Keberangkatan Henry ke Singapura bukan menjadi jadwal utama. Media tidak mengetahui ini dan termasuk jadwal rahasia. Jadwal ini masih berkaitan dengan kolaborasinya bersama Jieun dan Jaeseop. Selain Henry mengerjakan proyek itu sebagai penyanyi, ia juga menjadi salah satu orang yang terlibat dibalik layar. Ia menulis lirik bersama beberapa orang lain dan memproduseri bersama beberapa produser terkenal lainnya. Itu alasannya pergi ke Singapura.
Ini perjalanan udara pertama untuk Yura. Ia tidak bisa berbohong, ia gugup bahkan hanya dengan menginjakkan kaki di bandara. Ditambah, Henry memegang tangannya sepanjang waktu. Tangan wanita itu terasa begitu dingin karena gugup.
Henry memilih keberangkatan pagi. Jadwalnya kali ini ditemani manager-nim hanya saja pria itu sudah lebih dulu tiba karena satu dan lain hal. Ia benar-benar berdua dengan Yura sekarang.
"Gaja." Henry menggenggam lembut tangan Yura menuju pesawat. Pria itu terkekeh kecil merasakan tangan Yura yang menggenggamnya kuat.
Keduanya masuk dan duduk di tempat masing-masing, tentu saja bersebelahan. Penerbangan akan memakan waktu lebih dari 6 jam dan ini sepertinya akan menyenangkan bagi Henry.
Saat pilot sudah mengumumkan bahwa pesawat akan lepas landas, Henry kembali menggenggam tangan Yura. Wanita itu langsung menyambutnya dengan erat. Getaran cukup hebat dari pesawat membuat Yura memejamkan matanya dan membuka matanya begitu sudah tak terasa lagi.
"Eottae? Gwenchana?"
Yura menghela napas lega. Ia mengangguk kecil dan melepaskan genggamannya. "Tidak tahu saat mendarat nanti." Katanya dengan suara kecil. Ia dapat cerita kalau getaran saat mendarat akan jauh lebih terasa namun yang tadi tidak begitu buruk ia hanya sedikit gugup.
"Gwenchana, nan yeogi¹⁹⁴." Henry mengusap pucuk kepala Yura. Keduanya sudah melepaskan masker juga topi. Tempat yang Henry pilih tentu saja mempertimbangkan kenyamanan Yura juga. "Kau sudah memberitahu ayahmu?"
Yura mengangguk. "Ayah menawarkan untuk menginap di tempatnya, tapi aku tolak."
Henry tersenyum. "Aku sudah bilang, 'kan, akan langsung bekerja setelah tiba?"
"Eung. Aku akan langsung menemui ayah. Dia bilang, istrinya sedang libur bekerja dan anak-anaknya pulang lebih cepat dari sekolah. Jadi, ya, aku akan menemui ayah."
"Jinjja? Kau akan bertemu mereka? Itu akan menyenangkan. Aku akan antar kau ke rumah mereka."
Yura menggeleng. "Ayah bilang akan menjemput di bandara. Kau tidak perlu mengantarku. Kabari saja jika kau sudah selesai."
Henry mengangguk. Ia kemudian memesankan makanan untuknya dan Yura, sarapan mereka begitu ringan tadi. Makanan berat tentu saja yang ia pesan. Keduanya menghabiskan waktu dengan menonton film yang sama sebelum Yura tertidur dalam posisi duduk. Henry lantas membuat kursi Yura semakin nyaman dan tak lupa menutupi Yura dengan selimut yang disediakan. Ia kemudian mengikuti Yura untuk menjelajah mimpi.
Yura bangun lebih dulu saat seseorang menepuknya pelan. Itu salah satu pramugari yang memberitahunya bahwa pesawat akan segera mendarat. Yura membangunkan Henry setelah itu. Ia sempat terkekeh saat melihat Henry mengusap kedua mata persis seperti bayi dengan rambut begitu tak rapi. Pria itu seperti sangat menikmati tidur singkatnya.
Pesawat mendarat dengan selamat. Yura sempat kembali khawatir namun ia bisa mengatasi itu dengan baik. Keduanya keluar pesawat, mengurus beberapa hal sebelum mendapat koper masing-masing dan keluar.
Yura mengaktifkan ponselnya begitu juga dengan Henry. Keduanya menghubungi dua orang berbeda. Henry menghubungi manager-nim dan Yura menghubungi Tuan Chae.
![](https://img.wattpad.com/cover/327896166-288-k422860.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Too Late [END]
ФанфикPerjodohan bukan sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah. Yura tahu itu. Entah apa yang membuat ibunya tega 'menjual' Yura pada orang yang meminjamkannya uang hingga anak satu-satunya yang ia miliki benar-benar menikah. Hidup dalam sebuah perjodoha...