Hi! Bandung sudah hujan hari ini. Bagaimana di kotamu?
Malam Minggu ini ditemani cerita Henry dan Yura yang perlahan manis, nih!
Fun fact: buku Not Too Late adalah cerita yang paling enjoy untukku sendiri dari segi pengerjaannya juga aku sebagai pembaca. Semoga enjoy juga ya bacanya.
Selamat membaca dan selamat berakhir pekan! 💐
❆❆❆
Jadwal akhir tahun memang selalu padat. Itu yang dirasakan oleh Henry. Ia bahkan baru saja selesai mendatangi sebuah acara penghargaan dan baru kembali ke gedung agensi. Jangan ditanyakan berapa banyak penghargaan yang ia dapatkan. Semua orang tahu penyanyi satu itu sangat berbakat.
Henry sama sekali belum menginjakan kaki ke rumah sejak konser terakhirnya. Ia tidur di studio dan dorm untuk beberapa hari. Kali ini ia sudah bebas. Ia akan beristirahat dengan tenang di rumah.
Henry melepas sabuk pengamannya setelah mobil terparkir sempurna di garasi. Ia lantas keluar menuju rumah dengan cepat melalui pintu samping.
Sedikit terkejut saat Henry membuka pintu, objek pertama yang ia lihat adalah keadaan rumah yang sedikit lebih berantakan dari biasanya, tepat di ruang tamu. Satu wanita yang sedang duduk di lantai pun terlihat terkejut dengan suara pintu yang Henry hasilkan.
"Ah, wass-eoyo³⁹?" tanya Yura yang masih terlihat terkejut. "Mian. Aku kira kau tidak akan kembali dalam waktu dekat. Aku akan bereskan semuanya setelah ini."
Henry mengangguk kecil masih dengan menelisik ruang tamu. "Kau biasa melakukan ini?" ia duduk di salah satu sofa ruang tamu. Posisinya cukup jauh dari Yura-satu sofa besar memisahkan mereka.
Yura mengangguk di tengah sibuknya memasukan barang-barang di sekitarnya pada satu keranjang. "Biasanya di kamar." Tambahnya. "Sebentar lagi selesai. Kau bisa pakai tempatnya."
"Lakukan saja di sini."
"Tidak, aku akan-"
"Aku ingin lihat. Lakukan di sini saja."
"Ti-"
"Di sini saja." Henry kembali mencegah. Ia yang masih dengan pakaian semi formalnya itu mendekat dan duduk di sisi paling dekat dengan Yura di sofa besar. "Sedang apa?"
"Eung⁴⁰?" Yura mendongak. Wajahnya memancarkan kebingungan mendengar pertanyaan singkat itu. "Sedang-tidak, hanya menyiapkan beberapa hal."
"Untuk apa?" Henry menurunkan badannya. Ia duduk di lantai seperti yang Yura lakukan. Itu membuat Yura mengerjapkan matanya. "Kau merajut? Dan melukis?"
Yura memperhatikan Henry yang melihat satu persatu hasil lukisannya yang berjejer di atas meja. "Eung."
"Kenapa ada nama yang berbeda? Kau membuatnya untuk temanmu?" Henry menunjuk nama-nama di bagian belakang setiap lembar kertas lukis.
"Tidak. Aku menjualnya." Jawab Yura.
Henry menatap Yura tak percaya. "Kau menjualnya? Kau punya bisnis?" Yura mengangguk dengan sedikit gumaman. Wanita itu melanjutkan kegiatannya membereskan apa yang terlihat berantakan. "Sejak kapan?"
"Baru. Kalau tidak salah sejak tur mu mulai." Jawab Yura tanpa melihat Henry.
"Kau datang di konser terakhirku. Apa aku salah lihat?"
Yura yang semula fokus dengan pekerjaannya, mendongak menatap Henry yang ternyata sudah menatapnya. "Eung," ia mengangguk. "Temanku yang ajak."
"Kau berteman dengan Dokter Sanha?"
![](https://img.wattpad.com/cover/327896166-288-k422860.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Too Late [END]
ФанфикPerjodohan bukan sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah. Yura tahu itu. Entah apa yang membuat ibunya tega 'menjual' Yura pada orang yang meminjamkannya uang hingga anak satu-satunya yang ia miliki benar-benar menikah. Hidup dalam sebuah perjodoha...