Epilog

47.6K 1.7K 21
                                    

"Jangan terlalu capek, Sweety. Sebaiknya kamu langsung istirahat," Bram membimbing istrinya ke kamar mereka, sementara Diovienno ada dalam gendongannya.

Setelah meletakkan jagoannya di box bayi, Bram menghampiri istrinya dan mengecup keningnya lembut.

"Jo dan Clarissa belum sampai, Bram?" tanya Vienetta sambil melingkarkan tangannya ke lengan kokoh suaminya.

"Mungkin sebentar lagi, Sweety," Bram mengecup pipi Vienetta gemas.
Bram menatap istrinya lembut. Ia tidak pernah bosan memandangi raut cantik teman masa kecilnya.
Perlahan, Bram mendekatkan wajahnya, meraih tengkuk Vienetta. Bibir Vienetta selalu membuatnya ingin merasainya lagi dan lagi.

Suara ketukan di pintu berhasil membuat Bram berdecak kesal. Ia memandang Vienetta yang terkikik geli.

"Siapa sih?" Bram membuka pintu kamarnya dengan kasar.

"Maaf tuan, ada tamu mencari tuan dan nyonya," pembantu baru bernama Nani itu menunduk takut melihat wajah kesal tuannya.

"Hmm...pergilah," Bram mendengus, namun ia menurunkan oktafnya.

Bram menutup pintu perlahan, lalu melangkah keluar menemui tamunya.

Matanya membulat melihat siapa yang datang.
Andi? Dan...perempuan dibelakangnya itu sedang memandang ke belakang, memunggunginya.

"Ngapain lagi lo kemari?" sentak Bram merendahkan suaranya.

"Weeiiisss... Tenang Bro! Gue kesini cuma mau nengokin keponakan gue," jawab Andi dengan cengiran khasnya.

"Siapa, Bram?" tiba-tiba saja Vienetta sudah berada di belakang Bram.

"Siapa lagi kalau bukan si pengacau ini," dengus Bram kesal.

"Hai Andi, kapan datang?" tanya Vienetta mempersilakan Andi masuk.

"Hmm barusan. Dan gue bawa calon bini gue. Kenalin nih," Andi menoleh pada wanita di belakangnya, menarik lengannya lembut.

"Hai," wanita itu tersenyum manis, membuat Bram dan Vienetta membelalak kaget.

"Arin?" seru mereka hampir bersamaan.

"Ya, kenalin ini Arin, calon istri gue," Andi menepuk dadanya tertawa.

"Bagaimana bisa?" desis Bram tak percaya.

Arin menunduk.
"Mmm... Bram, Vien... Aku ingin minta maaf pada kalian... Aku tau, aku sudah membuat banyak masalah diantara kalian. Tapi tenang saja, aku tidak akan mengganggu kalian lagi," perlahan senyum di bibir Arin mengembang.

Bram dan Vienetta saling pandang. Lalu Vienetta terlebih dulu tersenyum, melangkah mendekati Arin dan memeluknya hangat.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

"Bram, aku tau selama ini aku salah. Aku terlalu terobsesi padamu. Tapi percayalah, aku benar-benar serius ingin berubah. Semuanya karena Andi. Ia memberikan perhatiannya tulus padaku. Ia menyayangiku. Dan dia yang menyadarkanku, bahwa masih ada orang yang menyayangiku dan membutuhkanku," Arin memandang Bram, cinta pertamanya. Sepupu terkasihnya. Satu-satunya orang yang menyayanginya sejak ia masih kanak-kanak, yang membuatnya kehilangan akal karena terobsesi ingin memilikinya sendiri, tanpa mau mengerti, bahwa sepupu tersayangnya itu sudah mempunyai tambatan hati, bahkan sebelum ia mengenal Bram.

Bram memandang lekat sorot mata Arin, mencari kesungguhan di dalamnya. Ia masih bersiaga, karena ia tidak ingin Vien kembali terluka oleh wanita di hadapannya ini. Tapi, ia menemukan ketulusan di sana.
Bram hanya berharap, semua baik-baik saja.

"Kamu tau, Arin? Aku menyayangimu tulus. Aku tau, hidupmu dimanjakan oleh materi, tapi tidak dengan kasih sayang. Percayalah, aku tidak pernah benar-benar membencimu. Kamu satu-satunya sepupu yang mau menerimaku disaat yang lain meragukanku. Aku berharap, kamu bahagia, Arin," Brm mengusap kepala Arin sekilas.

Arin memandangnya tersenyum.
"I hope, we're still friend, Bram," katanya tulus.

"Yeah, and you will always be my best cousin, Arin," senyum Bram terkembang.

"And I hope you're happy with your Vienetta," Arin nembalas senyum Bram dengan manis.

"Yes, I hope you will find your happiness too, cousin," Bram tertawa kecil mengacak rambut Arin.

Ya, semoga tidak ada lagi luka tertoreh karenaku Bram, bisik Arin dalam hatinya.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

"Lo serius sama Arin?" Vienetta meraih Diovienno dari gendongan Andi, dan mendekapnya lembut.

"Gue sudah berjanji sama diri gue buat nebus semua kesalahan yang gue buat, Vien. Dan gue pikir, ini satu-satunya kesempatan dan cara gue," Andi menyentuh pipi Diovienno yang terlelap dalam dekapan Vienetta.

Vienetta menatap Andi tidak mengerti.

Andi tersenyum.
"Lo tau kan kalau gue mencintai lo? Dan gue juga tau perbuatan Arin sama lo. Juga kenapa Arin melakukan itu. Itu sebabnya kenapa gue mendekatinya, membuatnya jatuh cinta sama gue. Agar dia tidak lagi mengganggu kebahagiaan dan ketenangan lo dan Bram. Ini semua gue lakuin untuk menebus semua kesalahan gue," Andi menghela nafas, menatap lekat wajah Vienetta. Wanita dihadapannya ini adalah satu-satunya alasan kenapa ia mau berkorban sejauh ini. Hingga mempertaruhkan kebahagiaannya sendiri seumur hidupnya.

"Andi, lo gak harus melakukan ini semua. Gue sudah melupakan semuanya," Vienetta menatap Andi yang masih memandangi bayi mungil itu.

"Tapi gue harus, Vien. Dan doa in aja, kedepannya gue bisa beneran cinta sama Arin," Andi tersenyum samar. Matanya kini beralih menatap Vienetta.

"Thank's Andi," ucap Vienetta lirih.

Andi mengacak rambut Vienetta pelan sambil terkekeh.

"Ini rahasia kita berdua, Vien. Bahkan Bram pun gak boleh tau! Lo bisa pegang rahasia ini kan?" tanya Andi kemudian.

Vienetta mengangguk pelan. Senyumnya terkembang. Ya biarlah ini jadi rahasianya dengan Andi, dan berharap suatu saat nanti, Arin bisa membuat Andi jatuh cinta padanya.
Biarlah kenangan buruk masa lalu ikut sirna ditiup angin.

THE  END.

Akhirnya selesai juga...
Buat yang suka Jo dan Claris, ada sequel khusus mereka berdua...

Judulnya "Sincerity of Love"... Dan... Akan segera terbit di ruang si watty...

See you....

A WEDDING STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang