Keluar dari area resort, sampai sekarang terhitung sudah tiga jam aku berjalan kaki. Sial sekali, ternyata Elard benar. Tak banyak kendaraan yang lewat di jalanan ini.
Aku sudah coba menghentikan mobil yang kebetulan melintas. Berniat mencari tumpangan hingga ke jalan besar. Namun, tak satu pun mau berhenti. Mungkin, mereka mengira aku orang jahat, ya?
Sekarang matahari sudah hampir terbenam. Sisi kiri dan kanan jalan yang ditumbuhi pohon-pohon tinggi mulai tampak menyeramkan. Sebenarnya aku tak berani menepi dan duduk di sana, tetapi kedua kakiku sudah lelah sekali.
Duduk bersandar di salah satu pohon, aku menengok ke ujung jalan tempat tadi aku berangkat. Masih tak ada kendaraan yang lewat. Apa Elard sepenuhnya benar? Mungkin, kalau bukan sengaja dipesan, memang tak akan mobil yang akan lewat sini?
Lalu, aku bagaimana?
Suara perut yang menggerutu minta diisi mulai membuatku panik. Aku tak punya bekal apa-apa di tas. Air saja hanya satu botol. Sekarang sudah hampir malam, lalu bagaimana nasibku?
Aku menggeleng, berusaha mengenyahkan sesal. Tidak. Aku harus yakin. Apa pun yang terjadi, secepatnya harus segera sampai di rumah dan mengajak Lukas bicara.
"Ah, aku lapar," sungutku karena suara perut makin terdengar keras.
Celingak-celinguk lagi, suasana hutan yang gelap membuat rasa takutku mulai muncul. Berulang kali aku toleh ke sana-kemari, demi memastikan tidak ada hantu atau hewan buas yang datang dari dalam hutan.
Aku duduk cukup lama di sana, kebingungan dan akhirnya tertidur karena lelah, haus dan lapar.
***
Saat terbangun, aku sedikit meringis karena seluruh tubuh terasa sakit dan lemas. Membuka mata, hal pertama yang kulihat bukan pohon atau jalan. Melainkan wajah Elard.
Aku langsung mengerjap dan mengumpulkan kesadaran. "Ini di mana?"
Elard tidak menjawab. Pria itu malah pergi.
Tak bisa melakukan apa-apa karena seperti tak punya tenaga, aku pasrah berbaring sembari mengingat-ingat.
Tempat terakhir yang aku datangi kan hutan di jalan menuju keluar dari area resort? Kenapa bisa di .... Aku menemukan ranjang rawat di sebelah kanan dan kiri.
Rumah sakit? Aku di rumah sakit?
Apa yang terjadi padaku?
Menengok lengan, tak kutemukan cakaran atau luka di sana. Berarti aku tdak diserang binatang buas. Lalu?
Apa aku melihat setan?
"Bagaimana Mbak Shanaya? Merasa pusing?"
Seorang dokter datang dan minta izin memeriksa. Elard juga muncul lagi. Aku membiarkan dokter melakukan pekerjaannya, sembari menjawab pertanyaan yang diberikan.
"Dehidrasinya sudah membaik. Masih lemas akibat kelelahan itu wajar. Menginap satu hari lagi, setelah itu boleh pulang."
Dia menjelaskan panjang lebar pada Elard dan hanya tersenyum sekilas padaku sebelum pergi.
Jadi, begitu. Aku pingsan karena dehidrasi dan kelelahan. Pertanyaannya, bagaimana bisa aku di sini dan Elard juga di sini?
"Butuh sesuatu?"
Aku melebarkan mata karena nada bertanya Elard. Dia terdengar tidak senang.
"Haus."
Dia berdiri dan mengambilkan botol air yang ternyata ada di meja sebelah brankar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Om Pacar!
RomancePertama kali bertemu Elard, aku masih berusia 8 tahun. Masih bocah, tetapi dengan lantangnya aku berkata pada ayah, kalau ingin menikah dengan lelaki itu. Bertahun-tahun berlalu, aku kembali bertemu Elard. Umurku sudah 28, bukan bocah lagi, tetapi...