balikin nggak?!

2.4K 96 2
                                    


---

Happy reading, guys!

Di sebuah mobil hitam yang melaju kencang menelusuri jalanan yang kini mulai gelap, Arya dan Arcia berada di dalamnya. Supir pribadi Arya mengemudikan mobil menuju kediaman mereka. Kecanggungan memenuhi suasana di dalam mobil, terutama setelah insiden memalukan saat Arcia hampir jatuh dan Arya menahannya, menciptakan momen yang membuat mereka saling menatap dengan gugup.

Apa yang lebih mengejutkan adalah ketika Arya tiba-tiba menempelkan bibirnya pada bibir Arcia. Jika tidak karena ketukan pintu yang memanggil Arya, mungkin momen itu akan berlanjut.

Flashback

Saat keduanya terjebak dalam kehangatan ciuman, suara ketukan di pintu mengguncang momen tersebut. Arcia langsung merasa malu, mengingat apa yang baru saja terjadi.

Tok Tok Tok

"Permisi, tuan. Apakah Anda ada di dalam?" suara lembut seorang wanita memecah keheningan. Arcia yakin itu suara wanita.

"Masuk," jawab Arya, suaranya dingin. Ia segera merapikan bajunya dan menjaga jarak dari Arcia. Arcia melakukan hal yang sama, merapikan pakaiannya dan menata rambutnya yang sedikit berantakan.

Ceklek. Pintu terbuka, dan seorang wanita cantik muncul. Namun, bajunya tampak kurang sopan, dengan bagian atas yang agak terbuka dan rok pendek yang menampakkan paha mulusnya. Arcia terkejut. Apakah wanita ini tidak tahu bahwa mereka sedang berada di sekolah?

Arcia meneliti penampilan wanita itu dari atas sampai bawah, lalu memandang Arya. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Arya terhadap wanita berpakaian minim ini. Namun, Arya hanya menatap datar, seolah tak terpengaruh. Wow, Arcia berpikir, sepertinya iman Arya kuat sekali. Arya hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan tatapannya.

Suasana hening hingga Arya memecah keheningan. "Ada apa?" tanyanya, tanpa melirik.

"Tuan, ini dokumen yang sudah saya ringkas mengenai pengeluaran untuk merenovasi gedung belakang sekolah," ucap wanita itu sambil sesekali melirik Arya.

Arcia melihat dari tatapan wanita itu bahwa dia tertarik pada Arya. Mendengus sebal, Arcia tak bisa menahan rasa kesalnya. Berani-beraninya wanita ini melirik suaminya dengan tatapan menjijikkan. Tunggu, apakah dia baru saja mengakui Arya sebagai suaminya? Arcia berusaha berpikir jernih dan tidak memikirkan hal-hal aneh.

"Bawa ke sini dan pergi dari sini," Arya berkata datar, jelas mengusir wanita itu. Ekspresi malu wanita itu tampak jelas saat Arya mengusirnya. Arcia hanya bisa terkekeh melihat wajahnya. Tanpa ia sadari, Arya dan wanita itu melihat ke arah Arcia yang tertawa.

"Baik, Tuan. Saya permisi," wanita itu mengucapkan, beranjak pergi. Sebelum melangkah keluar, ia sempat bertatapan sinis dengan Arcia, terlihat marah. Arcia hanya menatapnya dengan wajah cuek, bahkan menjulurkan lidahnya. Arya tersenyum tipis melihat tindakan Arcia.

Viona Ashyva, pegawai keuangan Arya, datang untuk mengantarkan dokumen. Kehadirannya disebabkan tugas Arya untuk mencatat pengeluaran renovasi sekolah yang didirikan kakeknya.

"Ayo, mari kita pulang," Arya berkata pada Arcia, yang masih melihat ke arah pintu.

"Ehh?" Arcia menjawab, bingung setelah melihat Arya. Arya hanya tersenyum melihat tingkahnya.

"Saya bilang ayo kita pulang, atau kamu mau melanjutkan yang tadi?" Arya menggoda, membuat wajah Arcia merona.

"Ah, ayo kita pulang! Tidak terima kasih untuk tawarannya!" Arcia segera membalik badan dan berjalan cepat. Ia merasa malu dengan godaan Arya yang mengingatkan pada kejadian tadi. Kenapa ia harus salting karena Arya?

Arcia berjalan menuju kelasnya untuk mengambil tasnya, lalu melanjutkan ke parkiran. Namun, tanpa sadar, ia salah mobil. Sebelum membuka pintu, Arya memberitahunya bahwa mobilnya adalah yang di samping. Betapa malunya dia saat menyadari kesalahannya. Ingin rasanya menenggelamkan diri di laut.

Di dalam mobil, suasana canggung dan malu menyelimuti mereka hingga sampai di kediaman.

---

Tak terasa sudah satu bulan Arcia bertransmigrasi. Hubungan Arcia dan Arya semakin baik, meski dulunya Arcia membenci Arya. Kini mereka semakin dekat, sering berdebat layaknya Tom and Jerry. Hari itu pun tidak berbeda; Arcia kesal dengan Arya yang mencuri buku PR-nya saat ia terburu-buru.

"Ihh Arya, balikin bukuku! Cepat! Aku udah telat!" teriak Arcia sambil mengejar Arya yang berlari di ruang tamu.

"Saya akan balikin, tapi ada syarat," Arya menjawab sambil terus berlari menghindar.

"Emang syaratnya apa? Buruan, aku udah telat!" Arcia berhenti, melipat tangan di dada, menunggu syarat itu.

"Kamu harus berangkat sama saya," Arya mengajukan syarat dengan senyum menyebalkan.

"Nggak mau! Aku mau pergi sama Vera. Sudah ada janjian!" tolak Arcia.

"Yaudah, buku kamu nggak akan saya balikin," jawab Arya enteng, melangkah ke kamar.

"Ihhh Arya, jangan pergi! Balikin bukuku!" Arcia semakin kesal, kembali berlari mengejar Arya.

Arya menyadari Arcia mulai mengejarnya lagi, lalu mempercepat langkah ke kamarnya dan menutup pintu.

CEKLEK.

Pintu terkunci, Arcia makin kesal. Ia menggedor-gedor pintu kamar Arya.

"ARYA! BUKAIN PINTUNYA! BALIKIN BUKU PR GUE WOY! ARYANJING! GUE UDAH MAU TELAT NIH!" teriak Arcia.

CEKLEK. Pintu terbuka. Arcia tertegun, melihat Arya dengan wajah dinginnya.

"Ini bukunya," ucap Arya datar, menyerahkan buku PR ke Arcia. Wajah Arya berubah membuat Arcia mundur, merasa takut.

Cup, cup, cup.

"Jangan ngomong kotor lagi!"

Brak. Tubuh Arcia menegang, jantungnya berdegup kencang. Arya mencium bibirnya tiga kali? Tiga kali! Ini bukan mimpi kan? Arcia masih bengong, merasakan perbuatannya Arya yang tiba-tiba dan kini Arya sudah kembali ke kamarnya. Akkhhh, Arya sialan!

---

Arcia berjalan dari kamar Arya ke teras kediaman dengan pikiran melayang entah ke mana, seperti orang linglung. Ia merasa semua ini seperti mimpi. Arya menciumnya tiba-tiba dan menghilang. Ya, walau ini bukan pertama kalinya, tapi hatinya tetap berdegup kencang. Gilak!

"WOY! NGAPAIN LO JALAN KEK GITU? BURUAN NAPA! UDAH SEABAT GUE NUNGGUIN LO DISINI! DAN SEKARANG LOH BARU KELUAR! GILAK LO, UDAH MAU TELAT KITA NIH!" teriak Vera, teman terudate dan tercerewet.

Teriakan Vera membangunkan Arcia dari lamunannya. Ia segera merapikan penampilannya dan memasang senyum manis, "Pagi, Ver~"

"NGAPAIN LO SENYUM-SENYUM GITU? BURUAN MASUK, UDAH TELAT KITA!" Vera marah, tak membalas sapaan Arcia.

Arcia merasa bersalah, padahal dia yang membuat Vera menunggu setengah jam.

"APAN SIH LO! EMANG GUE ANJING, ENAK BANGET LO MANGGIL GUE NJANG!" teriak Arcia. Vera sepertinya sudah kehabisan sabar.

"BURUAN MASUK WOY! UDAH TELAT INI! KALAU LO NGGAK MASUK, GUE TINGGAL!" ucap Vera, kesal.

"IYA INI GUE MASUK! LO SABAR DIKIT DONG!" kata Arcia sewot, membuat wajah Vera merah padam menahan gejolak marah.

Vera lelah menghadapi Arcia yang kini. Sikap Arcia yang berubah jauh dari dulu sangat disukainya. Ia berharap Arcia akan selalu bahagia dan tidak kembali ke dirinya yang dulu. Hanya itu harapannya untuk Arcia.

Sungguh definisi teman sejati.

---

ARYANYARCIA ( Transmigrasi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang