HARI-HARI BERLANJUT

66 3 0
                                        

Sudah 3.5 tahun berlalu, aku dan Savana menjalani hari-hari kami tanpa ibu, tanpa pasangan. Aku bekerja setiap hari, membawa savana ke Bengkel. Tidak terasa savana sudah mau 6 tahun saja. Ia mulai mandiri, sudah bisa dimintai tolong, misalkan mengambilkan aku handuk atau menyiapkan pakaianku. Ia tipe anak yang irit bicara tapi rasa ingin tahunya sangat tinggi meskipun ia agak pendiam kalau bertemu orang lain. Ia akan menunjukkan kecerewetannya hanya ke beberapa orang seperti aku, Om Kelian, Koh Achun dan istrinya, serta Akseyna. Oiya, mungkin karena hanya orang-orang itu yang biasa ia temui. Savanna tidak aku masukkan ke TK karena memang ia tidak mau. Saat kutanyai ia ingin masuk TK? Ia bilang, "itu merepotkan ayah, nanti Sava langsung SD aja!". Mendengar jawabannya aku cukup menarik nafas mengenduskannya, begitulah. "lagian kalo TK, lebih banyak main-mainnya kan". Kalo sudah begini Aku juga tidak bisa memaksanya, ia sudah tahu kalo ia lebih ingin langsung masuk sekolah Dasar. Savanna. Sedikit keras kepala. Entahlah aku sebenarnya tidak ingin menyimpulkan terlalu dini, tapi melihat perkembangannya sejauh ini ia cukup kekeh dengan pendapatnya, misalkan jangan terlalu sering menggunakan kipas angin saat tidur, ia bilang "gerah ayah". Kami harus berdebat beberapa menit dulu yaah pada akhirnya aku yang kalah juga. Memang betul dunia ini sangat gerah. Tidak bisa kupungkiri sifat keras kepalanya memang menurun dari ibunya.

Oh Tuhan, kenapa harus bawa-bawa Rinjani lagi sih!

Okey, sempat beberapa kali ia bertanya tentang ibunya. Saat itu kami sedang sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Aku yang sibuk dengan ponselku menanggapi beberapa customerku. Oiya, Sekarang selain di Bengkel aku mulai membuka usaha penjualan kaos dan sablon. Usaha ini kubuka setelah mengumpulkan tabungan hasil dari bengkel selama 3,5 tahun. Alhasil kami sekarang bisa menyewa kontrakan yang lebih besar dengan 2 kamar, Karena savana juga sudah besar dan aku harus membiasakannya tidur sendiri. Usahaku sudah berjalan tiga bulan, cukup menantang. Tapi harus aku lakukan. Kembali lagi ke Rinjani. Savana sempat beberapa kali menanyakan tentangnya setelah kepergiannya hampir 4 tahun tanpa kabar. Iya, tanpa kabar. Ia benar-benar menghilang. Aku akan jujur, aku sempat mencari tahu tentangnya tapi hanya sebatas stalking di media social. Kupikir aku bisa mencari tahu apa yang ia lakukan sekarang. Tapi nol. Yang Nampak hanya postingan terakhirnya 5 tahun yang lalu dengan tampilan kaki seorang bayi dengan effect monokrom. Ini kulakukan karena saat itu Savana menanyakan tentangnya. "Ayah, Kapan mama pulang?", begitulah pertanyaannya dengan ekspresi mengintimidasi. Aku hanya bisa menjawab "mungkin tiga bulan lagi?", jawabku menyakinkan padahal aku berbohong. Mau tidak mau ini harus kulakukan disatu sisi aku menjaga perasaan Savana juga. Mendengar jawabanku tergambar wajah ceria di wajahnya. Setiap ia mendengar kalau mamanya akan pulang tiga bulan lagi, entah kenapa ia seperti mesin yang baru di isi dayanya, ia akan berlari berjingkrak-jingkrak menuju kalender memberikan tanda melingkari tanggal tepat setelah tiga bulan. Tepat di hari tanggal yang ia lingkari ia akan menunggu sepanjang hari di kontrakan, ia rela tidak ikut denganku ke Bengkel hanya karena ia menunggu kedatangan mamanya yang entah itu tidak akan terjadi. Dalam hati aku menangis sekaligus menyesal dan kasihan padanya. Maafin Sava, Ayah. Ayah berbohong. Setelah menunggu lama dan mamanya tidak datang, ia mulai murung lagi menjadi pendiam lagi. Ini terus berulang, kejadian yang sama.

Sampai suatu malam hebat itu terjadi. Sepulang bekerja. Malam dimana kudapati ia terlelap di kursi meja makan dan aku mengecek kalender di kamarnya. Benar. Ia sedang menunggu Mamanya. Berulang kali hatiku terkoyak lagi. Dalam hati aku mengutuk diriku. 'Bodoh bodoh bodoh apa-apaan ini, Savana kemari peluk ayah. Maafkan ayah selalu mebohongimu, Savana'. Belum sampai aku memegangnya, ia terbangun. "Mama?", Dengan Suara serak ia memanggil mama. Ia kira mamanya. Tapi dalam sekejap kulihat semburat kecewa di wajahnya. "Ayah?", Ia menunduk kemudian beralih menatap tajam ke arahku".
Ia terdiam beberapa saat sampai ia tiba-tiba teriak, "Ayah kenapa mama nggak datang-datang!!". Aku hanya bisa terdiam, aku beranjak berjalan menuju kamar. "Ayah.. ayah, dimana mama!?", Ia berteriak sembari mengikutiku di belakang. Aku Masih mengabaikannya. "Kata ayah mama akan datang 3 bulan lagi, tapi tapi ini sudah 3 bulan bahkan ini yang ketiga. Tapi mama Mana ayah!?". Aku terus menghindarinya tapi ia bersikeras mengikutiku. "Ayaah! Mama kapan datangnya!!", Ia tepat dibelakangku. Aku bingung aku tidak tahu apa yang harus kukatakan sekarang aku pusing sampai aku tidak sengaja mendorongnya sampai ia tersungkur ke meja tepat dibelakngnya dan dengan jahatnya aku bilang, "Mama kamu nggak akan datang!!". "Dia tidak mencintaimu!!"
Tuhan, Apa yang telah aku lakukan, aku telah membuatnya hancur. Kulihat ekspresi ketakutan diwajahnya, ia meringkuk dibawah meja. Aku jahat sekali. Tidak, aku tidak bermaksud begitu, aku hilang kendali lagi. Tidak aku tidak salah. Berbagai Kalimat terus bergumul di otakku. Aku hanya diam memaku menatapnya yang meringkuk ketakutan. Sekarang aku juga ketakutan, takut pada diriku sendiri. Aku berlari keluar tanpa menghiraukan keadaannya.

Malam itu begitu menyeramkan, dan aku sangat sangat menyesal. sampai detik ini. Setelah kejadian itu ia menjadi semakin pendiam pada semua orang, termasuk Om Kelian, Koh Achun dan istrinya, dan juga Akseyna. Mereka akan bertanya padaku ada apa dengan Savana. Kukatakan, sepertinya ia belum siap masuk sekolah, dengan wajah ceria seolah tidak terjadi apa-apa.

Malam ini aku sedang sibuk menyiapkan pesanan pembeli, setelah sibuk bekerja seharian di Bengkel lanjut ke pekerjaan ini.

'ting tong'
Bunyi Pesan masuk dari smartphone ku..

"Ben, hadir di acara wisuda aku yaa, sama Savana juga", Pesan dari Akseyna dengan kiriman foto yang sedang mencoba toga wisudanya tersenyum dengan deretan gigi kelincinya yang putih. Cantik.

Ia akhirnya wisuda, Menyelesaikan masa studinya. Andai aku jugaa tidak berhen....ah sudahlah! Aku bahagia dengan pilihanku, dan aku sangat bahagia dengan kelulusannya.

"Oiya Kita ketemu malamnya Aja, di kontrakan kamu atau di luar juga boleh. Sorry hampir lupa kalo kamu kerja"

"Okey Sey"

"Okey Ben, Salamku sama Sava yaa, sampai ketemu besok malam"

Aku kembali sibuk dengan pekerjaanku. Aku harus Menyelesaikannya malam ini Karena besok aku fokus di Bengkel.

Beberapa kali aku mengamati Sava yang juga lagi fokus dengan komik yang aku belikan 3 Hari yang lalu. Aku sudah menurunkan hobi membaca komikku padanya. Oiya Ia sudah pandai mengeja huruf, beberapa bulan lagi ia akan masuk ke Sekolah Dasar.

Sudah pukul 22.14

"Sava tidur dulu sayang..."


RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang