Prologue

1.9K 124 10
                                    

Aziel sudah terlalu sering mendengar Binar mengucapkan, "Gue benci sama lo." Dengan berbagai ekspresi dan nada bicara yang semuanya masih terekam jelas di kepala. Perempuan itu, sudah Aziel kenal sejak sebelum mereka mulai menghapal huruf dan lancar menyebutkan nama masing-masing. Terlalu lama hingga nyaris semua momen dalam hidup Aziel disertai oleh Binar. Selalu berdiri dalam radius yang masih bisa ditangkap oleh manik matanya.

Kehadiran Binar selalu masuk kualifikasi pasti, hingga terkadang, Aziel merasa tidak perlu lagi mengundangnya. Serba terbiasa. Tidak ada lagi yang terasa istimewa dari hadirnya Binar.

Setidaknya, sampai malam itu tiba dan membuat Aziel menyadari satu hal penting yang sering kali ia lupakan. Manusia berubah. Begitu juga dengan Binar Karina.

"Gue benci banget sama lo."

Sumpah, demi apa pun, Aziel tidak pernah merasa segelisah ini. Manik mata berair yang sudah memerah itu, membuat bulu kuduknya meremang.

Ini berbeda. Kali ini berbeda.

Otaknya secara otomatis memilah apa-apa saja yang mulai terasa tidak normal. Timeline-nya mungkin dimulai sejak mereka lulus SMA dua tahun lalu. Dimulai dari Binar yang kerap melarang untuk memanggilnya dengan nama Kayin. Kemudian nyaris tidak adanya sebutan Iel di setiap obrolan mereka yang sudah terhitung jarang. Lalu ... lalu ... sejak kapan perempuan ini mulai menyamarkan eksistensinya dari jarak pandang Aziel?

"Kenapa, deh?" Aziel menggaruk bagian belakang kepalanya. Bingung. Suasana yang tadinya sangat berisik, perlahan mulai memelankan suara karena aura serius yang mulai keluar dari kedua orang itu. "Serius amat njir muka lo. Gue jadi merinding." Kekehan keluar dari bibirnya, masih berusaha untuk terlihat santai.

Kedua alis yang tertekuk itu masih belum berubah. Sorot matanya mulai membuat Aziel merasa tidak nyaman. Jelas, Binar sedang tidak bercanda.

"Minggir." Alih-alih menjawab pertanyaan retoris dari Aziel, Binar malah melangkahkan kaki. Menabrak bahu sang lawan bicara tanpa menggubris seruan panik dari laki-laki itu.

"Kay –Bi!" Langkah panjangnya membuat Aziel berhasil menyusul Binar dengan mudah. "Lo marah? Cuma karena itu?"

"Cuma?" Binar menghempaskan pegangan Aziel. Mukanya memerah lantaran amarah yang sudah tidak bisa lagi terbendung. "Cuma lo bilang?!"

Aziel tidak merespons. Suara bernada melengking itu membuatnya dengan penuh kesadaran mengatupkan bibir. Kalau sudah begini, tidak ada hal yang bisa ia lakukan untuk membujuk perempuan ini.

"Coba lo pikir pakai otak lo yang katanya pinter itu." Binar maju selangkah. Menantang manik mata Aziel agar semua kekesalannya bisa tersalurkan. "Bagian mana yang menurut lo masih tergolong cuma?"

Tanpa menunggu balasan, Binar benar-benar meninggalkan tempat itu meski tahu ia akan kesulitan untuk mengendarai mobil karena tangan yang masih gemetaran. Bisikkan yang mulai terdengar tumpang tindih dari teman-teman Aziel, sebisa mungkin ia abaikan demi menjaga sisa kewarasan yang mulai mencapai limit.

Aziel pasrah. Sadar betul akan terjadi perubahan besar yang membuat semuanya menjadi kacau balau. Dia sudah berlebihan, sedang Binar baru saja mencapai batas toleransinya.

Sial. Sekarang apa yang harus ia lakukan?

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Dan mengganggu. Dan selalu berhasil membuatnya menjadi tidak nyaman.

Sejak kejadian itu, nama Binar tidak pernah beranjak dari pikiran Aziel.

Eksistensi yang dulunya serba terbiasa, mulai memudar dan membuat perasaan frustrasi mendominasi.

Ah, ternyata ini maksud perkataan kebanyakan orang, kehadirannya baru akan terasa berarti jika sosoknya memutuskan untuk pergi.

Aziel bersumpah, ia tidak pernah memikirkan Binar sebanyak ia memikirkannya setelah malam itu.

***

Aziel

Binar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Binar

This is Haeryu local au

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

This is Haeryu local au. Kalau enggak suka, langsung tinggalin aja yaa. Kalau suka, boleh banget komen+vote (⁠~⁠‾⁠▿⁠‾⁠)⁠~

[END] Ruined by YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang