Just Mine!

754 43 8
                                    

🔞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔞

"Sayang..." bisik Jimin seraya tak berhenti menyentuh setiap lekuk tubuh wanita yang sedang berada dalam kungkungannya.

"Sayang, sudah hentikan."

Jimin justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Satu kali pelepasan lagi," pinta Jimin dengan bibir yang tak berhenti mengecupi tubuh sang wanita.

"Tidak!"

"Janji!"

"Ini sudah janjimu yang ke empat kali, Park Jimin!" Yeri sudah akan keluar dari selimut tebal yang menggulung tubuhnya namun gagal karena Jimin tidak membiarkannya lepas.

"Apa kau bilang? Coba ulangi!" Jimin menggigit ujung dada kekasihnya yang masih menegang sempurna.

"AH!" pekik Yeri. "Iya iya... Sayang..." tubuhnya bereaksi sebaliknya. Sentuhan Jimin sungguh membuatnya tidak akan pernah bisa menolak sekalipun tubuhnya sudah sangat lelah. Terlalu lembut dan mampu membuatnya melayang.

Keduanya kembali mengais tenaga yang tersisa guna mencapai sesuatu yang mereka sebut puncak orgasme. Keduanya saling mendesahkan sebuah nama yang mereka sebut sayang.

Jimin menggeram ketika baru saja mendapatkan pelepasannya yang terakhir. Terakhir untuk hari ini tentu saja.

"Aku tidak pernah mengenal kata bosan saat bersamamu sayang," ucap Jimin ketika keduanya saling memeluk di bawah guyuran shower.

Jimin memberikan sentuhan lembutnya guna memberikan rasa nyaman pada tubuh yang sejak semalam sudah dibuatnya lelah.

Bahkan Yeri baru saja tiba dari Osaka dan Jimin sudah membuatnya sibuk melayani pria yang entah sudah sampai mana batas rindunya.

"Sayang... Masih ada sepuluh hari lagi," ucap Yeri saat merasakan Jimin kembali menegang hanya karena memakaikan bathrobe pada tubuhnya.

Dengan cepat Jimin merengkuh tubuh kekasihnya. Tangannya meremas kuat tubuh Yeri yang sudah didekapnya.

"Emmhh..." dua manik Jimin memejam, "Maaf aku tidak bisa mengendalikan diriku."

Yeri mengerti. Sangat mengerti kenapa Jimin bersikap seperti ini. Jadi Yeri mengusap dan menepuk pelan punggung Jimin yang mulai terasa berat menimpa tubuhnya.

Jika Yeri berada di samping Jimin setiap saat seperti dulu mungkin tidak akan begini. Jimin tidak akan sengsara karena menahan rindu.

"Bagaimana pria tua itu memperlakukanmu sayang?" tanya Jimin seraya menatap Yeri yang sedang mengeringkan rambutnya.

"Sayang... Dia a-"

"Bukan lagi!" sahut Jimin dengan cepat. "Tidak lagi setelah membuat ibu harus tinggal di-" Jimin tidak meneruskan kalimatnya lagi.

LIMERENCE [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang