntur tulisannya seperti sudah terkena air. ‘ harian siapa ini?’ Pikir Shaquilla  bingung, kelihatannya ini bukan buku harian Kak Gabriel, lalu untuk apa Kak Gabriel memberikannya padaku?

"Isi kotak itu akan menjawab semua yang ingin kamu ketahui tentang aku, kenapa aku harus membunuh, kenapa aku sangat membutuhkan darah..."

Shaquilla  teringat kata-kata Gabriel. Mau tak mau, Shaquilla  terpana juga membaca isinya, membaca kisah hidup Nayla yang begitu tragis.

Buku Harianku tragis.
abu-abu seperti mata Raheeq ayahnya. Dan wajahnya mirip aku, kata Raheeq. Aku sangat menyayangi mereka, walau mereka tak sempurna, setengah manusia, setengah makhluk halus.

Bayi kembarku sungguh molek, matanya mahluk halus. Kelak mereka mungkin mereka akan kesulitan mencari darah untuk meneruskan hidup mereka. Tapi selama ayahnya ada, pasti tidak kan ada masalah. Oh, Tuhan! Aku hampir-hampir tak percaya, ini semua sungguh absurd, di luar nalarku, ini ini buku harian ibunya Kak Gabriell Shaquilla  terkesiap.

Semua peristiwa aneh yang terjadi dengan Kak Gabriel ternyata karena dia berdarah campuran? Gadis itu hampir - hampir tak percaya, berarti semua pembunuhan itu hanya dilakukan Kak Gabriel karena penyakit ketergantungan darah? Apakah itu berarti Kak Gabriel tidak bersalah? Shaquilla  mendekap mulutnya, tapi aku - aku sudah mengusir Kak Gabriel, aku sudah menyakiti perasaan kak Gabriel. Ooh! Betapa teganya aku. Mengapa aku tadi tak memberinya kesempatan?

Tiba-tiba pemikiran itu terlintas dibenak Shaquilla , se-seandainya Pengadilan membaca buku ini, apakah hukuman Kak Gabriel bisa diperingan? Shaquilla  meraih handphone-nya, aku harus pergi melaporkan ini pada Pengadilan, Kak Gabriel tidak bersalah, pembunuhan itu terjadi di luar kehendaknya! Siapa yang ingin dilahirkan seperti Kak Gabriel?

"Ya, Shaquilla? Ada apa?" Terdengar suara Linda yang dihubungi Shaquilla.

"Besok temani aku bertemu Kak Gabriel di penjara, oh atau di mana pun, soalnya tadi dia datang ke rumahku. Aku harus minta maaf dengan kak Gabriel, dan aku harus berikan bukti-bukti bahwa Kak Gabriel tak bersalah pada pengadilan,"

"Haa?! Apa maksudmu Kak Gabriel datang ke rumahmu? Kemana kamu Shaquilla? Beritanya sudah viral di mana-mana sejak kemarin!"

"Berita apa sih?"

"Kak Gabriel kan sudah dihukum mati dua hari yang lalu,"

"Apa?" Handphone itu terjatuh dari tangan Shaquilla .

Kak Gabriel sudah dihukum mati? Dua hari yang lalu? Beritanya sudah viral? Kok aku tak tau? Shaquilla  memegangi kepalanya.

"Tidak mungkin! Tak mungkin Kak Gabriel sudah dihukum mati! Dia datang ke rumahku, Linda! Dan memberiku buku harian ibunya!" Shaquilla  meraih handphone-nya lagi, suaranya bergetar saat membantah perkataan Linda. "Aku akan menunjukkan buku itu jika kamu tak percaya!"

"Tapi itu benar, Shaquilla , maaf jika kami tak memberitaumu, kami takut kamu sedih jika mendengar kabar Kak Gabriel dihukum mati," "Kalian bohong! Kalian pasti bohong!"

"Shaquilla , please, maafkan kami, Syams melarang kami untuk memberitaumu, lagipula mungkin kamu bisa melihat sendiri beritanya di medsos."

"Di-di medsos?" Kering suara Shaquilla  terdengar. "Bi-bisa kirimi aku link beritanya?”

"Baiklah, akan aku kirim salah satu link beritanya ke WA-mu," Jemari Shaquilla  begitu gemetar saat membuka link berita yang dikirim Linda.

'Hukuman mati Tersangka Gabriel Alanza Fairro (21) telah dilaksanakan pada hari Selasa dini hari lalu. Tersangka Gabriel adalah seorang pemain biola ternama, idola kaum muda, yang dikenal sebagai Gabriel The Violinist. Tersangka Gabriel terbukti bersalah melakukan pembunuhan teman Mahasiswi-nya Talitha Anggia Putri (22). Belakangan diketahui, tersangka juga terbukti melakukan sederet pembunuhan sadis yang selama ini menjadi misteri besar bagi pihak Kepolisian...dst'

"Ja-jadi benar kak Gabriel sudah dihukum mati. La-lalu yang datang ke rumahku tadi siapa?" Wajah Shaquilla  langsung memucat.

Brraak!

Tiba-tiba segalanya menjadi gelap-gulita bagi Shaquilla , gadis itu kehilangan kesadarannya, dan jatuh pingsan.

01.00amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang