Doyoung sudah dibawa untuk mendapat penanganan medis. Jihoon pun telah mengirim alamat rumah sakit tempat mereka berada kini kepada Junkyu.
"Makasih To. Kalo ga ada lo mungkin tadi lebih parah keadaanya" Ucap Jihoon.
"Kita team Bang. Udah seharusnya begitu."
"Lo juga untung dateng tepat waktu Yosh. Makasih."
"Santai Ji.. Bener kata ruto." Jawab Yoshi."Jihoon..." Panggil Junkyu yang baru saja datang dengan nafas memburu.
"Doyoung... Dimana?" Lanjutnya.
"Didalem lagi diperiksa sama dokter. Lo tenang dulu." Jawab Jihoon.
"K-kamu? K-kalian gapapa?" Tanya Junkyu memperhatikan Jihoon dan kedua temannya.
"Kita gapapa.." Jawab Haruto tenang.
"Syukurlah. Terimakasih ya udah nyelametin Doyoung." Ucap Junkyu tulus.Detik selanjutnya pintu terbuka menampakan seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan.
"Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Junkyu.
"Maaf dengan siapa saya berbicara?"
"Saya kakak kandungnya." Jawab Junkyu cepat.
"Luka akibat tembakan tidak begitu parah. Peluru telah berhasil dikuarkan, pertolongan pertama yang sangat tepat untuk mencegah pasien kehilangan bangak darah sangat membantu. Untuk luka lainnya akan kami lakukan ronsen untuk mengetahui keadaan luka dalam agar dapat mengetahui jika terjadi patah tulang atau retak karena banyak bekas luka akibat pukulan benda tumpul." Jelas Dokter.
"Baik lakukan saja yang terbaik. Apa sudah bisa di jenguk?" Tanya Junkyu
"Silakan. Tapi jangan buat keributan. Karena pasien masih perlu istirahat." Jawab Dokter.
Junkyu pun segera masuk dalam kamar rawat Doyoung setelah menggumamkan terimakasih pada sang dokter."D-doy" Junkyu menghampiri Doyoung yang terbaring diatas brakar rumah sakit.
"M-maaf." Lirihnya menggenggam tangan Doyoung.Ditempat lain Haruto dan Yoshi baru saja kembali dari minimarket rumah sakit.
"Jiyeon?" Panggil Haruto mengenali perawakan gadis yang berdiri membelakanginya.
"E-eh? K-kak.." Gagap Jiyeon saat berbalik mendapati dua orang pemuda berdiri tegap dibelakangnya.
"Cari Bang Ji?" Tanya Haruto diangguki oleh Jiyeon.
"Mau bareng ga?" Tawar Yoshi.
"B-bole?" Tanya Jiyeon membuat Yoshi mengernyit.
"Bolelah Je, kenapa ga bole. Ayok." Ajak Haruto.Ttok ttok
"Masuk." Titah seseorang dari dalam. Setelahnya pintu terbuka menampilkan Haruto diikuti dua orang dibelakangnya.
"Loh Je, ko lo tau gue disini?" Tanya Jihoon.
"Hmm? Feeling aja Kak."
"Gue kira lo ngabarin Bang." Sahut Haruto.
"Lo kesini nyariin gue apa Doyoung?" Selidik Jihoon
"Kak Ji." Jawab Jiyeon singkat membuat empat orang lainnya saling melempar tatap.
"Sama D-Doyoung." Ucap Jiyeon cepat. Jihoon pun mengangguk menanggapi."Doy gimana keadaan?" Tanya Jiyeon menghampiri Doyoung yang setengah terduduk bersandar pada brankarnya.
"Gapapa ko Yeon..." Jawab Doyoung merasakan kejanggalan pada gadis didepannya. Sedangkan Junkyu diam - diam telah memfokuskan pandangannya pada pergelangan tangan Jiyeon yang sedikit terekspos ketika tanganya terulur untuk menepuk pundak Doyoung.
"Papa Mama kamu gimana Yeonie?" Tanya Junkyu tiba - tiba.
"Hmm? Papa Mama... M-masih begitu aja Kak." Jawab Jiyeon.
"Kamu kenapa si Yeon? Kamu sakit?" Tanya Junkyu mendekat.
"Enggak ko...ga sakit." Jawabnya cepat."Lo kayanya emang agak demam deh Je." Sahut Yoshi menempelkan tangannya pada kening Jiyeon mau tak mau membuat mata mereka bertemu satu sama lain.
Yoshi seakan sengaja menahan posisi mereka hanya untuk saling beradu tatap dengan gadis didepannya itu. Menelisik jauh lebih dalam pada netra kembar Jiyeon. Membuat sorot mata si empunya terlihat gusar. Yoshi menyeringai dalam diam mendapat apa yang dicarinya."Ekhemmm adek gue itu.". Jihoon bedeham memberi peringatan.
"Hmm ga demam ko.." Ucap Yoshi tenang melirik Haruto kemudian menggeleng pelan. Haruto pun menghela nafasnya lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BulletStep
ActionSurveillez votre étape pour survivre... Akhirnya aku tahu makhluk yg menakutkan sebenarnya adalah manusia. Ambisi, Obsesi, Ego, Emosi, Harga Diri Membuat mereka melakukan berbagai cara untuk sekedar mempertahankan Gengsi, Memainkan drama dengan tope...