Ch 20 Lonely Rain (1)

72 12 7
                                    

"Long Fei; kenapa sejak tadi wajahmu kusut seperti lǎoyéye?" tanya Ming Hao sambil mengemudikan mobilnya dengan pelan di antara kendaraan-kendaraan lain yang memadati jalan utama di district Jing'An, "Kalau kamu cemberut terus seperti itu; kulitmu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Long Fei; kenapa sejak tadi wajahmu kusut seperti lǎoyéye?" tanya Ming Hao sambil mengemudikan mobilnya dengan pelan di antara kendaraan-kendaraan lain yang memadati jalan utama di district Jing'An, "Kalau kamu cemberut terus seperti itu; kulitmu akan cepat keriput..."

"Shut the f*ck up!" potong laki-laki itu dengan menopang dagunya dengan salah satu telapak tangannya yang disandarkan di pintu mobil.

Sebaris senyuman tipis pun terbentuk dari sudut-sudut bibir Ming Hao; sementara dia tetap melajukan mobilnya dengan santai sembari membaca papan petunjuk jalan yang terlihat beberapa meter di depannya. Dokter muda tersebut seperti sudah terbiasa dengan respon kasar dari Long Fei dan tidak satupun yang dimasukkannya ke dalam hati. Semua ucapan dari Long Fei hanya lewat sesaat ke telinga kirinya dan langsung berhembus keluar dari telinga kanannya.

Sejenak Ming Hao memperlambat mobilnya setelah membaca papan petunjuk jalan dengan seksama, kemudian dia melirik sekilas ke Long Fei yang duduk di sampingnya. Instruktur modern dance itu tetap bersikap acuh tak acuh; pikirannya masih berkutat pada pertengkarannya dengan Peilun.

Bagi Long Fei; owner Heng Café itu sudah dianggap seperti gēgē yang paling mengerti tentang dirinya dibandingkan dengan Yunxi. Apalagi dia anak tunggal yang tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis. Long Fei merasa bahwa dia mempunyai kesamaan latar belakang keluarga dengan Peilun; walaupun pada awalnya Peilun bukan anak tunggal sampai saudara kembarnya meninggal ketika dia mulai masuk kehidupan campus. Sejak saat itu, hubungan Peilun dengan kedua orang tuanya menjadi renggang dan hal tersebut menjadi alasan owner café itu tidak pernah pulang ke rumahnya di Hengdian. Padahal sebenarnya jarak antara kota kelahirannya dengan Shanghai tidak begitu jauh; hanya membutuhkan sekitar 3-4 jam jika ditempuh dengan mobil.

"Tskkk...," gerutu laki-laki dengan plaid hoodie shirt warna brick tersebut sambil menerawang ke langit malam yang sedang menyelimuti kota dengan julukan seribu cahaya itu.

Hampir setiap suka duka sehari-hari yang dialami Long Fei diceritakan kepada Peilun tanpa pernah dia merasa canggung atau malu. Laki-laki yang jago hip hop dance itu juga paling suka menghabiskan waktu luangnya di café kecil tersebut sambil mencurahkan isi hatinya dengan ditemani secangkir caffé latte dan French fries buatan Peilun.

Tetapi sayangnya tepat pada malam pergantian tahun ini; rencana mereka berdua untuk merayakan Xīn Nián bersama justru berakhir dengan adu mulut disertai dengan luapan emosi yang saling ditumpahkan satu sama lain. Tanpa sadar laki-laki dengan potongan rambut undercut warna light brown itupun menggertakkan gigi-giginya dan mendesah kesal hingga menarik perhatian Ming Hao.

"Kamu bertengkar dengan Peilun?" tanya dokter muda itu sambil meliriknya sekilas dan kembali fokus pada traffic light di depannya.

"....."

"Apa kamu ingin kembali ke cafenya sekarang?"

"....."

Long Fei tetap bungkam untuk sekian detik sampai akhirnya dia bergumam dengan cukup lirih, "Tidak perlu; biarkan si bodoh itu sendirian..."

 🔞  29 July, Ch. 44-45 (HONEY & LEMON)✨🔞FeiYun✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang