One More Chance

788 52 22
                                    

🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍂


Dua tahun lalu,

Yeri berjalan sangat cepat bahkan nyaris berlari menuju kamar apartemen nomer 1013 dengan perasaan khawatir. Peluh membasahi wajahnya yang putih bersih. Rambutnya sedikit lembab karena Yeri tidak sempat mengikat rambutnya saat membaca sebuah pesan yang mengabari kalau kekasihnya sedang sakit.

Tanpa membawa apapun karena Yeri hanya berpikir ingin segera sampai di tempat sang kekasih.

Dengan satu tangan yang bertumpu pada lutut dan tangan yang lain menahan tubuhnya pada dinding, Yeri mengatur nafasnya yang tersengal.

Ketika Yeri merasa nafasnya sudah sedikit teratur, Yeri membawa tubuhnya untuk berdiri dan merapikan sedikit rambutnya yang berantakan.

Tidak perlu menekan bel, karena Yeri sangat hafal password apartemen kekasihnya. Dengan mudah Yeri membuka pintu dan masuk. Membiarkan pintu di belakangnya menutup sendiri.

Yeri membawa langkahnya masuk lebih dalam. "Pasti sedang tidur," Yeri tidak langsung masuk ke dalam kamar, tapi berbelok ke arah dapur.

Satu piring dengan potongan buah di atasnya Yeri bawa dengan tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya membawa satu gelas susu hangat.

Pusing, itulah yang pertama kali Yeri rasakan di kepalanya. Tiba-tiba perutnya mual dan kedua matanya sudah berair tanpa disadari. Bibirnya mendadak menjadi kering dan Yeri sangat sulit menelan liurnya sendiri. Hingga terpaksa menggigit kuat bibir bawahnya.

Tepat di depan kedua matanya, Yeri menyaksikan pria yang sangat dicintainya berbaring dengan seorang gadis bergerak liar di atasnya. Saling mendesah dan menjeritkan nama masing-masing. Yeri melihat sendiri bagaimana gadis yang berstatus sebagai temannya ini bergerak menggila di atas tubuh kekasihnya sendiri. Dua tubuh telanjang yang basah dan menjijikkan yang pernah Yeri saksikan seumur hidupnya.

Tiba-tiba semua berputar di kepala Yeri. Mengingat tadi pagi kekasihnya berpamitan untuk pergi ke luar kota. Siang hari dirinya mendapat pesan bahwa sang kekasih sedang sakit. Daaan, nomer... Nomer ponsel yang mengirimi pesan padanya bukan dari kekasihnya. Tapi nomer orang lain. Harusnya Yeri curiga.

Ooouugh! Sekarang semuanya terasa memusingkan. Berputar sangat cepat juga berantakan di kepala Yeri hingga membuat kedua tangannya gemetar dan tak sanggup menahan beban piring dan gelas. Terpaksa Yeri menjatuhkannya.

"Maaf...." gumamnya lirih ketika sadar bahwa kegaduhan yang dilakukan menyebabkan sepasang kekasih di atas ranjang sana seketika menghentikan kegiatan bercintanya.

Setelah mengucap maaf, Yeri segera berlari sebelum akhirnya tubuhnya melemah dan pingsan tepat ketika berada di luar gedung.

Flashback off.

LIMERENCE [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang