Vienetta Alodya POV
Aku mengerjapkan mataku. Silau. Perlahan kuedarkan pandanganku setelah aku terbiasa dengan cahaya yang masuk ke mataku.
Aku melihat Bram menatapku lega, tangannya menggenggam jemariku erat.
Kupalingkan wajahku darinya dan kutarik lepas tanganku dari genggamannya. Hatiku sakit mengingat apa yang sudah ia lakukan di apartemen kami bersama Arin."Vien," Bram memanggilku pelan.
"Pergi!" kataku lirih seperti orang tercekik.
"Vien, ini bukan seperti yang kamu sangka," Bram mencoba memberikan penjelasan.
"Pergi! Aku gak mau dengar apapun dari kamu!" jeritku menutup kedua telingaku. Kupejamkan mataku yang sudah basah. Aku tidak ingin mendengar suaranya ataupun melihatnya.
"Biarkan istrimu tenang dulu, Bram," kudengar Jo berkata pelan.
Tiba-tiba kudengar suara pintu terbuka. Aku masih memejamkan mataku.
"Mau apa lo kemari?" bentak Bram penuh kemarahan dalam suaranya.
"Gue cuma mau lihat keadaan Vienetta! Lo gak ada hak ngelarang gue!" kata seseorang yang suaranya sangat familiar itu dengan sinis. Aku membuka mataku perlahan melihat siapa yang datang.
Dia Andi!"Tentu gue berhak! Dia istri gue! Lo pergi dari sini!" desis Bram geram.
"Ckckck....lo masih saja arogan Bram! Atau... Lo lebih suka gue panggil Bapak Dio yang terhormat?" Andi tersenyum mengejek.
"Andi, sebaiknya lo pergi dulu. Waktunya gak tepat," Jo menengahi dengan bijak.
"Oke, gue akan pergi! Tapi setelah gue bicara sebentar dengan Vienetta!" Andi menerobos masuk, bahunya bersinggungan dengan bahu Bram. Bram menatap Andi tajam.
"Hallo Vien," senyum Andi menyapaku hangat.
Aku tersenyum tipis. Kulirik Bram menatap dengan sorot mata membunuh. Ia melangkah geram seperti hendak menghajar Andi yang berdiri di dekatku. Untung Jo menahannya dan menariknya keluar.
Kini hanya tinggal aku dan Andi.
"Kenapa lo kemari?" setauku, ia punya kesepakatan bersama Bram dengan imbalan pelimpahan perusahan di Dubai."Gue sedang kangen bertemu Mama Rianti dan adik cantik gue," katanya memandangku dengan tatapan rindu.
Aku mencibir, membuat Andi terkekeh.
"Kemana aja selama ini?" tanyaku ingin tau keadaannya."Kenapa? Kangen ya?" senyum Andi meledekku.
"Nggak! Ngapain kangen sama orang yang sudah bikin hidup gue kacau?" aku mendelik melihatnya.
"Emang lo gak bahagia?" dahi Andi berkerut, matanya melihat tajam.
Aku membuang pandang ke arah pintu, menghindar dari tatapan Andi yang penuh selidik.
"Vien? Jawab gue!" desaknya."Gu...gue? Bahagia kok!" sahutku gugup. Aku memang bahagia, sebelum hari ini!
"Bohong!" sentak Andi mencibir.
"Sudahlah Ndi! Ngapain lo ngurusin gue?" sahutku akhirnya, menghindari desakannya menuntut kebenaran.
"Lo selalu seperti ini. Kenapa sih lo gak pernah mau terbuka sama gue?"
"Gue? Terbuka sama lo? Emang tingkah lo selama ini baik sama gue?" aku menaikkan alisku menyindirnya.
"Ehmm... Sorry, gue yang udah bikin lo kaya gini. Mau maafin gue?" tanya Andi menatapku penuh sesal.
"Mmm.... Oke, lo dimaafkan!" sahutku tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
A WEDDING STORY
RomanceKamu pernah ada untukku, tapi kamupun pernah pergi dariku. Masa lalu itu tak mampu aku tepiskan. Ia telah berakar kuat di sana direlung hatiku yang paling dalam.