My Girl (1)

423 33 9
                                    

- Happy Reading -

***

"Berapa kali kubilang aku hanya bekerja In Jae!" Yeri menjerit frustasi. Tubuhnya sangat lelah. Harapannya untuk segera pulang, sampai di rumah, dan tidur dengan tenang. Tapi nyatanya In Jae, pria yang sudah dua tahun ini menjadi kekasihnya justru menyambutnya dengan sejuta tuduhan.

"Kau senang tubuhmu disentuh? Kau senang ia menyentuhmu?" tanya In Jae untuk yang kesekian kalinya. Yeri bahkan belum sempat melepas kaos kakinya. In Jae sudah berdiri berkacak pinggang tepat di balik pintu saat Yeri pulang. "Jawab aku Han Yeri!!!" In Jae berteriak tak kalah keras. "MURAHAN!!!" kata In Jae dengan kedua matanya yang menatap nyalang.

PLAK!

Satu tamparan Yeri berikan pada pipi kiri In Jae membuat amarah In Jae semakin mendidih. "Kau berani menamparku?" bisik In Jae seraya langkahnya maju mendekat yang membuat gadis muda itu bergerak mundur.

"Hentikan sayang aku lelah. Benar-benar lelah," pinta Yeri dengan wajah yang sudah hampir menangis. Karena ia tau hal apa yang selanjutnya akan terjadi padanya. In Jae menyeringai dan tangannya sudah bersiap menghujami Yeri dengan banyak pukulan.

 In Jae menyeringai dan tangannya sudah bersiap menghujami Yeri dengan banyak pukulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai ... Selamat pagi," suara lembut itu menyapa dan menggema di sudut ruang yang sangat luas. Beberapa orang yang sedang duduk melingkar seketika berdiri. "Selamat pagi sunbae," sahut semuanya serentak. Berbeda dengan satu gadis yang terlihat sangat kesulitan berdiri. Namun akhirnya ia dapat berdiri walaupun dengan wajah yang meringis menahan sakit.

"Kau tidak apa-apa Yeri?" tanya Alice yang sejak tadi memperhatikannya. Yeri menggeleng. "Jangan terlalu keras. Aku tidak ingin orang lain mendengarnya." Yeri menepuk-nepuk tubuh belakangnya sebelum akhirnya mengambil tempat dimana ia harus berdiri. Tanpa ia sadari seseorang sudah memperhatikan dirinya.

"Yeri, kau harusnya lebih menempel dengan sunbae," teriak salah seorang rekan. "Tanganmu harusnya begini Ye, letakkan di bahu sunbae," ucap rekan yang lainnya lagi. "I-iya ... begini dulu tidak apa kan?" ucap Yeri dengan bibir yang ia paksa tersenyum.

"Ayo lanjutkan!"

Suara musik mulai terdengar lagi. Kali ini dengan gerakan yang lebih keras dan membutuhkan tenaga yang cukup besar. Yeri bergerak dan melompat dengan cukup baik. Meskipun sesekali ia harus menggigit bibirnya untuk meredakan rasa sakit yang menjalar di kedua kakinya. Hingga gerakan terakhir yang seharusnya Yeri tutup dengan gerakan split. 

Yeri gagal.

"Aaarrgghhh!!!" suara-suara kecewa, kesal, jengkel, juga marah mulai memenuhi ruang latihan. "YERI!!" teriak salah seorang temannya dengan frustasi. "Kau tau kami semua lelah. Kenapa kau malah mengacau!"

LIMERENCE [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang