Pedih

34 6 1
                                    

"Aksey!", Dari kejauhan Bentang yang sedang memanggil Akseyna membuat Akseyna berlari mendekati Bentang.

"Hai, Ben!", Sapaan ramah dari Akseyna tidak lupa dengan senyum manis yang menampilkan Gigi putihnya.

"Gimana observasi kamu Hari ini? Lancar?", Tanya Bentang membuka perbincangan.

"Duuh lumayan capek sih. Ada beberapa data yang emang harus Kita tambahin lagi Kita butuh tambahan narsum lagi nih!", Keluh Akseyna.

"Nih, biar semangat kamu balik lagi", Bentang menyodorkan sebotol minuman pengganti Ion.

"Makasih ya, Ben. Kamu emang selalu perhatian"

"Oiya Observasi yang bagianku udah selesai nih tinggal aku olah ke N-Vivo sama E-views untuk data kuanti nya. Kalo kamu capek kamu istirahat dulu gih"

"Nggak, Ben. Kalo aku nyerah..Malu sama kamu ih. Aku bakalan terus berusaha_

..buat ngimbangin kamu", tiba-tiba mata mereka saling menatap cukup intens. Cukup lama..sampai semburat merah terlihat di pipi Akseyna.

"Hmm, outfit kamu bagus. Aku suka. ka..kamuu terlihat serasi dengan outfit itu. Terlihat Manis", Bentang mulai gugup dan nampak jika ia berbicara agak kikuk. Respon Akseyna seperti malu-malu suka. Wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

"Oiya maaf di rambut kamu a..ada sesuatu. Maaf yaa aku..", Bentang mengambil sebuah ranting kecil bekas daun kering yang tersangkut di rambut Akseyna. Sekarang posisi mereka semakin dekat, sangat dekat. Oh tidak wajah mereka! Wajah mereka semakin dekat! tidak Tuhan! apa-apaan ini! Tidaaaak!!!

_______

"Savana!"

"Kamu kenapa, sayang?"

Savana terkulai lemah di rumah sakit dengan Selang impus dan suara monitor yang berdecit. Entah apa yang terjadi pada Savana. Dokter kemudian datang.

"Kenapa dengan Anak saya, dokter?"

"Anak Mbak keracunan makanan, hasil lab tadi menunjukkan kalo anak Mbak sudah diberikan makanan yang sudah expired"

"Ya Tuhan!!!", Aku terpaku kaget tak percaya. Kemudian dari lorong sebelah kiri ibunya Bentang datang.

"Ibu...ibu kasih makan apa ke Savana? Ibu...tolong ibu...", Aku menangis sejadi-jadinya tapi ibu tidak menjawab sama sekali. Dia hanya menatap datar tanpa ekspresi.

"Ibuu...Savanaa keracunan! Ibuu..", ibu masih tidak merespon sama sekali, aku kemudian berlari tidak sanggup melihat Savana kesakitan seperti itu. Air mataku Tak terbendung lagi aku terus berlari di lorong rumah sakit. Tapii di lorong sebelah kanan menuju ruang ICU ada yang aneh. Aku kemudian berhenti berlari.

"Mama", kenapa tiba-tiba ada mamaku disini?", Rutukku dalam hati. Aku kemudian mendekat menghampiri mama.

"Mama! Mama kenapa disini?"

"Jee, Papa sekarang di ICU. Serangan jantungnya kambuh", mama menangis.

"Mama, ini nggak benerkan? Setahu rinjani papa nggak ada riwayat penyakit apapun.. paling cuma sakit pinggang. Mama pasti nipu rinjani biar rinjani tersugesti sama keinginan kalian kan? Iyaakan!"

"Rinjani!Papa Sudah lama sakit. Sekarang dia tidak bisa menahannya lagi", mama terus menangis.

"Mama! Mama! Mama"

_______

"Demi Tuhan...", aku tiba-tiba bangun dengan keadaan kaget.

"Mimpi", lirihku penuh syukur.

"Hanya mimpi"

Drt...drt...drt

Bentang is Calling_

___________

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang