"Welcome to Wisata Kuliner Pecenongan"
Sekarang kami sudah berada tepat di depan gapura bertuliskan Selamat datang di wisata Kuliner Pecenongan. Setelah berjalan beberapa meter dari tempat parkir. Ternyata ia mengajak kami ke Taman Pecenongan. Selama perjalanan tadi kupikir ia akan membawa kami ke tempat yang memanjakan mata seperti planetarium atau tempat untuk me-refresh otak seperti taman awan dengan pemandangan kerlap kerlip Kota Jakarta atau ke tempat bermain anak-anak. Tapi itu diluar dugaanku, Mmm kubilang ini unik, pikirku Akseyna seperti perempuan kebanyakan yang kukenal yang lebih senang berjalan-jalan di mall dengan target barang-barang branded. Tapi Sepertinya dia tipe perempuan yang 'easy going' maksudku ia tidak terlalu memperhatikan bagaimana ia berpenampilan, cuek dengan masalah merk artinya bukan pemuja barang branded. Sederhana. Mungkin kata yang tepat untuknya. Terlihat dari Bagaimana ia berpakaian.
Setelah berkeliling meyusuri jalanan Pecenongan yang cukup ramai kami menyempatkan untuk beristirahat, melihat Savana juga Sepertinya ia mengantuk. Dari tadi ia berteriak kegirangan, sekarang baterainya sudah habis hmm. Aku menggendongnya, mendekapnya. Kami beristirahat di sebuah mini resto berkonsep kafe, disini agak sepi. Berbeda dengan pemandangan tadi. Lumayan elite, mungkin itu yang membuatnya tidak terlalu ramai. Hanya beberapa pengunjung. Nampaknya pengunjung kelas elite, yeah terlihat dari cara mereka berinteraksi seperti berbicara masalah yang serius, bisnis mungkin. Kami duduk di kursi paling pojok, pelayan datang menghampiri kami memberikan buku menu. Akseyna mulai membukanya. Yup tebakanku benar. Alasan kenapa tempat ini tidak seramai yang lainnya di jalan Pecenongan ini adalah harga dari menu yang disajikan. Okey harga rata-rata satu menu bisa untuk popok Sava selama seminggu.
"Yaah nggak ada makanan ramah untuk bayi 2 tahun, hmm kayak buah gituu", Akseyna mendengus Masih menatap menu mencari makanan yang cocok untuk Sava.
"Kamu mau makan apa Ben?", Ia kemudian mentap ke arahku.
"Aiih Savana udah tidur", Ia heran.
"E em", aku mengangguk.
"Kalo gitu Sava rebahin di situ Aja", ia menunjuk ke kursi disebelahku. Untungnya kursi disini tidak memakai kayu seluruhnya tapi seperti sofa namun kakinya menggunakan kayu. Kursinya cukup lebar untuk ukuran Sava.
"Astagaa tidurnya sangat lelap", gumamku sambil menempatkan Sava di kursi.
"Hmm, oiya aku mau salad sayur kepiting rebus. Kalo kamu?", Celetuknya tiba-tiba.
"Samain Aja, Sey"
Ia tersenyum menaikkan alisnya kemudian memanggil pelayan.
"Mas salad sayur 2, kepiting rebus 2, jus wortelnyaa...mau disamain juga?", Ia menanyaiku minumnya.
"Ha mm aku air putih Aja", jawabku cekat. Dia punya selera yang aneh. Salad sayur Dan jus wortel perpaduan yang aneh. Tentu itu sehat.
"Baik Mbak dan mas silahkan ditunggu Yaa"
"Kamu kayaknya suka sayur banget ya?", Aku bertanya penasaran setelah pelayan tadi berjalan memunggungi kami.
"Oooh iya Ben, kamu tahu aku hampir jadi Vegan!", Ia sedikit berbisik di Kalimat keduanya.
"Oiya?"
"E em, tapiii mamaku bilang aku butuh protein hewani juga buat bisa bersahabat sama alam. Dan setelah kupikir-pikir yaah ternyata bener kekuatan otot kan dari konsumsi protein yang berlimpah salah satunya dari daging. Benerkan Ben?"
"Iya bener"
"Tapii disisi lain aku bener-bener nggak tega lihat hewan harus Mati. Cuma Karena memenuhi keinginan manusia. Hmm pilihan yang sulit...", Ia mendengus sedikit mengeluh tapi melihat ekspresinya seperti itu ia terlihat lucu sekali. Aku agak terkesima melihat ekspresinya Ia terlihat..menggemaskan dan...Cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJANI
Teen Fiction"Sekarang kamu berubah" Pesan yang kuterima dipagi-pagi buta seperti ini semakin menambah beban hidupku saja . Yeah beban hidup..kupikir masalahku semakin berlomba-lomba menjejakiku Dan selalu berakhir tanpa solusi yang kurasa Tak pernah memihakku...