№. 40

2.2K 146 56
                                    

Jeno, Jisung, dan Jaemin pagi ini duduk di gereja. Mereka akhirnya berdoa bersama dan sejak baru duduk di tempatnya, Jisung sering menggenggam tangan Jaemin dan Jeno yang kini duduk di sisi kanan dan kirinya. Segala doa sudah Jisung lantunkan untuk tuhan dan doa yang paling banyak dia ucapnya adalah meminta kesehatan untuknya dan orang tuanya.

Selama Jeno hidup, ini adalah kali pertama dia mendatangi gereja untuk berdoa. Dia bukan dari keluarga religius, berbeda dengan Jaemin. Dia memang beberapa kali berdoa pada tuhan, namun itu hanya sekedar doa. Tidak pernah sama sekali dia mendatangi tempat suci ini untuk benar-benar ingin berdoa dengan serius.

Tadi juga saat Jeno duduk di dalam gereja, dia merasa tidak pantas ada di tempat ini. Sudah banyak sekali kejahatan yang dia lakukan, bahkan banyak nyawa yang hilang karena ulahnya. Namun saat dia melihat Jaemin dan Jisung berdoa, dia merasa semakin tidak pantas bersama dengan mereka. Seperti ada sebuah perbedaan yang mencolok antara dirinya dengan Jaemin dan juga Jisung.

Ada perasaan dalam dirinya juga bahwa selama ini Jeno terlalu jauh dari tuhan. Dia terlalu menjadi manusia yang sangat jahat bahkan kejam. Tangannya sering sekali dengan ringan menghilangkan nyawa manusia. Dia jadi berpikir untuk berhenti melakukan semua itu. Dia ingin berubah, setidaknya menunjukkan pada anaknya bahwa dia bukan seorang ayah yang kriminal.

Namun Jeno juga merasa berat melakukannya. Kakaknya sendiri merupakan ketua mafia terbesar dan pasti dia akan berkecimpung di dunia hitam itu. Dia tidak tau bagaimanan cara untuk keluar dadi sana dan memulai hidup positif bersama Jaemin dan Jisung.

Karena itu, Jeno berdoa pada tuhan untuk menunjukkan jalan yang bisa membuatnya berubah lebih baik lagi. Setidaknya meskipun tidak dalam waktu sekejap, tuhan bisa menuntunnya untuk mencari jalan keluar dari semua dunia kriminal yang selama ini dia jalani.

"Papa, sudahkah berbicara dengan tuhan?" Tanya Jisung.

"Sudah." Jeno menjawab seadanya. Jujur dia merasa perasannya bercampur aduk sekarang.

"Baiklah, ayo kita pulang." Ajak Jisung lalu melepas gandengan tangannya pada Jaemin dan Jeno.

Jeno berdiri dari duduknya diikuti dengan Jaemin dan Jisung. Setelah itu mereka sama-sama keluar dari gereja.

"Tuhan, tolong bantu aku membahagiakan Jaemin dan anakku. Aku tidak pernah berdoa padamu seserius ini sebelumnya, tapi aku mohon, apapun yang terjadi, lindungi Jaemin dan anakku di manapun mereka berada." Ucap Jeno dalam hatinya selama dia berjalan meninggalkan gereja.

Kini Jeno, Jaemin, dan Jisung sudah ada di dalam mobil. Jeno mengendarai mobilnya dengan perasaan yang sudah tidak bisa dijelaskan.

"Mydy, aku lapar. Kita makan dulu, boleh?" Tanya Jisung yang kini duduk di kursi belakang.

Jaemin melihat ke arah Jeno. "Kita cari sarapan dulu." Ucap Jaemin kepada Jeno.

Jeno tidak mengatakan apapun. Dia hanya diam dan terus menyetir. Keterdiaman Jeno membuat Jaemin berpikir bahwa ada sesuatu yang terjadi hingga Jeno hanya diam dengan ekspresi sekaku itu. Tidak biasanya Jeno seperti ini.

Namun Jaemin tidak ingin bertanya langsung. Rasanya juga Jeno cukup menyeramkan sekarang. Daripada salah bicara, Jaemin memilih diam.

Jeno lalu membelokkan mobilnya ke restoran mewah. Dia memarkirkan mobilnya lalu Jaemin dan Jisung turun dari sana. Setelah itu barulah dia menyusul.

"Makan apa?" Tanya Jaemin pada Jeno setelah mereka sudah duduk di meja dan pelayan menghampiri mereka dengan membawa buku menu.

"Terserah saja." Jawab Jeno seadaanya. Nada bicaranya juga tidak seperti biasa.

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang