Perasaan yang Berkecamuk

75 4 2
                                        

"Je Lu yang bawa ya. Gua udah lemes banget nih, seret nih tenggorokan gua", melasnya dengan manja kemudian menyodorkan kunci Mobilnya kepadaku dan langsung duduk di kursi penumpang.

"Iya"

Aku kemudian menjalankan kemudi. Di sepanjang jalan kami tidak mengobrol karena Tora tertidur. Kasihan sekalii Sepertinya ia kekurangan tenaga. Aku jadi salut dengannya. Salah satu hal yang bikin aku salut dari umat Islam adalah kesabaran mereka berpuasa selama sebulan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana mereka berpuasa penuh Selama 30 hari. Kami Umat katholik juga melakukan Puasa  di sebut sebagai Puasa RAJA yakni puasa Rabu Abu dan Jumat Agung.

'LIPPO MALL KEMANG'

Kami akhirnya sampai. Kami menuju Kid's Station di lantai 2 untuk bertemu dengan pemilik toko, buk Hera.

"Selamat sore buk", sapa Tora kepada pemilik Kid's Store. Sekarang ia sudah lumayan bersemangat.

"Hai, Selamat sore..Mari masuk dulu ke ruangan saya", buk Hera mempersilakan kami. Kami mengekor dari belakang.

"Bagaimana dengan supply barang yang kami minta?"

"Kami bisa minta list-nya dulu buk supaya bisa kami match dan fitt ke draft"

"Tentu saja, okee.. list..list..nah ini!", buk Hera menunjukkan kami.

"Setelah ini kami akan cek ketersediaan di pabrik. Mungkin ibuk akan menunggu sekitar 2-3 minggu kedepan karena jumlah bid ibuk lumayan besar.", aku menjelaskan.

"Baik, kami tunggu yaa. Oke itu saja. Mari dinikmati dulu minumannya".

Aku mulai meminun minumannya. Kopi Toraja. Sangat khas.

"Pak Tora silahkan, tidak perlu malu."

"Saya sedang berpuasa nih buk."

"Oh, nanti pak Tora bawa yang belum diseduh untuk berbuka. Untuk buk Rinjani juga"

"Hmm Terimakasih buk. Oiya saya lihat di surat kerjasama kemarin, store ibuk sudah ada 12 cabang ya?"

"Mm iyaa. Dulu awal-awal buka usaha saya dengan suami, nggak mudah. Kami terseok-seok. Yeah, kami bukan dari keluarga yang punya. Keluarga kami cuma buruh Jadi hmm,,", iya sedikit tersenyum.

"Tidak ada warisan haha", ia sedikit tertawa lepas.

"Tapi karena semangat suami saya yaa, dalam keadaan tersulit dia tetap  support keluarga kami. Dulu beli beras saja kami tidak mampu. Jadinya ngakalinnya kami sering puasa, kayak Mas Tora", ia melirik Tora

"Saat anak pertama lahir kami makin terseok-seok. Sehingga suami  semakin bekerja keras. Apapun dikerjain, Mbak Rinjani", ia menggenggam tanganku. Kulihat semburat kesedihan diwajah yang sepertinya sudah hampir 50-an tahun itu.

"Saya teringat kejadian tahun '95 saat konser Bon Jovi ke Jakarta, kami panas-panasan sambil bawa anak saat itu masih 6 bulan pertama kami jualan di sekitaran tempat konser. Kami diusir petugas. Haha menyedihkan sekali ya. Tapi dari kejadian itu saya dan suami mulai hobi berjualan."

"Alhamdulillah usaha sekarang sampai seperti ini", ia menarik nafas mengakhiri ceritanya.

"Ibuk sangat luar biasa", aku balas menggenggam tangannya semakin erat.

"Suami saya tidak pernah mengeluh. Dia selalu bekerja keras"

Mendengar ceritanya mengembalikan memoriku 11 tahun yang lalu. Entah kenapa suami Buk Hera mengingatkanku pada Bentang. Bentang yang pekerja keras dan tidak pernah mengeluh. Hatiku menyerngit. Buk Hera wanita hebat, ia bisa menerima keadaan apapun berbeda denganku yang selalu mengeluh. Aku tidak menerima keadaan Bentang yang miskin maksudku keluargaku yang tidak menerimanya, akhirnya aku meninggalkannya kan. Tapi Aku juga tidak bisa menyalahkan  diriku sendiri. Toh aku meninggalkannya karena aku ingin dia tidak terlalu bekerja keras, aku hanya ingin dia fokus di kuliahnya dan menjadi orang besar kemudian aku bisa kembali dengannya setelah kami sama-sama sukses dan merawat Savanna kemudian hidup bahagia. Itu adalah rencanaku. Tapi ternyata rencana orang tua ku jauh lebih baik.

Sudahlah, cukup Rinjani. Berhenti memvonis dirimu terus. Sekarang kamu sudah memiliki Azriel dan Alvin kan?

"Ini cucu saya", Buk Hera menunjukkan kami foto cucunya.
Seorang gadis kecil Manis, umurnya sekitar 11 tahun. Umur yang sama dengan Savana. Bagaimana kabar anak itu sekarang? Apakah kamu tidak ingin menemuinya Rinjani? Apakah sekarang dia membencimu dan menganggap dirinya tidak memiliki ibu? Bagaimana dengan sekolahnya? Apakah teman-temannya akan membully nya karena ia tidak memiliki ibu? Bagaimana dengan baju-baju yang Ia pakai? Apakah ia ke dokter gigi? Bagaimana saat ia demam apakah ia mencari ibunya?, perasaan ini mulai berkecamuk jika mengingat perihal Savana.

Anak itu. 10 tahun bahkan 11, ia tidak merasakan bagaimana pelukan ibu. Ia yang tidak pernah merasakan sambutan hangat  ibu ketika pulang sekolah, ia yang tidak pernah mendapat baju dari ibu. Sepuluh tahun sudah Savana aku tidak memelukmu. Maafkan aku sudah meninggalkanmu. Maafkan..

Perasaanku tidak bisa berhenti berkecamuk. Sekarang aku tidak fokus. Aku ingin menangis. Aku tidak tahan lagi. Aku kemudian meminta izin untuk ke kamar mandi.

Di depan cermin

"Savana maafkan mama"

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang