Hari Perayaan

82 5 0
                                    

8 Desember 2020

Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria”

Prosesi Ekaristi Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda hari ini berjalan dengan lancar. Setelah ditutup dengan proses Pemberkatan oleh Romo dan alunan lagu 'Terpilih Bunda Maria',  orang-orang atau kami sering menyebutnya Jemaat mulai inggas dari posisi mereka. Ada yang langsung pulang, ada yang bersapa salam dulu, dan ada beberapa yang melanjutkan dengan do'a harian. Termasuk aku yang melanjutkan dengan do'a harian. Aku menuju mimbar do'a di belakang, sedangkan Savana kuminta untuk menunggu di bangku.

Aku mulai menyalakan lilin dan berdoa. Aku memejamkan mata dan meminta lirih dalam hati. Aku meminta agar Tuhan selalu melindungi aku dan Savana, semoga berkat, rahmat, dan kasih sayang Tuhan selalu melimpahi kami. Amiin

Selesai berdoa aku menuju Savana tapi anehnya Ia tidak ada di bangku tadi. Savana? Kamu dimana? Hey kemana perginya anak ini. Aku menyusuri bangku demi bangku tapi aku tidak mendapati. Sekarang aku mulai was was. Come on..kamu dimana Savana? Baru saja aku berdoa minta perlindungan dan sekarang kamu justru menghilang. Aku keluar dari bangunan gereja dan mulai mencari di halaman, di parkiran. Yaah siapa tahu Ia menungguku di parkiran. Tapi tidak ada! Sekarang aku mulai ke belakang. Aku berjalan Sembari melirik kanan kiri. Akhirnya..Savana! Itu dia. Ia berlari kegirangan kuamati lebih jauh lagi. Oh rupanya Ia sedang menuju Seorang pria. Joseph, dapat kutebak meskipun agak buram. Betul saja di depan sana ada Joseph yang Ia tuju. Aku terus mengamati sambil berjalan kesana juga. Saat ini Joseph sedang berbincang dengan Seorang perempuan, tapi sayangnya aku tidak tahu jelas siapa perempuan itu Karena Ia membelakangi. Savana semakin dekat begitupun denganku. Oke aku tidak mungkin berteriak memanggil Savana lantang seperti di adegan film-film, itu tidak kulakukan Karena sekarang kami sedang di lingkungan bangunan suci.

Sekarang Savana sudah sampai dan Joseph menyambutnya dengan pelukan hangat. Sekarang suaranya mulai terdengar.

"Savana! Halo. Dimana Ayah kamu?", Ia sangat senang bertemu Savana. Beberapa langkah lagi aku sampai.

"Tadi, Ayah sedang berdoa lagi, tapi aku pergi.. untuk bertemu om Joseph"

"Savana!"

Aku sampai di tempat mereka dan deg! Jantungku berhenti berdetak beberapa detik, aku seakan mati rasa. Aku mendengar Joseph dan Savana memanggilku beberapa kali tapi lidahku kelu untuk menjawab. Aku Masih menatap sayu perempuan yang ada di depanku, begitupun Ia. Ia mungkin sama halnya denganku. Ia menatap sayu ke arahku. Aku ingat betul mata itu. Mata yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Wajah itu.. Wajah yang selalu kurindukan, wajah yang kadang menyebalkan tapi juga kadang  menyenangkan, wajah yang pernah membuatku berjuang mati-matian sekarang ada di hadapanku.

Rinjani.

"Bentang", Rinjani memanggilku dengan suara lembutnya yang sudah lama ingin kudengar. Aku terkesiap. Ya Tuhan apa yang akan terjadi sekarang.

"Rinjani", aku memanggilnya kembali.

Matanya kembali sayu, Ia seperti menyimpan penyesalan yang berat. Ia mulai menatap ke arah Savana. Ia menyamakan posisi dengan Savana.

"Halo Savana, gadis kecil yang cantik", Ia mengelus pucuk kepala Savana kemudian memeluknya erat. Sangat erat. Ia terlihat berusaha agar tidak menangis.

"Baik, sepertinya aku harus segera kembali. Karena ada beberapa urusan yang mau kuselesaikan..

"..Pak Joseph terimakasih atas
bantuannya. Saya pamit. Mari.", sebelum Ia beranjak Ia menatapku dengan ekspresi seakan-akan Ia ingin meminta maaf. Ia kemudian beranjak pergi berjalan memunggungi kami, melangkah dan mulai Samar.

Aku Masih belum percaya ini. Aku bertemu dengannya setelah hampir 4 tahun. Orang yang pernah kucintai dan kubenci secara bersama-sama. Orang yang membuatku kehilangan masa depan namun juga orang yang menghadirkan masa depan yang baru dengan kehadiran Savana. Orang yang meninggalkanku dan Savana tanpa alasan yang tidak dapat kuamini sampai detik ini. Rinjani. Kenapa kamu harus datang lagi? Aku sudah cukup bahagia dengan kehidupanku yang sekarang. Kumohon jangan datang lagi. Kumohon. Tanpa sadar hatiku terus bergejolak berusaha menolak kehadirannya kembali. Karena proses yang Savana lalui tanpa ibu membuat hatiku sangat sakit, sampai sekarang Ia berusia 6 tahun. Sakit sekalii..maafkan aku.

"Ayah", Savana memanggilku menyadarkanku dari gejolak batinku

Tanpa ba bi bu aku memeluk anakku sangat erat. Joseph hanya tersenyum dan sedikit heran dengan kejadian barusan.

"Ayah sangat mencintaimu, Savana. Kenapa kamu meninggalkan Ayah. Kumohon jangan meninggalkan Ayah lagi seperti itu yaa"

Kalimatku Tak terkontrol. Savana hanya mengangguk.

"Kita pulang Yaa"

Ia mengangguk.

"Oke sekarang Ucapkan terimakasih pada Om Joseph. Karena Hari ini sudah melayani Tuhan dan Savana dengan saaangat baik"

Ia mengangguk lagi haha dan berterimakasih pada Joseph

"Terimakasih ya om Joseph sudah melayani Tuhan dan Savana dengan saaangat baik"

Kami tertawa dengan tingkahnya. Ia menjiplak seperti kalimat dan intonasiku persis. Dasar anak-anak.

"Senang sekali Saya bisa melayani dengan saaangat baik", Joseph juga ikut-ikutan meniru.

"Mari pak Joseph, kami pamit Yaa"

"Wah kamu juga keikutan panggil pak, Ben. Iyalah kalo gituu hati hati di jalan Yaa. Sampai ketemu lagi Savana", Ia tersenyum dan memberi hormat.

Kami masing-masing beranjak.

"Apa kamu mau Ice cream lagi?", aku membisikinya.

Ia mengangguk

"Let's go"

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang