Seorang perempuan muda berhijab yang saat ini tengah berada di depan rumah Bentang. Berkali-kali ia cek-lepas HP nya berharap menunggu balasan atau telpon balik dari Bentang. Ia kembali melihat ke arah rumah yang nampak kosong. Jendelanya tertutup, tidak seperti biasanya. Ia menjadi khawatir karena sudah 2 hari ia tidak saling berkabar dengan Bentang. Biasanya mereka akan bertukar pesan setiap harinya meski sekedar menanyakan kabar Savana atau Bentang, atau mengirim berita viral dan video lucu di sosmed yang berujung pesan random kocak mereka. Pesan terakhir yang Ia kirimkan untuk Bentang ialah tentang rencana pertunangannya lebih tepatnya perjodohannya dengan seorang Dosen di Salah satu Universitas Islam di Jakarta.
"Ayoo Ben...angkat telpon aku..."
Telponnya tidak kunjung diangkat juga. Sudah 20 panggilan keluar. Iapun mencoba mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban, langkah Kaki, atau suara apapun tidak adaa. Ia coba ketuk lagi kemudian terdengar suara langkah Kaki melangkah dan pintu di buka. Sekarang nampak Savana dengan penampilan semrawut dengan mata yang bengkak menatapnya sendu.
"Savana!Sayang?!", ia begitu kaget, dipeluknya Savana dalam dekapannya. Savana pun menangis lagi. Anak ini sudah menangis hampir 2 hari. Ia melepas pelukannya ditatapnya Savana lekat-lekat. 'Ada yang nggak beres nih', rutuknya dalam hati. Ia mengusap air mata anak itu yang tidak bisa berhenti keluar. Sambil terus memandanginya, ia tak ingin menanyakannya apapun karena ia tahu tak baik menanyakan alasan orang menangis saat orang itu menangis. Yang Ia lakukan sekarang ialah mengelus pundak Savana.
Etiket sederhana tapi Banyak yang menyepelekannya. Akan lebih baik kita menunggu kondisi orang itu membaik dan alangkah lebih baiknya lagi kita menghibur orang itu atau diam membiarkan mereka tenang jauh lebih baik lagi. Namun yang banyak kita temui di masyarakat adalah seseorang cenderung mencecar banyak pertanyaan pada orang yang sedang berduka atau bersedih. Memaksa untuk tahu alasan orang sedih. Kepo! padahal ngasih solusi aja tidak!
Terus dielusnya pundak Savana sampai anak itu benar-benar tenang dan mulai mencoba mengeluarkan suaranya.
"Tan..te..a-apa tan-te b-bisa memba-wak..ku ber..temu mama?", Ia sesenggukan.Pertanyaan Savana, entah kenapa hatinya sakit sekali mendengarnya. Anak ini hampir 10 tahun ia tak mengenal wajah ibunya. Sekarang dipeluknya Savana kembali, tidak terasa air matanya ikut menetes. Hatinya betul-betul tersayat. Ujian apa yang Tuhan berikan untuk anak sekecil ini? Apakah ini adalah karma atas kesalahan masa lalu orang tua mereka tapi kenapa harus ia Tuhan? Kenapa ia yang harus ikut menanggungnya? Apakah ia terlalu kuat sampai Tuhan berikan ia ujian seperti ini?
"Savana...Tante akan bawa Savana ketemu mama! Tante janji"
"Beneran Tante?! Dimana kita bisa temui mama?"
Ia terpaku sebab ia tidak tahu sama sekali kabar tentang Rinjani, pertemuan terakhir mereka saat bertemu delapan mata bersama Bentang dan juga Alvin 5 tahun yang lalu. Ia sudah mencoba menghubunginya lewat DM Instagram tapi tidak ada balasan. Postingan terakhir Rinjani 10 tahun yang lalu hanya sebuah foto Kaki bayi berwarna monokrom. Ia berpikir mungkin Rinjani mengganti akun atau ia memang benar-benar tidak bermain sosmed lagi. Begitupun dengan Alvin postingan terkahirnya 5 tahun yang lalu gambar langit dan awan. Ia sudah coba men-DM nya juga tapi tidak ada balasan.
"Tante akan cari tahu dimana mama kamu ya sayang. Kita akan temui mamanya Savana. Tante janji", tekad yang kuat akhirnya yang membuat anak itu sedikit memicingkan senyum. "Tapi sekarang...Savana mau nggak Tante ajak keluar. I have something for your best ten's birthday, today". Perempuan ini begitu baik dan tulus. Savana mengangguk mengiyakan.
++++++
Mereka sampai di sebuah kebun binatang. Kebun binatang yang pernah Savana kunjungi dulu saat ia Masih berusia satu tahun bersama mamanya dan Alvin.
![](https://img.wattpad.com/cover/282646640-288-k93075.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJANI
Fiksi Remaja"Sekarang kamu berubah" Pesan yang kuterima dipagi-pagi buta seperti ini semakin menambah beban hidupku saja . Yeah beban hidup..kupikir masalahku semakin berlomba-lomba menjejakiku Dan selalu berakhir tanpa solusi yang kurasa Tak pernah memihakku...