gila

2.2K 98 4
                                    

---

Mobil berwarna hitam yang tampak elegan dan mahal melaju dengan kecepatan sedang menelusuri jalanan Jakarta. Jam menunjukkan pukul 22.00 WIB. Arya dan Arcia yang berada di dalam mobil mewah itu hanya terdiam, menyisakan keheningan setelah mengantarkan Vera, sahabat Arcia, ke rumahnya. Mereka kini disibukkan dengan pikiran masing-masing tentang kejadian di mal tadi.

Arcia merasa terbebani oleh pikiran tentang hal yang telah dilakukannya di mal dan bagaimana sikapnya kepada Arya. Ah, itu sangat memalukan! Ketika ia berbicara manja dan terkesan centil, ingin rasanya ia menghilang dari hadapan Arya saat ini juga.

Tak jauh berbeda, Arya juga memikirkan kejadian di mal tadi. Ia terkejut melihat Arcia yang tiba-tiba berbicara lembut dan manja kepadanya, yang membuatnya terdiam. Satu hal yang tak dapat dilupakan adalah ciuman singkat Arcia di pipinya yang masih terasa hingga saat ini.

Keduanya merasa gugup saat mengingat momen itu. Apa Arcia sudah mulai menyukainya lagi seperti dulu dan bersedia memaafkan semua kesalahan yang dilakukannya di masa lalu? Ingin sekali rasanya Arya menanyakan hal itu, tetapi egonya lebih tinggi daripada perasaannya.

" Arya," panggil Arcia, memecahkan keheningan yang telah tercipta selama 15 menit. Arya hanya melihat Arcia sekilas, kemudian kembali fokus menyetir, hanya membalas dengan sebuah deheman.

Mendapatkan respon singkat dari Arya, Arcia semakin gugup untuk melanjutkan pembicaraan. Setelah beberapa menit diam, akhirnya Arcia berbicara lagi, "Uang yang gue pakai tadi bakal gue ganti setelah kita sampai di rumah." Hanya itu yang Arcia ucapkan,  tidak ada balasan dari Arya.

Sejujurnya, Arcia merasa kurang nyaman dan tidak enak menggunakan uang Arya untuk membayar belanjaan mereka. Tapi karena situasi mendesak, ia berani meminta uang ke Arya yang tak lain adalah suaminya sendiri. Walaupun bisa dibilang ia memakai uang suaminya, Arcia merasa tidak pantas, mengingat hubungan mereka yang tidak ada perkembangan setelah sebulan lamanya ia di sini. Ia masih belum bisa sepenuhnya terbuka kepada Arya.

Hubungan mereka memang sudah membaik, walau tanpa perkembangan yang signifikan. Arcia sedikit bersyukur karena sikap Arya mulai berubah ke arah positif, meskipun terkadang Arya masih sering membalas dengan ketus. Tak jarang, Arya juga bersikap usil dan menjengkelkan. Namun, semua itu belum cukup untuk membuatnya merasa terbuka dan percaya kepada Arya.

Kembali terdiam, Arya mengemudikan mobil dengan tangan yang mencengkeram stir dengan kuat dan tatapan tajam ke depan. Entah kenapa, ia merasa kesal dan marah saat Arcia bilang akan mengganti uang yang dipakai untuk belanja. Apa-apaan itu? Arcia pikir ia pria apaan? Ia tidak akan mempermasalahkan uang yang Arcia pinjam. Bahkan, ia rela jika Arcia memakai uangnya lebih banyak lagi. Ia rela, karena Arcia adalah istrinya.

Bukankah uang suami juga adalah uang istri? Jadi, untuk apa Arcia mengganti uangnya? Akh, kenapa ia jadi kesal? Apa Arcia tidak menganggapnya suami? Mengingat itu, Arya semakin dibuat kesal.

Bruk!

Pintu mobil ditutup keras oleh Arya saat mobilnya berhenti di depan kediamannya. Arcia terlonjak kaget saat pintu ditutup dengan keras, dan ia mulai bertanya-tanya tentang perubahan emosi Arya yang terlihat marah.

Ada apa dengan orang ini? Kenapa terlihat marah dan kesal? Apa ia melakukan kesalahan?

Arcia bertanya-tanya dalam hati sambil melihat punggung Arya yang menjauh dan menghilang di balik pintu.

"Tau ah, bodo amat! Mau dia marah atau kesal, bukan urusan gue. Lebih baik ke kamar, bersih-bersih tubuh, dan tidur syantik. Akh, lelah banget! My bed, I'm coming!" Arcia mengangkat bahunya, pertanda acuh tak acuh, lalu keluar dari mobil. Setelah itu, ia berjalan masuk ke dalam kediaman dengan senandung kecil dari mulutnya.

ARYANYARCIA ( Transmigrasi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang