Hari ini mau tidak mau aku ke Bekasi Karena Mama selalu memaksaku. Kuputuskan naik busway, selain nyaman Karena ada AC-nya dan juga sangat murah. Bayangkan dengan budget Rp3.500,00 Kita udah bisa keliling jakarta yaah meskipun dengan risiko nggak bisa duduk Karena kursi untuk orang-orang yang diprioritaskan. Syukur-syukur kalo sedang sepi penumpang tapi itu kurasa nggak mungkin. Kupikir Kita harus pura-pura menjadi wanita hamil atau kamu bawa Balita atau kamu menjelma jadi orang tua Renta baru bisa Kita dapatkan kursi jabatan... Hmm no maksudku kursi penumpang. Perjalanan menuju bekasi kurang lebih 2 jam-an. Dua kali transit di halte Dan 2 kali naik angkot. Sebenarnya perjalanannya bisa ditempuh dalam waktu 1 jam tapiii begitulah Jakarta sanget macet.
Selama di Perjalanan yang ada dipikiranku adalah Savana dan Papa. Pertama, aku kasihan pada Savana. Anak yang malang. Subuh-subuh tadi Bentang sudah membawanya ke rumah ibunya. "Aku berangkat Yaa", pamitnya sambil menggendong Savana yang Masih lelap tertidur dan membawa tas tenteng di tangan kirinya. Lalu kemudian keluar rumah dan menyalakan motor bututnya. Savana sampai terbangun dengan suara motor yang mati-hidup. Aku kemudian berniat mengambil alih Savana dari gendongan Bentang sampai motor itu berhasil menyala. Tapi saat ingin kuambil Sava entah kenapa dia tidak mau lepas dari gendongan Bentang dan justru semakin mempererat pelukannya. Ada perasaan sedih. Lebih tepatnya perasaan salah pada diri sendiri. Aku Ibu yang tidak becus. Anak sendiri saja tidak mau mendekat padaku. Aku memang tidak becus, bodoh, naif, aku benci diriku.
Akhirnya motor berhasil menyala, "Aku pergi Yaa, kamu hati-hati ke Bekasinya. Sampaikan salamku pada Papa dan Mama. Dan juga...", Ia terdiam sejenak Dan menunduk. Lalu ia melanjutnya kata-katanya lagi, "..dan,,dan sampaikan permintaan maafku pada mereka", ia kemudian mengalihkan pandangan. "Aku berangkat".
"Hati-hati,,", air mataku tiba-tiba keluar.
Selama di Perjalanan selain mengingat kejadian-kejadian yang sudah berlalu juga kuputar musik untuk menenangkan pikiranku yang akan berhadapan dengan papa. Otakku sudah memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Sampai akhirnya.
"You can't take my youth away~~~".
Begitu lirik terakhir lagu 'Youth' dari Shawn Mendes ft Khalifa. Akhirnya aku sampai di depan gerbang rumahku. Aku Masih berdiri di depan gerbang. "Tuhan, bantu aku".
'Mama ringing'
"Je?...", Suara di seberang sama.
"Halo ma, je udah di depen gerbang", Langsung kumatikan panggilanku tadi.
Kulihat mama menyingkap gorden kamarnya di lantai 2 memastikan apakah aku sudah benar-benar di depan. Kulihat ia langsung menutup gordennya Dan sepertinya Ia bergegas turun menjemputku.
Beberapa menit kemudian gerbang dibuka~ Mama langsung memeluknya. "Jeee!!, Kamu dateng juga akhirnya mama seneng banget tho", astagaa mama memelukku sangat erat sampai aku sulit berbafas.
"Ma...mama, didalam Aja yuk, nggak enak nanti dilihatin banyak orang"
Aku maklum dengan respon mama yang sangat antusias dengan kedatanganku. Selamat datang kembali Je. Mama sangat senang. Mama tiba-tiba langsung mengajakku ke kamarku. Lalu menunjukkan photo masa kecilku saat aku bermain di mall 17 tahun yang lalu. Photo saat papa menggendongku yang sedang menangis. Ia seakan-akan seperti pemandu wisata yang mejelaskan detail tiap destinasi. Lalu sampai Mama tiba-tiba...
"Je, kamu tauu Mama diam-diam membuntuti Papa yang tiap malam selalu ke kamar kamu. Tiap malam Je., Mama nggak bohong. Kadang-kadang Mama nyamperin tapi papa beralesan nyari barang atau apa gituuu.. tapi mama yakin papa rindu sama kamu", aku cuma Diam menyimak cerita mama."Papa Mana ma?", Tiba-tiba memotong cerita mama
"O,ooo papa...tadi papa ke rumah temennya mau lihat cara budidaya tanaman hidroponik".
"Ooo tumben", aku cukup heran Karena yang kutahu papa cukup cuek dengan hal-hal yang berbau pertanian.
"Dia kesepian Je..makanya dia mau rawat tumbuhan"
"Ya ampun hahaha".
" Ma, je mau nanya...apa papa pernah singgung tentang Sava yeah kayak sebut nama Sava gitu?", Astagaa kenapa aku tiba-tiba menanyakan hal konyol seperti ini. Kulihat ekspresi mama langsung berubah.
"Je, mama minta maaf Yaa. Mama Jujur kalau Papa..mm papa nggak pernah nyinggung tentang anak kamu. Mama pikir papa nggak pernah berharap punya cucu diusia kamu sekarang ini. Mama juga nggak menafikan hal itu. Lebih-lebih lagi ayah dari anak kamu, kami nggak tahu seluk beluk keluarganya. Oke mama Jujur mama to the point aja ayahnya Sava 'miskin'", mama terdiam sejenak. Kemudian melanjutkan
"Kalo mama boleh cerita. Dulu mama sama papa selalu berdoa agar kamu selalu Hidup dalam kesejahteraan. Mama paling inget saat kamu berusia 14 tahun papa selalu berdoa supaya nanti kamu dapat suaminya orang berada. Mama bilang ke papa kenapa doanya kayak gituu pa? Terus papa jawab ya justru bagus biar sepadan. Mama nggak tahu papa serius atau cuma bercanda. Saat itu Papa sangat protektif sama kamu kan je, kamu ingetkan? Papa selalu nanyain sama siapa kamu berteman. Kamu ingetkan je?"
Aku hanya tertunduk tidak tau mau Bagaimana Dan tidak tahu mau jawab apa. Kurasa ada yang bolong di dadaku.
"Sudahlah, nasi sudah jadi bubur. Semua sudah terjadi", aku melihat semburat keputus asaan di wajah mama.
"Yaudah kamu istirahat dulu gih".
"Iya maa sepertinya aku butuh istirahat".Mama kemudian keluar~
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJANI
Fiksi Remaja"Sekarang kamu berubah" Pesan yang kuterima dipagi-pagi buta seperti ini semakin menambah beban hidupku saja . Yeah beban hidup..kupikir masalahku semakin berlomba-lomba menjejakiku Dan selalu berakhir tanpa solusi yang kurasa Tak pernah memihakku...