Aku menghempaskan tubuhku ke tempat tidur sembari memikirkan tawaran yang Papaku berikan. Kutatap langit-langit kamar yang sudah lapuk dan beberapa sudutnya yang dipenuhi jaring laba-laba. Jorok! dan Kotor!. Mungkin terakhir kali dibersihkan oleh pemilik kontrakan sebelum disewakan kepada kami. Yaa..bagaimana lagi aku punya waktu untuk memikirkan ini. Tanganku Tak cukup banyak untuk melakukan itu. Memikirkannya saja aku tidak pernah. Kurasa Aku terlalu sibuk mengeluh . Bentang? Mungkin..iyaa. maksudnya ia mungkin sempat kalo ia tidak selalu di luar. Aku tahu betul Bentang orang tipe macam apa. Ia yang selalu membereskan bekas makanan dan membersihkannya kemudian menaruhnya ketempat asalnya. Ia yang selalu membersihkan toilet tiap kali panggilan alam, wajib!! plus pembersih toilet. aku selalu berpikir dia memang orang yang cocok denganku. Ya...aku yang tidak terlatih kemudian hidup bersama dia yang sangat terlatih mengurus urusan rumah tangga seperti ini. Tapi kini mungkin tidak lagiii...maksudku sekarang aku mungkin tidak bisa hidup bersama Bentang yang super perfeksionis yang selalu membuatku tergila-gila dan hilang akal Kupikir. Kesempurnaannya hampir menyembunyikan kekurangan yang ada pada dirinya.
Kuraih tasku untuk mengambil HP ku. Beberapa notif bar dari whatsaap yang isi pesannya hampir 1000-an dominan dari grup kelasku yang beberapa Hari ini tidak pernah kubuka. ada notif email iklan persuasif dari lembaga keuangan. Ada notif dari tagihan belanja onlineku. Cuma kredit laptop aja... Yaa itu karena laptopku rusak. Sebelum-sebelumnya aku pake laptop Bentang. Tapi saat situasinya seperti ini aku sama sekali tidak komunikasi dengannya Bagaimana mungkin aku meminta atau merengek meminjam laptopnya untuk keperluan tugasku. Bukan Rinjani banget dehh. Kubuka sosmed logo kamera berwarna ungu putih, langsung kudapati muncul postingan dari Akseyna yang menandai akunnya Bentang dengan foto mereka berdua di alun-alun Kota Bandung dengan wajah bahagia. Akseyna dengan pose tersenyum bahagia menampilkan deretan giginya dan lesung pipi yang Manis dan gaya tangan khas perempuan Asia 'peace dua jari', Dan Bentang dengan senyum manis klimisnya yang memikat. Ia terlihat bahagia.
Captionnya:
Day 3 with si Jenius. Senang bisa bekerjasama.
#Bandung
#Research
#Alunalun
#HappyAku Masih menatap lekat Postingan itu. Ada rasa yang bergejolak di dadaku. Kemudian Aku langsung keluar dari aplikasi itu aku kemudian beralih membuka whatsaap. Pesan dari Bentang tiga hari yang lalu.
Aku titip Savana di Ibu
Ya Tuhan… tiga hari yang lalu.
Tiga hari yang lalu aku sedang di Bekasi dimana aku juga sedang bertarung melawan kekhawatiran dan ketakutanku selama ini. Jadi aku terlalu fokus sampai tak sempat mengecek whatsaap sama sekali aku terlalu takut. Membaca pesan itu membuatku khawatir. Savana sekarang bersama ibunya Bentang. Tuhan aku memang egois.
"Maafin mama, Sava", aku menahan air mataku untuk keluar. Aku mulai berpikir aneh-aneh.
"Apa ia baik-baik saja?", Rutukku dalam hati.
Jelas pikiranku sudah kemana-mana. Aku sangat..sangat khawatir kalo sampai terjadi apa-apa pada Savana. Aku tahu lingkungan tempat tinggal ibuuu mertuaku. Ooh Tuhan..aku berat sekali untuk menyebutnya. Lingkungan itu benar-benar kumuh, lingkungan di kontrakan ini jauh lebih mendingan. Disana kamu tidur dengan sampah. Mohon maaf.. Selama aku bersama Bentang, terhitung hanya 2 kali aku kesana. Jujur aku tidak nyaman. jelas itu tidak bersih dan sangat tidak cocok untuk bayi. mungkin hanya ada 2 spot nyaman disana yaitu di kamar Bentang dan di halaman belakangnya. Sempat aku bertanya saat pertama kali ia mengajakku ke rumahnya.
"Ben, kamu belajarnya gimana?""Iya?", Ia bertanya. untungnya ia tidak dengar dan aku langsung mengalihkan pertanyaanku.
"Kamu keren banget selalu bisa jadi bintang sekolah", jelasku.
"Oo iyaa Je, aku memilih tempat ternyaman untuk belajar. Di kamarku misalnya atau...sini masuk", ia faham maksudku. Sumpah aku jadi malu sendiri. Ia kemudian menarik tanganku dan mengajakku ke halaman belakangnya.
"Disini", kami sampai. Aku tercengang. Ini berbeda dia memang out of the box. Jenius!
Sekarang aku seperti tidak sedang di lingkungan kumuh tadi.
"Luar biasa", aku Masih ternganga. Aku sekarang seperti berada di halaman kompleks perumahan elite. Dia menyulapnya minimalis tapi ini benar-benar nyaman. Ada rumput hijau yang terawat, bunga-bunga, sepasang kursi Dan mejanya yang terbuat dari batu atau semen, batu-batu buatan, ada aquarium kecil berukuran 60×50×50 berisi tiga ekor ikan hias berwarna merah.
"Saat aku bosan di kamar aku kesini. Atau saat otakku lagi mumet banget pas lagi ngerjain soal yang jawabannya nggak ketemu hehe, dan pas Kita telfonan malem-malem aku telfonnya sering disini hmm", ia tersenyum malu terlihat semburat merah di pipinya.
Segera kutepis pikiran-pikiran anehku. Savana pasti baik-baik Aja.
Sebuah notif masuk dari whatsaap ku. Dari Mama.
"Gimana Je? Kamu sudah putuskan?"
"Aku butuh waktu lagi buat mikirin ini, Ma.", Segera kubalas Pesan Mama.
"Iya Je, kami tunggu keputusanmu. Kami sangat berharap kamu bisa terima ini. Sungguh ini kesempatan besar buat kamu."
"Semoga keputusan kamu nggak ngecewain papa kamu. Papa sangat sayang kamu". Pesan susulan dari mama.
Kuhempas HP ku. Aku tidak membalas Pesan Mama.
"Hidup yang rumit", rutukku dalam hati. Aku mulai memejamkan mataku. Sampai terlelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
RINJANI
Teen Fiction"Sekarang kamu berubah" Pesan yang kuterima dipagi-pagi buta seperti ini semakin menambah beban hidupku saja . Yeah beban hidup..kupikir masalahku semakin berlomba-lomba menjejakiku Dan selalu berakhir tanpa solusi yang kurasa Tak pernah memihakku...