Sudah 3 minggu sejak kepergian Rinjani keadaanku sekarang setengah hancur. Kenapa setengah? Entahlah, setengahnya lagi Savana yang membuatku harus terus berdiri tegap. Ia penguatku untuk terus berjuang. Hari-hariku, kalian pasti bisa tebak, tidak ada yang istimewa, dibilang tidak ada senangnya juga tidak, tentunya ada tapi mungkin nggak banyak. Misalkan aku melihat anakku yang sediikit bisa berdiri. Seminggu yang lalu tiba-tiba ia berdiri padahal saat itu posisinya sedang duduk saat kutinggal ke dapur untuk membuatkan susu. Sungguh, itu membuatku bangga sebagai Seorang ayah 'muda' yang tidak berpengalaman. Seminggu kemudian ia sudah bisa melangkah meskipun masih tertatih-tatih. Menurutku ini keajaiban luar biasa, bisa berjalan diumur hampir mencapai 2 tahun, dengan waktu yang singkat 2 minggu, atau mungkin kurang. Inii semacam mujizat Tuhan. Aku ingin mengatakan kalo Tuhan itu nggak tidur, Tuhan nggak selamanya ngasih kita ujian dan Coba. Selama Kita terus percaya pada-Nya, Tuhan tidak akan meninggalkan Kita. Semoga Kita selalu dapat berkat dari Tuhan yang Maha kasih.
Sekarang aku dapat pekerjaan tambahan. Yaa meskipun ada sesuatu yang harus ku korbankan, KULIAHKU. Okey, kuliahku nggak baik-baik aja. Sekarang aku sering membolos alasannya tidak ada yang menjaga Savana. Membawanya ikut belajar di kelas? Tidak mungkin! Mata kuliahku kebanyakan praktikum. Kalian Masih ingat kejadian saat aku harus tiba-tiba keluar kelas? yeah seperti itulah. Menyewa baby sitter atau baby day care? Aku Jujur penghasilanku tidak cukup untuk melakukan itu. Mungkin bisa tapi kami harus bersedia tinggal di kolong menggelar kardus dan itu tidak akan kulakukan. Terus gimana dengan uang perjanjian orang tuanya Rinjani? Aku bersumpah tidak akan menggunakan uang itu. Aku tidak perduli mereka mentransfer tiap bulan, berapa nominalnya. Aku akan berusaha semampuku agar keadaan ini membaik. Okey sikapku mungkin lebay, aku menzalimi diriku. Tapi mohon maaf ini adalah prinsipku. Lebih baik memakan hasil keringat sendiri bukan?
Sekarang aku sibuk bekerja di Bengkel Koh Achun, upahnya lumayan dan aku menyukai pekerjaan ini. Kalau disuruh memilih aku lebih suka bekerja sebagai tukang bersih di Cafe atau mereparasi kendaraan di Bengkel? Kalian sudah tahu jawabanku. Huh, aku jadi teringat lagi saat memperbaiki kalkulatornya Rinjani pas training olimpade di SMA dulu. Aku segera menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Tidak tidak tidak", kucoba menghilangkan memori tentangnya.
Sebuah Mobil menepi tepat di depan Bengkel. Pemiliknya keluar. Pria bertubuh tegap kekar, berusia sekitar 36 tahun memakai kacamata hitam berbentuk daun, bentuknya cukup menghibur. sekilas agak sangar tapi outfit yang ia kenakan kayak nggak sesuai dengan tubuhnya. Terlihat norak, mohon maaf.
"Ganti ooli ya dek!", Nadanya dapat kutebak, orang Batak.
"Sip Om!, Om tunggu disitu yaa", aku mempersilahkannya duduk di kursi tunggu. Disana ada Savana yang tengah duduk di baby walker sambil mengunyah biskuit. Oiya baby walker itu diberikan oleh istri Koh Achun. Katanya bekas cucunya. "Nih buat Savana, Masih bagus lo..dari pada diem di gudang teruskan, dulu dipake cucu pas anak tinggal disini", begitulah kira-kira ia memberikannya pada Sava.
Ngomong-ngomong Koh Achun dan istri orang yang baik, dermawan. Orang China!. Eits nggak semua orang China pelit lo Yaa. Ituu hanya semacam streotip, menurutku. Justru aku sangat kagum dengan jiwa juang mereka. Apalagi jiwa dagang mereka, Huh. Nggak ada tanding. Dan ini rata-rata banyak kutemui orang keturunan China. Oiya saat aku SMA dulu juga gituu. Aku SMA ditempat yang terbilang elite dan isinya mayoritas Chindo. Kalian tahu orang tua mereka rata-rata pengusaha. Yang lokal juga lumayan tapi di sekolahku dulu isinya kebanyakan Chindo. Aku...yaa termasuk penghuni lokal. Oiya mungkin sudah diceritakan rinjani aku bisa masuk ke sekolah itu karena beasiswa.Tapi anehnya banyak yang bilang aku keturunan China, mungkin Karena mataku yang agak sipit ya...tapi sumpah orangtuaku asli Indo. Mendiang ayah Betawi, ibuk Jawa. Mungkin Iya digaris keturunan dulu ada China-nya. Tapi entah kapan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJANI
Ficção Adolescente"Sekarang kamu berubah" Pesan yang kuterima dipagi-pagi buta seperti ini semakin menambah beban hidupku saja . Yeah beban hidup..kupikir masalahku semakin berlomba-lomba menjejakiku Dan selalu berakhir tanpa solusi yang kurasa Tak pernah memihakku...