Mari kita awali cerita Chapter ini dengan abang ganteng yang possesive sama adek sendiri awkwkw 😹
Park Jihoon baru saja memasuki kamar Jiyeon. Beberapa pelayan langsung membubarkan diri saat melihat kedatangan Jihoon.
Ia mendudukan dirinya ditepi ranjang berukuran king size dengan Jiyeon yang masih terlelap disana.
Tanganya terangkat mengusap lembut surai panjang adik kesayangannya.
Jihoon menghela nafas berkali - kali melihat keadaan adiknya saat ini.Meski masih terlelap namun wajah Jiyeon masih menyiratkan ketakutan dan kesedihan yang amat ketara.
Jihoon mengedarkan netra kembarnya memperhatikan kamar bernuansa pastel milik Jiyeon.
Kamar yang dulu menjadi tempat bermain bersama adik tercinta. Sudut bibir Jihoon sedikit terangkat mengingat kenangan masa kecilnya.Sungguh indah.
Berbeda dengan sekarang....
Bukan tak menerima takdirnya, tapi ini semua sangat berlebihan. Bahkan PR masa lalunya pun belun sepenuhnya beres.Jiyeon melenguh menandakan tidurnya terusik.
"Yeonie, bangun." Ucap Jihoon lembut dengan panggilan masa kecil Jiyeon yang terucap dari bilah bibirnya.
Jiyeon sedikit membuka matanya untuk membiasakan bias cahaya matahari yang menembus jendela kamarnya setelah Jihoon membuka penuh tirai yang menggantung disana.
Merenggangkan otot - ototnya, mulai mengumpulkan kesadarannya.
Jihoon kembali menghampiri Jiyeon sudah terduduk dengan kesadaran yang hampir penuh .
Sebuah kecupan di puncak kepala Jiyeon dihadiahkan sebagai salam selamat pagi."Udah mendingan?" Tanya Jihoon yang sudah duduk kembali di tepi ranjang behadapan langsung dengan Jiyeon.
Jiyeon tak bergeming.
Jihoon sadar betul tak ada yang baik - baik saja dengan kondisi adiknya saat ini. Bukan fisiknya , tapi batinnya.
"Mau sampai kapan? Semua udah kejadian. Kakak tau perasaan kamu. Kakak pun sama..." Jihoon memberi jeda menunggu respon sang adik.
"Kakak juga kehilangan, kakak juga sedih. Tapi kakak lebih sedih ngeliat kamu kaya gini." Lanjut Jihoon hati - hati tak ingin melukai.
Jiyeon menatap Jihoon ragu.
"Bangkit ya dek. Kakak ga mau kehilangan lagi." Final Jihoon membuat Jiyeon langsung menghambur ke pelukannya.
"Abis ini mandi ya abis itu sarapan." Pungkas Jihoon yang ditanggapi dengan anggukan kecil oleh Jiyeon.
'Cukup sudah. Gue bakal cari siapa dalang dibalik kematian Paman.' Janji Jiyeon dalam hati.
Setelah peristiwa kematian Youngbae tiga bulan lalu, Jihoon akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal dirumah orang tuanya sementara waktu mengingat keadaan Jiyeon yang masih sangat terpukul.
Ditambah lagi, jika ia memaksa untuk pulang baik ke rumahnya sendiri atau rumah yang ia siapkan untuk Jiyeon akan sangat beresiko karena tidak ada yang mengawasi Jiyeon saat ia pergi bekerja.
Keadaan yang sangat berbalik dengan kondisi rumah ini. Rumah besar ini terdapat puluhan maid dan penjaga yang siap 7/24 melaksanakan tugas mereka.
O dan jangan lupakan kamera CCTV yang selalu mengawasi mereka.
Jadi menurut Jihoon lebih baik disini. Sampai Jiyeon benar - benar pulih.
Toh jarak rumah dan kantornya lebih dekat jika berangkat darisini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BulletStep
ActionSurveillez votre étape pour survivre... Akhirnya aku tahu makhluk yg menakutkan sebenarnya adalah manusia. Ambisi, Obsesi, Ego, Emosi, Harga Diri Membuat mereka melakukan berbagai cara untuk sekedar mempertahankan Gengsi, Memainkan drama dengan tope...