02: Tur

97 5 0
                                        

Keriuhan baru saja terjadi di salah satu gedung agensi musik terkenal di negeri ini. Berita perilisan album 2 artis yang seharusnya keluar di akhir bulan, tersebar begitu saja sebelum waktu yang direncanakan.

Para wartawan mendadak berkerumun di depan gedung agensi meminta kejelasan. Pasalnya, mereka dan juga para penggemar terkejut karena 2 artis itu merilis album di waktu yang bersamaan. Itu hal yang sangat mengejutkan. Ditambah, 2 artis itu merupakan andalan agensi dan berita yang muncul berasal dari salah satu staf.

Sedikit membingungkan jika agensi belum memberitahu media namun ada selentingan kabar yang sangat menggemparkan dan berasal dari staf. Henry dan Hyeri yang menjadi topik utama sedikit dibuat kewalahan. Bukan karena kabar mereka merilis album bersamaan, melainkan kabar jika keduanya memiliki hubungan asmara yang dimanfaatkan agensi untuk membuat album.

Henry menghela napas. Ia menjatuhkan tubuhnya pada kursi kerjanya di studio agensi. Ia mengusap kasar wajahnya dengan memejamkan mata. Ia tidak pernah menghadapi kondisi seperti ini selama berkarir.

Suara ketukan pintu terdengar. Satu siluet manusia terlihat dari bayangan pintu kaca. "Masuk." Titah Henry menyiratkan pintu tidak ia kunci.

Pintu terbuka menampilkan Hyeri dengan pakaian khasnya. High-waisted jeans yang dipadukan dengan black cropped-top bermotif bintik-bintik putih berlengan panjang.

"Tumben tidak kunci pintu," ujar Hyeri saat menduduki salah satu kursi di sudut ruangan. Posisinya tak jauh dari di mana Henry duduk. "Benar, 'kan, dugaanku. Pasti ada masalah."

Henry memutar kursinya menjadi mengarah pada Hyeri. Ia mengangguk. "Tapi perkiraan tentang masalahnya kau salah," jawabnya.

Hyeri tertawa kecil. Wajahnya terlihat sangat tenang. "Meskipun kau sunbae-ku, tapi aku sudah beberapa kali di posisi ini. Posisi yang belum pernah kau rasakan," ujarnya dengan sempilan tawa. "Kau takut Yura mengira kita berhubungan, 'kan?"

Tatapan Henry pada Hyeri berubah drastis. Yang semula terlihat jengah, kini terlihat dingin. "Tidak ada hubungannya," jawabnya yang tidak menjawab pertanyaan siapapun. "Aku tidak bahas orang lain. Tidak mau bahas orang lain."

"Dan Yura bukan orang lain," timpal Hyeri yang mendapat tatapan datar dari pria yang ia ajak bicara. Hyeri terkekeh melihat pemandangan tersebut. "Kau tidak perlu memikirkan rumornya lagi. Agensi juga sudah batah. Fokus saja pada promosimu."

"Ada untungnya aku tidak punya sosial media ternyata," gumam Henry yang masih terdengar oleh telinga tajam milik Hyeri. "Aku akan bilang pada agensi untuk membuat jadwal ulang tur ku. Aku tarik ucapan ku beberapa hari lalu. Kau benar. Tidak baik untuk kita rilis album di waktu berdekatan."

Hyeri tertawa. "Ada untungnya aku tidak percaya ucapanmu," katanya. "Kau tidak perlu repot-repot minta pada agensi untuk jadwal ulang. Aku sudah bilang lebih dulu dan sebelum berita hari ini terbit, agensi sudah ada jadwal baru untukku."

Mata Henry sedikit melebar. "Kapan?" tanyanya yang tedengar sangat ambigu. "Kapan kau bilang dan kapan jadwal barunya?"

"Saat kau pulang lebih dulu," jawab Hyeri. "Aku mulai setelah jadwalmu selesai. Minggu ke dua tahun depan. Album ku hanya beberapa hari sebelum tur. Agensi juga sudah buat pernyataan bahwa kita tidak ada perilisan bersama."

Henry menghela napasnya. Persiapan untuk comeback tahun ini cukup butuh perjuangan lebih baginya maupun Hyeri. Ia sesungguhnya sempat terkejut dan bingung dengan adanya ide comeback berdua. Namun, ia akhirnya memahami bahwa agensi ingin mencoba marketing baru dengan menggabungkan dua artis andalannya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Henry. "Usahamu kali ini lebih besar dari biasanya dan sekarang diubah begitu aja."

Hyeri terkekeh. "Manajerku yang apa-apa sekarang," jawabnya. "Dia yang hasut aku untuk tanda tangan perilisan kali ini dan aku akui kalau aku akhirnya tanda tangan juga. Tapi, aku jelas senang karena ide itu sama sekali tidak baik buat ku, kau, maupun agensi."

Not Too Late [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang