Pagi ini Jaemin bangun lebih awal, namun dia tidak mendapati Jeno di sampingnya saat tadi dia bangun tidur. Dia hanya melihat ada tiang selang infus Jeno yang ada di kamar ini. Saat ini juga Jisung masih tertidur. Sepertinya Jisung kelelahan kemarin hingga saat ini tidur dan tidak menunjukkan tanda akan bangun.
Sebenarnya Jaemin ingin ke luar dan mencari Jeno. Namun dia urung melalukannya karena teringat kejadian penembakan kemarin malam. Dia merasa tempat ini bukanlah tempat aman dan apapun bisa terjadi di tempat ini.
Jaemin mengerutkan dahi setelah mendengar seseorang membuka pintu. Jaemin sempat takut, namun semua itu hilang setelah melihat Jeno datang dan kini dia terlihat sudah bisa berjalan dengan baik. Infusnya juga sudah tidak dia gunakan. Dia terlihat lebih segar hari ini.
"Dari mana?" Tanya Jaemin saat Jeno sudah berdiri di dekat kasur.
"Apa kau sudah bangun sejak tadi?" Bukannya menjawab, Jeno malah bertanya balik.
"Sudah. Kau dari mana saja?"
"Ada urusan tadi." Jeno melihat sekilas ke arah Jisung yang terlihat masih tertidur pulas. Setelah itu dia menatap Jaemin. "ada yang ingin aku katakan padamu. Kau ingin mandi dulu lalu kita bicara, atau bagaimana?"
"Sepertinya kau akan mengatakan hal penting. Tentang apa?"
"Nanti aku beri tau. Kau mandi dulu, atau bagaimana?"
"Langsung saja katakan padaku. Aku sudah menyikat gigi dan mencuci muka. Mandinya nanti saja."
"Baiklah, ayo ikut aku."
"Jisung bagaimana? Tidak ada yang menjaganya di sini."
"Banyak yang menjaganya bahkan sejak tadi malam. Kau pun mendapat penjagaan yang sama. Ini adalah markasku. Jangan risuakan keamanan anak kita."
Jaemin mengangguk paham lalu turun dari kasur dan menghampiri Jeno. Setelah itu Jeno menggandeng tangan Jaemin dan keluar dari kamar. Ternyata memang benar ada banyak orang yang menjaga Jisung di sini dan karena itu Jaemin merasa tenang meninggalkan Jisung yang masih terlelap.
Jeno membawa Jaemin ke ruang meeting, tempat dimana biasanya kelompok Jaehyun melakukan diskusi. Di ruangan itu juga ada Jaehyun dan Taeyong.
Jeno kini duduk di depan Jaehyun, sementara Jaemin duduk di depan Taeyong. Entah kenapa Jaemin merasa suasana di sini terasa tegang. Dia tidak tau ruangan apa ini. Namun jika dilihat dari luasnya ruangan dan banyaknya kursi, dia yakin ruangan ini adalah ruangan pertemuan untuk rapat atau yang sejenisnya.
"Selamat pagi, Jaemin. Aku harap kau tidak merasa ketakutan atau apapun. Di sini memang sering terjadi pertarungan atau kontak senjata seperti kemarin. Namun semua selalu bisa teratasi dengan baik. Jadi, jangan khawatir. Jeno juga selalu ada di sisimu. Kau dan Jisung tidak akan terluka." Jelas Taeyong setelah mengerti ekspresi wajah Jaemin sekarang.
"Terima kasih sudah menyambutku, kak." Balas Jaemin dan dia mencoba bersikap terlihat tenang.
"Jaemin, saat ini aku, kak Jaehyun, dan kak Taeyong membutuhkan keputusan darimu karena ini menyangkut orang yang sudah membuat masalah besar hingga mengancam nyawamu dan anak kita." Giliran Jeno yang bicara.
"Keputusan bagaimana maksudnya?" Jaemin masih belum paham.
"Keputusan antara membiarkan dia tersikasa dan mati sendiri, atau aku yang menbunuhnya."
Dahi Jaemin mengerut. "Apa semudah ini kau membunuh seseorang?"
"Aku tidak pernah membunuh seseorang jika orang itu tidak mengusikku. Masalahnya, orang ini sudah sangat mengusikku, termasuk membuat semua kekacauan ini terjadi. Mana mungkin aku diam saja membiarkan dia tetap berkeliaran dan berpotensi terus membuat kekacauan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUM
FanfictionPergulatan Na Jaemin dengan kerasnya hidup pada akhirnya membuat sebuah pertemuan yang sangat indah dengan Na Jisung. Meskipun Jaemin harus menuntun Jisung sendirian, dia tetap merasa mampu melakukan itu. Yang dilupakan Jaemin adalah sejauh apapun d...