№ 9

2.6K 179 6
                                    

Tidur Jeno terusik setelah dia merasa badannya dingin. Matanya yang masih merasa kantuk harus terpaksa terbuka. Udara di luar benar-benar dingin ditambah dia yang tidur di halte bus itu membuat Jeno tidak bisa nyenyak. Apalagi di pagi-pagi buta seperti ini, pasti udara menjadi semakin dingin.

"Jeno?"

Jeno menoleh ke arah samping setelah mendengar suara yang dia kenal. Kini Jeno bisa melihat Renjun berjongkok di sampingnya. Helaan napas keluar dari tubuh Jeno. Jeno yang sedang tidak dalam keadaan baik merasa kehadiran Renjun di sini membuat keadaannya malah semakin buruk.

"Kenapa kau tidak pulang? Kenapa malah tidur di halte seperti ini?" Tanya Renjun setelah dia duduk di depan Jeno.

"Kita sudahi saja hubungan kita." Ucap Jeno tiba-tiba.

Renjun jelas terkejut. Perkataan Jeno yang tiba-tiba itu membuat Renjun kebingungan.  "Apa kau sedang mengigau?" Tanyanya.

"Apa menurutmu aku sedang mengigau?"

Renjun mengerutkan alis setelah merasa nada bicara Jeno tidak seperti biasa. Terkesan dingin dan tidak bersahabat.

"Kau mencoba memberiku kejutan, kan? Kau pura-pura marah dan meminta putus, tapi sebenarnya kau hanya menjadikan itu sebagai alibi agar kejutanmu berhasil. Aku benar?" Tanya Renjun yang masih mencoba berpikir positif.

"Aku muak dengan semua ini. Seharusnya dari awal kau tidak membohongiku, Huang Renjun."

"Maksudmu? Kenapa kau berbicara seperti ini? Kau tidak seperti biasanya, Jeno."

"Karena sekarang aku sudah tau busukmu. Lebih baik kau pergi dari sini sebelum emosiku semakin kacau."

"Aku tidak tau maksudmu. Kemarin kita masih baik-baik saja. Aku menunggumu di rumahmu tapi kau tidak ada kabar. Kau justru sekarang marah tanpa alasan. Jelaskan saja kenapa kau jadi seperti ini?"

"Kenapa tidak kau saja yang menjelaskan semuanya padaku?"

"Menjelaskan tentang apa? Aku—"

"Tentang Na Jaemin." Nada bicara Jeno menjadi bergetar setelah mulutnya menyebut nama itu. "Penusukan itu bukan Jaemin pelakukanya. Penjelasan Haechan dan Mark adalah kebenarannya. Satu tahun lebih sudah berlalu dan kau...kau menyembunyikan semua dengan rapi karena kau tau aku sangat mencintaimu. Kenapa?!"

Renjun sedikit berjingkat setelah Jeno membentaknya. Renjun juga terkejut karena Jeno mengetahui semuanya. Padahal selama ini Renjun sangat berusaha menutupi kebenarannya. Tapi Renjun lupa bahwa Jeno pasti akan mengetahui semuanya. Inilah jadinya jika Renjun merasa terlalu hebat karena bisa mengelabui Jeno selama ini.

"Aku sangat mencintaimu, Renjun. Aku melakukan segalanya untukmu dan untuk hubungan kita. Aku bekerja keras setiap hari juga untuk membahagiakanmu. Kita sudah banyak menyusun rencana bersama untuk hubungan kita. Aku sangat percaya padamu karena aku yakin kau tidak akan menyakitiku. Dan sekarang, setelah aku mengetahui semuanya, aku merasa semua tidak ada gunanya. Aku mengorbankan orang dan hubungan yang salah." Jeno menteskan air mata. Dibanding marah, Jeno lebih banyak merasa kecewa. Pengkhianatan ini sudah membuat perasaan Jeno mati pada Renjun.

"Apa harus sekejam ini perlakuanmu padaku? Jika kau mencintaiku, seharusnya kau tidak melakukan ini. Kau sangat menghancurkan kepercayaanku. Saat aku hanya punya kau sebagai segalanya untukku, malah kau juga yang menjadi penghancur segalanya untukku. Lalu apa setelah ini aku harus terus mempercayaimu?"

Renjun meraih tangan Jeno ke dalam genggamannya. Setelah itu dia menatap lembut ke arah Jeno. Mencoba meluluhkan Jeno dengan perlakuan lembutnya saat ini.

"Apapun yang terjadi, aku melakukan semua karena aku mencintaimu. Aku mencoba menujukkan kesungguhanku bahwa aku benar-benar mencintaimu. Percayalah apapun yang aku lakukan juga demi hubungan kita." Ucap Renjun dengan tenangnya.

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang