|~Before they are far away~|Sejak pengakuan cinta yang dilakukan Jaemin, sama sekali tidak ada perubahan dalam hubungan Jeno dan Jaemin. Kedua juga masih tidak saling bertegur sapa. Mereka benar-benar seperti orang asing.
"Memikirkan apa lagi? Na Jaemin?" Tanya Renjun pada Jeno yang kini duduk di sampingnya. Saat ini mereka sedang berada di bar.
Jeno menghela napas. "Aku merasa bersalah. Haruskah aku meminta maaf?"
Renjun menghendikan bahu. "Menurutku tidak perlu."
Jeno menoleh ke arah Renjun. "Kenapa?"
"Kau mengatakan sendiri jika saat itu Jaemin ingin kau melupakan pengakuan perasaannya, kan? Kau juga sudah memiliki aku sebagai kekasihmu. Apa kau merasa kehadiranku di sini masih kurang untukmu?"
"Bukan seperti itu. Aku berteman sangat lama dengannya. Sejak usiaku 6 tahun aku sudah mengenalnya. Selama ini hanya dia yang mengerti bagaimana aku dan semua masalahku."
"Jadi maksudmu, aku tidak cukup mengenal dan mengerti dirimu?"
"Maksudku bukan seperti itu. Aku hanya—"
"Aku adalah kekasihmu. Ada baiknya jika kau tidak membicarakan orang lain di depanku."
"Tapi Jaemin bukan orang lain. Dia..."
"Dia apa? Orang yang kau cintai selain aku?"
Jeno tidak bisa menjawab. Lebih tepatnya dia bingung ingin menjawab bagaimana. Dia dan Renjun juga sebenarnya baru berkencan beberapa bulan yang lalu.
Jeno memang tertarik dengan Renjun karena saat bersama Renjun, dia bisa bebas melakukan apa saja. Renjun juga sudah memberikan segalanya pada Jeno, termasuk tubuhnya. Karena itu Jeno merasa Renjun berharga untuknya.
Tapi ada perbedaan besar yang Jeno temukan antara bersama Renjun dan bersama Jaemin, Yaitu kenyamanan dan kelegaan.
Selama bersama Jaemin, Jeno mendapat segala kenyamanan. Jaemin selalu memperlakukannya dengan lembut. Jaemin bersedia menjadi pendengar yang baik, pemberi solusi yang bijak, bahkan Jeno akan merasa lega setelah menceritakan keluh kesahnya pada Jaemin.
Namun sayang sekali Jeno tidak mendapatkan semua itu dari Renjun. Yang dia dapatkan hanya kebebasan dan kenikmatan. Renjun memang mendengarkan semua ceritanya. Tapi kembali lagi, Jeno tidak mendapat kelegaan apapun.
Pada suatu hari ada saat dimana Jeno merasa tidak bisa menahan dirinya karena telalu jauh dari Jaemin. Karena dia tidak bisa dan tidak tau bagaimana cara berbicara baik-baik dengan Jaemin, dengan terpaksa Jeno meminta bantuan Haechan.
Haechan yang baru mengetahui kerenggangan hubungan Jeno dan Jaemin pun akhirnya marah. Dia marah pada keduanya karena menutupi kejadian itu dalam kurun waktu sangat lama. Tapi Haechan tetaplah Haechan. Dia memaafkan Jeno dan Jaemin meskipun mereka berdua sempat berbohong padanya.
Jeno juga mendapat pukulan dan makian dari Haechan setelah Jeno menceritakan secara runtut tentang apa yang terjadi. Sementara saat itu Haechan masih belum bertemu Jaemin karena Jeno adalah orang pertama yang menceritakan kejadiannya.
"Kau sungguh bodoh. Kau tau itu, kan?" Tanya Haechan pada Jeno. Saat ini Jeno ada di rumah Haechan.
Jeno mengangukkan kepala. "Aku memang bodoh. Karena itu aku meminta bantuanmu. Bagaimana cara aku meminta maaf pada Jaemin? Aku bingung harus bagaimana."
Haechan memijat pelipisnya karena saking pusing dia menghadapi kebodohan Jeno. Jika saja ada yang menjual otak, maka Haechan akan membelikan satu lusin untuk Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUM
FanfictionPergulatan Na Jaemin dengan kerasnya hidup pada akhirnya membuat sebuah pertemuan yang sangat indah dengan Na Jisung. Meskipun Jaemin harus menuntun Jisung sendirian, dia tetap merasa mampu melakukan itu. Yang dilupakan Jaemin adalah sejauh apapun d...