#22

22.7K 1.5K 6
                                    

Vienetta Alodya POV

Aku sedang meletakkan pakaian ke dalam lemari ketika kurasakan tangan Bram memelukku dari belakang. Bibir hangatnya mengecupi tengkuk-ku, membuat aku menggelinjang.

"Geli Bram," aku terkikik menahan geli yang menyerangku.

"Kamu selalu membuatku mabuk, Vien," bisiknya di telingaku, bibirnya terus mengecupi leher dan bahuku yang terbuka.

Aku menutup pintu lemari pakaian dan berbalik menatapnya.
Bram mengusap perutku yang mulai membuncit, menciumnya berlama-lama.

Kehamilanku sudah masuk bulan ke lima. Dan Bram semakin over protektif terhadapku.

"Bram," panggilku pelan membelai dada bidangnya yang terbuka.

"Hmm," jawabnya sibuk mengecup pipi dan rahangku.

"Aku bosan di rumah. Kenapa kita tidak pergi liburan?" rajukku memejamkan mata menikmati cumbuannya.

"Hmm... Kamu ingin liburan kemana, Sweety?" desisnya tidak menghentikan kegiatannya.

"Kemana saja Bram, asal bersamamu," satu desahan keluar dari bibirku.

"Hmm... Baik, lusa kita berangkat," jawabnya ringan meneruskan apa yang sempat terhenti sesaat.

"Thank's Honey," desisku makin bergairah. Entah kenapa, semenjak hamil, aku semakin mudah bergairah. Bahkan hanya dengan sentuhan sedikit saja dari Bram, gairahku langsung membubung tinggi.

Bram menggeram saat aku mengusap tengkuknya dan menelusurkan jari telunjukku ke dadanya. Aaah lihatlah, aku menggoda Bram dengan genitnya.

"Braaaam," lenguhku menggigit kecil daun telinganya.

"Ya Sweety," bisiknya gemetar, lalu menggendongku, dan meletakkanku di tengah tempat tidur besar.
Ia mencium bibirku dengan hasrat yang meletup-letup. Aku tau, aku berhasil menggodanya. Ia sudah sangat bergairah sekarang.

"Mmmph...Bram..." desahanku semakin membuat Bram bernafsu. Ia meloloskan baju rumah longgar tanpa lengan yang kupakai dan membuangnya sembarangan.

Gairah Bram makin membara. Aku mendesis saat Bram memberi hisapan pada bagian-bagian sensitifku.
Titik-titik keringat membasahi sekujur tubuh Bram yang maskulin. Otot-ototnya bergerak-gerak mengiringi setiap sentuhannya padaku.

Suara ketukan di pintu kamar menyurutkan hasratku.
"Bram, ada yang ngetuk pintu tuh," aku berusaha lepas dari kungkungan tubuh Bram.

"Biarin!" sahut Bram berusaha membuatku kembali fokus padanya. Ia menciumku dalam, sementara ketukan pintu terus terdengar

"Bram," aku mendorong bahu kekarnya perlahan. Menjauhkan wajahnya dari lekukan leherku.

"Aaaaargh.... Siapa sih? Gangguin aja!" serunya kesal.

Aku mengusap bahunya, berharap dapat meredakan emosinya.

"Biar aku yang membuka pintu, Bram," ujarku masih terus berusaha mendorong tubuhnya agar melepas kungkungannya terhadapku.

Dengan enggan dan malas ia berguling ke samping dengan erangan frustasi. Cepat-cepat aku memungut baju rumahku yang tadi di buang oleh Bram sembarangan, dan sekarang tergeletak di lantai, lalu bergegas memakainya.

Aku membuka pintu kamarku, dan tampak olehku Jo berdiri dengan wajah keruh di hadapanku,

"Jo?" aku mengerutkan kening.

"Vien, sorry aku ganggu," ujarnya gugup. Kepanikan nampak di wajahnya.

"Kenapa, Jo?" tanyaku melihat Jo yang tidak seperti biasa.

A WEDDING STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang