Bon Chap. After All

84 4 4
                                    

Seminggu berlalu. Polisi juga telah membekuk seluruh pelaku dan mengamankan barang bukti. Untuk proses selanjutnya akan di serahkan pada pihak yang berwajib.

Hari ini, setelah menjalani seluruh prosesi akhirnya Park Juyeon bisa dimakamkan. Jihoon dan Sandara mengantarnya ke peristirahatan terakhirnya. Tidur yang nyenyak Park Juyeon, sampai bertemu di kehidupan selanjutnya.

Dan si bungsu kini berada dirumah sakit untuk mendapat perawatan karena kehilangan banyak darah.

Mari berterimakasih pada Park Jeongwoo yang sempat memeriksa denyut nadi dipergelangan tangan Jiyeon, dan Watanabe Haruto yang dengan sigap segera melarikan Jiyeon kerumah sakit terdekat. Jangan lupakan peran Choi Hyunsuk yang rela mendonorkan darahnya karena stock dirumah sakit yang terbatas. Hingga berhasil menyelamatkan nyawa Park Jiyeon.

Jihoon kembali menemui Jiyeon setelah acara pemakaman selesai. Matanya sembab entah sudah berapa lama ia menangis.

Pintu coklat kamar inap Jiyeon terbuka pelan menampilkan sosok Park Jihoon kakaknya dengan jejak air mata yang mengering.

Jiyeon tersenyum lembut kemudian merentangkan tangannya.

Grreppp.
Jihoon memeluk adik bungsunya erat yang kini setengah terduduk diatas brankar rumah sakit. Tidak, Jihoon tak ingin kehilangan lagi.

"Nangis mulu.. Jelek lo." Ledek Jiyeon menepuk pelan punggung.
Sesekali Jihoon menenggelamkan wajahnya diperpotongan leher sang adik.

Tak ada interupsi dari Jiyeon, ia membiarkan sang kakak menyalurkan semua perasaanya. Biarkan saja, Jihoon pasti sangan terpukul atas kepergian salah satu adik yang selama ini ia cari, selain kedua orang tuanya.

"Kakk..." Panggil Jiyeon lirih justru membuat Jihoon semakin mengeratkan pelukannya dan menggumamkan maaf berulang kali.

"Kakak ga salah..." Ucap Jiyeon masih dengan tangan yang menepuk punggung Jihoon.

Akhirnya setelah tiga puluh menit berlalu, pelukan pun terurai.

"Jangan nangis lagi. Sedih boleh, jangan terlali larut. Kasian Kak Juyeon." Ucap Jiyeon penuh hati - hati. Jihoon mengangguk patuh.

"Tante Dara mana?" Tanya Jiyeon yang tak melihat sosok Sandara hadir bersama Jihoon.

"Tadi langsung berangkat ke Canada." Jawab Jihoon dengan suara paraunya.

Jika bole jujur Jiyeon pun terpukul atas kepergian Juyeon. Usahanya sia - sia, kini kakak keduanya pergi untuk selamanya.

"Kak..." Panggil Jiyeon kembali meminta atensi dari Jihoon. Jihoon mengangkat wajahnya menatap Jiyeon yang tersenyum lembut padanya.

"Makasih..." Ucap Jiyeon membuat Jihoon khawatir hingga tanpa sadar menggenggam tangan Jiyeon begitu erat. Sadar akan ke khawatiran sang kakak Jiyeon menepuk pelan punggung tangan Jihoon.

"Makasih udah ngasih kesempatan Kak Ju buat bareng sama lo meski cuma seminggu." Lanjut Jiyeon.

"Je.."

"Minimal dia bisa rasain gimana rasanya ditemenin sama lo lagi." Jihoon menatap Jiyeon penuh tanya.

"Selama ini Juyeon kerja sama keluarga Nakamoto buat jadi pengedar. Dia sering dikirim negara luar negeri buat nganterin barang ke rekanan mereka." Jelas Jiyeon.

"Di hari rumah kita diserang, dan gue pergi ke Ausie itu gue nemuin Chaerin. Karena dia bilang curiga ada sindikat baru. Dan Juyeon ternyata ada disana."

"Lo inget kejadian di kantor pas gue kena tusuk?" Jihoon mengangguk.

"Itu Juga Juyeon." Jihoon tercekat seketika. Terlalu banyak rahasia yang Jiyeon pendam sendiri.

BulletStepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang