#19

22.3K 1.5K 19
                                    

"Vivien," seseorang memanggilku. Suara baritonnya yang sangat kurindukan menyentuh gendang telingaku.

Aku melengak dan secepat kilat berdiri menghadapnya. Wajah handsome nya yang selalu lekat dalam ingatanku kini membiaskan senyum dengan sorot mata sarat kerinduan menatapku tanpa kedip.

"Bram?" sapaku heran. Darimana ia tau keberadaanku? Lalu aku menatap agak jauh dibelakang Bram. Andi berdiri di sana dengan cengiran khasnya.

"Vien, kita pulang ya," ajaknya hati-hati menyentuh lenganku.

Aku mundur selangkah. Sekelebat wajah sedih Arin melintas di benakku.

"Vien," Bram memanggilku pelan. Ia maju selangkah mendekat.
Aku mundur lagi selangkah.

"Stop Bram! Berhenti!" seruku melihatnya berusaha mendekat.

Bram menghentikan gerakannya. Ia menyipitkan matanya. Wajah tampannya yang kini tirus menyiratkan kelelahan yang sangat.
"Vien, apa kamu gak lelah dengan semua ini? Kita pulang ya, Sweety?" katanya lirih membujukku.

Aku lelah, Bram. Tapi sekarang aku merasa tak pantas di sisimu. Entah kenapa, kepalaku mendadak terasa pusing. Rasa mual menghentak-hentak ulu hatiku.

"Bram, ada sesuatu yang mengharuskan kita berpisah," sahutku menahan nyeri di kepalaku. Denyutannya menambah sakit yang sudah kurasakan melukai perasaanku.

"Tidak, Vien. Jangan katakan itu!" sentaknya. Matanya nyalang menyambarku.

"Aku harus, Bram. Aku..." aku sudah tidak tahan lagi. Semua berputar cepat, lalu gelap!

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Abraham Dionito Sasmita POV

Belum habis Vivien berkata-kata, tiba-tiba saja tubuhnya ambruk terkulai lemas.
Aku panik. Segera kuraih tubuh mungilnya dan ku gendong dia. Andi menyuruhku mengikutinya ke sebuah hotel kecil di dekat tempat itu.

Ia berbicara dengan pegawai hotel tersebut, lalu bergegas menuju ke sebuah kamar.

"Masuklah, Bram. Ini kamar yang disewa istrimu selama di sini," katanya saat aku memandangnya heran.

Aku berusaha menyadarkan istriku. Kutepuk-tepuk pipinya pelan. Tapi ia tetap terpejam.
Apa yang terjadi dengannya?

Tidak lama kemudian, seorang dokter datang diantarkan oleh seorang pegawai hotel tersebut.

Aku mundur, agak menjauh dari Vivien yang masih terbaring pingsan di tempat tidur.

Menunggu dokter memeriksa istriku, serasa bertahun-tahun lamanya.

"Anda suaminya?" tanya dokter itu memandang bergantian antara aku dan Andi.

"Saya suaminya, Dok. Kenapa istri saya?" sahutku cepat membuat Andi terkekeh pelan.

"Sepertinya istri anda mengalami stress berat. Dan, sebaiknya anda memeriksakan istri anda ke rumah sakit agar bisa diperiksa lebih intensif," dokter itu memberikan sarannya yang kuangguki dengan cepat.

"Saya tidak bisa memberikan resep sebelum saya memastikan kondisi istri anda sebenarnya," lanjut dokter setengah baya tersebut tersenyum menatapku.

"Tapi istri saya tidak kenapa-napa kan dok?" tanyaku cemas.

Dokter itu tersenyum menepuk bahuku.
"Sebaiknya anda memeriksakan secara intensif istri anda, supaya anda bisa lebih tenang."

Aku mengangguk, kembali duduk di tepi tempat dimana Vivien pingsan, membiarkan Andi keluar mengantarkan dokter itu.

A WEDDING STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang