№. 45

1.4K 118 23
                                    

Jaemin berjalan ke arah dapur rumah orang tuanya saat merasa haus. Begitu sampai di dapur, Jaemin mengambil minum dan meneguknya hingga habis. Seteleh selesai, dia kembali berniat menuju kembali ke kamar.

"Mydy."

Jaemin menoleh dan berbalik badan saat mendengar suara Jisung memanggilnya. Dia melihat kini Jisung berjalan menghampirinya dengan ekspresi sedih.

"Ada apa, sayang?" Tanya Jaemin setelah Jisung berdiri di depannya.

"Mydy, aku ingin menangis." Ucap Jisung tiba-tiba. Dia lalu meremat baju bagian dadanya dengan kuat. "Di sini rasanya sesak sekali. Aku merasa sangat sedih dan ingin menangis." Lanjutnya dengan air mata yang mulai menggenang di sana.

Jaemin mengusuk pelan rambut anaknya lalu menggandeng tangannya dan mengajaknya masuk ke dalam kamar. Begitu sampai di dalam kamar, Jaemin mengajak Jisung duduk di sofa panjang yang ada di dalam sana.

"Kenapa tiba-tiba ingin menangis? Tadi Jisung mengatakan ingin bermain dengan kucing. Apa kucing itu nakal dan melukai Jisung?" Tanya Jaemin setelah dia dan Jisung duduk di sofa.

"Bukan, mydy. Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat papa, dan ada perasaan tidak enak setelahnya. Aku ingin menangis saja rasanya."

Jaemin merentangkan tangannya. "Sini peluk mydy. Menangislah." Ucapnya.

Jisung langsung memeluk Jaemin lalu dia benar-benar menangis setelahnya. Yang Jaemin lakukan hanya memeluk Jisung, mengelus punggung dan belakang kepalanya untuk membuat anaknya nyaman dalam mengeluarkan emosinya.

Saat itu setelah perjalanan panjang dari Singapura menuju Korea, malam harinya Jaemin mulai menjelaskan pada Jisung tentang kenapa sebenarnya dia harus pergi dari Singapura. Jaemin juga menjelaskan beberapa hal kenapa Jeno harus pergi untuk bekerja.

Awalnya Jisung sulit mengerti. Dia juga sempat menangis karena mengkhawatirkan ayahnya. Namun setelah Jaemin terus memberi pengertian, Jisung akhirnya mulai paham dan merasa tenang.

Namun pagi ini entah kenapa Jisung malah menangis seperti ini padahal tadi dia berpamitan ingin bermain bersama kucing peliharaan yang ada di rumah ini. Jaemin jadi berpikir, apakah ada sesuatu dengan Jeno di sana hingga Jisung sekarang merasa ada yang tidak enak dalam dirinya hingga menangis?

"Mydy, papa pasti kembali, kan? Tidak mungkin papa pergi meninggalkanku, kan?" Tanya Jisung di sela tangisanya.

"Papa pasti kuat. Berdoalah pada tuhan agar papa diberi kesehatan."

"Tapi lama sekali, mydy. Kemana aku harus mencari kabarnya? Setidaknya aku ingin mendengar suaranya, mydy."

Jaemin tidak mengatakan apapun lagi. Dia hanya diam dan terus memeluk anaknya. Dia yakin Jisung harus meluapkan semua emosinya agar setelah ini Jisung bisa lega.

Setelah waktu berjalan beberapa saat, Jisung mulai tenang dan melepas pelukan Jaemin. Jisung mengusap air mata dan hidungnya. Setelah itu dia menatap Jaemin.

"Mydy, apa mydy tidak bisa melakukan sesuatu agar tau bagaimana kabar papa sekarang?" Tanya Jisung setelah berhenti menangis.

"Tidak bisa. Mydy sudah menghubungi paman Taeyong, namun nomornya tidak aktif. Mydy juga sudah bertanya pada paman Woonbin, tapi dia mengatakan tidak tau dimana keberadaan papa, dan dia juga tidak bisa mengetahui kabar papa. Maaf, Jisung. Untuk kali ini, mydy tidak bisa menuruti permintaanmu."

Jisung mulai hilang harapan. Tidak tau lagi bagaimana cara mendapat kabar ayahnya. Jisung tidak akan seperti ini jika tau pekerjaan Jeno normal, seperti pergi ke kantor, dan pekerjaan selayahnya orang lain. Dari apa yang Jaemin jelaskan kemarin, Jisung menangkap bahwa pekerjaan ayahnya sangat beresiko. Jisung tau ayahnya pasti kembali, namun dia tidak bisa memastikan ayahnya kembali dalam keadaan hidup atau mati. Itulah yang memberatkan Jisung saat ini.

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang