Jeno malam ini pulang lebih awal dari biasanya. Alasannya adalah karena Renjun sudah menunggunya di rumah. Hari ini sesuai janji, Jeno dan Renjun akan makan malam berdua di rumah Jeno. Jeno sebenarnya berniat membeli makanan. Tapi tadi Renjun menelpon dan mengatakan bahwa makanan yang dia bawa sudah sangat banyak. Karena itu Jeno hanya perlu pulang ke rumah dengan cepat.
Suasana di dalam kereta bawah tanah yang dinaiki Jeno saat ini untungnya lumayan sepi. Hanya ada beberapa orang kantoran dan orang biasa yang duduk di dalam gerbong. Akan berbeda jadinya jika Jeno pulang seperti biasanya. Pasti keadaan di dalam kereta akan ramai.
Jeno menyandarkan tubuhnya dan merapatkan jaketnya. Pandangannya mulai mengarah pada seorang anak kecil yang duduk dipangkuan ibunya. Anak kecil perempuan itu terlihat menggemaskan dengan topi pink dan sepatu bot kuningnya. Terlihat colorfull dan menarik perhatian.
Senyum Jeno sedikit tertarik keluar setelah anak berusia sekitar satu tahun itu melempar senyum ke arahnya. Tangan mungil anak itu terlihat melambai-lambai ke arah Jeno. Karena baju yang digunkan anak itu memiliki lengan yang panjang, tangan anak itu terlihat semakin mungil dan semakin menggemaskan saat tangan itu melambai ke arah Jeno.
Jeno sebenarnya sudah memiliki bayangan akan memiliki seorang anak suatu saat nanti. Dia ingin mendapatkan 2 anak laki-laki dan 1 perempuan nantinya. Dia juga sudah pernah membicarakan ini dengan Renjun. Mereka berdua sudah sama-sama sepakat akan menikah saat Jeno sudah memiliki pekerjaan yang tetap dan Renjun sudah menjadi dosen seni.
Rencana Jeno bersama Renjun memang sudah banyak. Beberapa hal juga sudah Jeno persiapkan seperti tabungan untuk masa depan. Dia dan Renjun sudah memiliki rekening untuk menyimpan uang yang mereka kumpulkan bersama untuk masa depan mereka. Jumlahnya juga lumayan banyak karena Renjun selalu mengisi rekening itu dengan uang pribadinya.
Saat Jeno sedang sibuk dengan pikirannya, seseorang tidak sengaja menyenggol bahu Jeno dan menjatuhkan sebuah koran ke paha Jeno. Saat Jeno akan memanggil orang itu, orang itu malah sudah pergi ke gerbong lain. Akhirnya Jeno memegang koran itu dan akan mengembalikan nanti jika bertemu orang itu lagi.
Jeno melihat jam tangannya dan ternyata dia sudah akan sampai sekitar sepuluh menit lagi. Karena semakin tidak sabar untuk sampai, Jeno terus melihat ke jendela kereta. Samar-samar Jeno melihat pantulan ponsel milik penumpang lain dari jendela kaca di depannya.
Awalnya Jeno hanya sekedar melihat apa yang dipantulkan oleh kaca itu. Tapi setelah orang itu menggulirkan layar ponselnya, mata Jeno menyipit setelah melihat ada foto yang dia kenal di ponsel orang itu.
Tapi anehnya Jeno tau jika foto itu ada di berita harian online karena orang yang memegang ponsel itu terlihat sedang membaca berita di situs web. Dengan spontan Jeno berdiri dan mendekat ke arah orang itu. Dia langsung merampas ponsel dari pemiliknya dan membaca berita apa yang ada di ponsel itu.
"...pelaku berinisial G sudah mendapat pembinaan. Penusukan di restoran SoupandSun yang terjadi pada tanggal tersebut kini sudah menjadi pembicaraan karena sang pelaku masih di bawah umur.
Menurut penuturan dari korban, korban mengalami trauma dengan tempat gelap dan saat ini sedang menjalani terapi dengan psikolog karena kejadian tersebut. Pelaku diketahui adalah teman satu sekolah dari korban dan motif dari penusukan tersebut adalah karena obsesi."
Jeno hanya membaca sekilas lalu menggulirkan layar ke atas. Jeno langsung terdiam setelah melihat foto Guanlin yang sedikit diblur. Tapi tentu Jeno mengenal foto itu meskipun wajahnya tidak jelas.
Jeno tersentak kaget setelah ponsel di tangannya diambil oleh pemiliknya. Wanita itu tampak marah karena Jeno mengambil ponselnya. Wanita itu memaki Jeno lalu mendorong tubuh Jeno. Karena keadaan Jeno yang masih kebingungan, tubuh Jeno sampai lemas dan jatuh hanya karena dorongan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUM
FanfictionPergulatan Na Jaemin dengan kerasnya hidup pada akhirnya membuat sebuah pertemuan yang sangat indah dengan Na Jisung. Meskipun Jaemin harus menuntun Jisung sendirian, dia tetap merasa mampu melakukan itu. Yang dilupakan Jaemin adalah sejauh apapun d...