№. 22

1.7K 128 12
                                    

«Nine years have passed»

Pistol di tangan kanan Jeno terus mengeluarkan peluru, sementara tangan kirinya masih memegang samurai pajang. Suara tembakan, teriakan, makian, bahkan jeritan kesakitan kini menggema di sebuah bangunan tua yang jauh dari pusat kota. Sudah terhitung satu jam perkelahian ini terjadi, Jeno masih tetap bisa berdiri tegap melawan musuh tanpa terluka sedikit pun.

Hari ini Jeno bertarung dengan salah satu kelompok mafia yang sebenarnya merupakan kepercayaan dari Jaehyun dan Taeyong. Meskipun begitu, sebenarnya bukan ketua mafia yang merencana semua ini melainkan orang terdekat dari mafia itu. Karena itu hari ini Jeno bergerak dengan anak buah Jaehyun tanpa Jaehyun ataupun Taeyong ketahui.

Brak!

Pintu kayu besar itu berhasil Jeno buka hanya dengan tendangan kaki kanannya. Di dalam sana sudah ada laki-laki yang berdiri ketakutan sambil membawa pistol di tangannya.

Senyum miring tercetak di wajah tegas Jeno. Menatap laki-laki yang sudah membuatnya kekacauan di mension Taeyong hingga hampir membahayakan keadaan Irene.

Sebenarnya memang laki-laki bernama Taemin ini sering membuat ulah di mension Taeyong. Taemin selalu menganggap bahwa Irene dalam bahaya di rumah Taeyong. Padahal Taeyong dan Jaehyun sudah menjelaskan pada Taemin bahwa mereka sengaja merawat Irene di mension Taeyong karena orang-orang sudah menganggap bahwa Irene sudah meninggal. Terlalu berbahaya jika harus merawat Irene di rumah sakit atau di luar pengawasan Jaehyun.

Meskipun sebenarnya Taemin adalah adik dari Irene, apa yang sudah dilakukan Taemin lebih banyak membahayakan Irene. Karena itu Jeno merasa Taemin sudah seharusnya dimusnahkan saja karena selalu membahayakan Irene.

Sudah beberapa tahun juga Jeno memaklumi dan membiarkan Taemin berulah. Tapi untuk saat ini, Jeno tidak memberikan pengampunan pada Taemin meskipun dia tau Taemin adalah adik dari ibunya.

"Mau aku bunuh kau dengan apa?" Jeno menurunkan pistolnya dan berganti mengarahkan samurai ke arah orang di depannya. "Jantungmu sepertinya enak sekali jika aku tusuk dengan ini. Bukan begitu, Taemin?"

Laki-laki berambut panjang itu menatap Jeno dengan amarahnya meskipun sebenarnya dia takut bukan main.

"Jika kau membunuhku, aku akan pastikan kau juga mati!" Bentak Taemin.

Jeno berdecih lalu maju selangkah. "Ancamanmu seperti mengancam anak-anak. Kau kira aku peduli dengan itu?"

"Kau akan menerima balasan dari Minho! Seharusnya kau tau betapa hebat kekasihku!"

"Jika dia kekasihmu dan dia adalah orang hebat seperti yang kau katakan, tidak mungkin dia membiarkanmu ada di sini sekarang."

"Tidak..." Taemin memundurkan langkahnya. "Dia mencintaiku! Dia akan membalas apa yang kau lakukan padaku!"

"Cinta?" Jeno menurunkan samurainya. "Orang bodoh sepertimu masih percaya bahwa cinta itu ada?"

"Kau gila!"

Jeno berganti menodongkan pistolnya. "baiklah, mari kita lihat bagaimana orang gila ini mencabut nyawamu."

"Jeno!"

Jari Jeno berhenti menekan trigger pistolnya setelah mendengar suara Jaehyun. Begitu menoleh ke belakang, Jeno melihat Taeyong dan Jaehyun berjalan menghampirinya bersama dengan Minho di belakangnya.

Jeno dengan kesal menurunkan pistolnya. Sudah dia duga bahwa Jaehyun dan Taeyong akan menghentikan semua ini.

Sementara itu Taemin juga menurunkan pistolnya dan berlari ke arah Minho. Dia langsung berdiri di belakang Minho dan meminta pertolongan darinya.

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang