Setelah cukup lama meyakinkan Jisoo jika dia adalah Jennie sahabat nya, lalu Jennie pun mengajak Jisoo dan Seokjin ke kedai kopi di dekat perpustakaan untuk melanjutkan percakapan. Jisoo sempat dilontari puluhan pertanyaan dari sahabatnya itu yang sedang mengkhawatirkannya. Lagipula siapa coba yang tidak khawatir jika sahabat sendiri tiba-tiba hilang tanpa kabar dan tidak dapat dihubungi selama 5 hari.
"Kau kemana saja?"
"Aku sudah mencarimu kemana-mana, kenapa kau tidak memberi kabar kepadaku?"
"Nomor mu juga tidak bisa dihubungi, apa ponselmu rusak hah!?"
"Aishhh menyebalkan! Kau tidak tau seberapa khawatirnya aku ketika kau menghilang Jasmine" Jennie terlihat memijat pelipisnya frustasi. Mengingat apa saja yang dia lakukan ketika Jisoo hilang. Bahkan dia sudah melaporkan ke kantor polisi dan meminta tolong kepada detektif untuk mencari keberadaan sahabat satu-satunya itu
"Hei maaf, aku tidak sengaja" Jisoo merasa bersalah sekarang
"Handphone ku rusak dan aku tidak mengingat nomormu. Sekali lagi aku minta maaf ya Jen, please... Aku menyesal"
"Aku tidak akan memaafkan mu"
"Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan permintaan maaf mu? Apa satu buah es krim cukup hm?" Jisoo berusaha menyogok Jennie dengan makanan favoritnya.
"Aku mau tiga" ucap Jennie sok cuek sambil melipat tangannya didepan dada dan membuang muka
"Deal"
"Ngomong-ngomong apa dia pacarmu?" Jennie menunjuk Seokjin dengan mata kucingnya.
"Eh bukan" Jisoo menjawab cepat, takut nanti Jennie malah salah faham
Seokjin yang sedari tadi hanya diam sambil memperhatikan kedua gadis didepannya beradu mulut tiba-tiba dirinya terpancing ketika Jennie mengira dia adalah pacar Jisoo.
"Kami berteman" Seokjin menjawab dengan datar
"Benarkah?" Jennie menatap sinis Seokjin dan Jisoo bergantian
"I-iya kami hanya berteman Jennie percayalah"
"Huh baiklah, lagipula jika kalian lebih dari teman pun tidak apa-apa"
"Heii!! Apa maksudmu" Jisoo memekik
"Hahahaha aku hanya bercanda, tapi aku rasa bercandanya cukup sampai disini aku punya berita yang sedikit menyedihkan untukmu Ji"
Jisoo membelakkan matanya.
"Ji?" Kening Seokjin mengerut
"Eh maksud ku Jas, Jasmine"
Apa ini? Apa dia memiliki dua nama? Sudah dua kali wanita itu salah menyebut nama Jasmine_ batin Seokjin
"Tentang apa?" Jisoo berusaha mengalihkan percakapan yang menyinggung tentang namanya tadi
"tempat kos mu"
*****
Seketika ekspresi wajah Jisoo menjadi murung. Baru beberapa menit tadi dia senang karena akhirnya bisa bertemu dengan sahabatnya tapi kini semua kesenangan itu mendadak sirna ketika ia melihat semua barangnya tertata rapi diluar kos nya. Dia memang sudah telat bayar kos 3 bulan ini. Uang yang seharusnya untuk membayar kos ia gunakan untuk membeli ponsel yang tidak berakhir lama karna rusak dikaki Seokjin beberapa hari yang lalu. Kini Jisoo benar-benar merasa menjadi gelandangan yang sesungguhnya.
"Maaf Jasmine aku tidak bisa menyelamatkan kos mu, sebenarnya aku ingin sekali membayarnya tapi uangku habis untuk membayar detektif untuk mencarimu" Jennie berusaha menjelaskan situasi yang sedang ia alami sekarang. Dia juga dalam kesulitan
"Tidak apa-apa, ini bukan salahmu Jen seharusnya aku membayarnya waktu itu bukan malah menggunakan uangnya untuk membeli ponsel", "rasanya sekarang aku seperti terkena karma, ponselku rusak dan aku diusir dari tempat kos ku" Jisoo menghela nafas panjang
Jennie pun memeluk Jisoo, ia berusaha menguatkan sahabatnya itu.
Drrt drrtt...
"Sebentar, sepertinya ada panggilan masuk" Jennie melepas pelukannya lalu segera menjawab penggilan dari ponselnya
"Halo.... Iya.....hm.... baiklah aku akan segera kembali"
Setelah menerima panggilan singkat itu Jennie langsung berpamitan kepada Jisoo karna harus kembali ke perpustakaan.
"Jasmine maaf, sepertinya aku harus kembali"
"Tidak usah minta maaf, kembalilah bekerja dan hasilkan uang yang banyak Jenn" Jisoo menepuk pundak Jennie beberapa kali sambil tersenyum. Dia tidak mau Jennie merasa bersalah lagi.
Sebelum Jennie benar-benar pergi dia memberikan kartu namanya kepada Jisoo. Setidaknya nanti jika mereka tidak bertemu lagi Jisoo masih bisa menghubunginya lewat nomor di kartu nama tersebut
****
Jisoo berjalan menyusuri trotoar sambil menyeret kopernya. Ia tidak tahu lagi harus kemana sekarang. Pandangannya kosong menatap jalan hingga dia tidak sadar jika Seokjin dari tadi mengikutinya. Bukan, bukan karna khawatir hanya rasa kasihan saja. Itu yang terpikirkan dibenak Seokjin. Memang mau kemana gadis yang tidak tau arah dan tidak punya uang itu pergi?. Dia tidak memiliki tujuan yang pasti
"Hei" Seokjin mencoba memanggil Jisoo
"....." Tidak ada sautan dari gadis didepannya itu
"Hei nona!" Kini Seokjin lebih mengeraskan suaranya
"....."
"Jasmine!"
"....." lagi-lagi Jisoo masih tidak menyaut
Karna merasa geram Seokjin menarik tangan Jisoo hingga berhadapan dengannya
"Apa kau tuli hah!? Aku memanggilmu dari tadi!"
"Kau.....siapa?" Jisoo bertanya enteng
"Haisssss, kau melupakanku lagi. Aku SJ! SJ! ingat?" Seokjin menekankan namanya
"Ah SJ, aku pikir kau sudah pergi"
"Hah?"
"Tanggung jawab mu sudah selesai kan, kau sudah mengantarkan ku kembali ke kosan ku. jadi aku pikir kau sudah pergi"
Seokjin terdiam sejenak. Dia menatap lekat wajah Jisoo yang tanpa ekspresi itu. Seokjin bisa melihat kesedihan dari mata Jisoo yang berusaha ditutupi.
"Kau akan kemana?" Tanya nya
"Entah" Jisoo menjawab lesu
"Sudahlah tidak usah kau pikirkan, aku pasti akan segera mendapatkan tempat tinggal dan pekerjaan kembali. Sebaiknya kau pulang saja. Jake pasti sudah menunggumu dirumah" Jisoo melepas genggaman tangan Seokjin lalu berbalik
"Tunggu" Seokjin mencekal lengan Jisoo kembali
Jisoo mengernyit. Apa lagi yang pria ini ingin sampaikan?_pikirnya
"Kau......"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Mau tinggal dirumahku?"To b3 c0ntinued 🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mission (JinSoo)
RomanceJisoo Kim seorang gadis berusia 24 tahun yang menderita Prosopagnosia alias face blindness yang membuatnya kesulitan mengenali wajah setiap orang yang ditemuinya, bahkan mengingat wajahnya sendiri pun sulit. Selain sulit mengingat wajah orang dia ju...