Chapter 9_ Kehidupan Menyedihkan

172 32 6
                                    

Lagi-lagi kedua insan berbeda jenis kelamin itu terlihat duduk di bangku di samping jalan raya.

"Sudah puas?" tanya Seokjin pada Jisoo yang sedari tadi menatap lurus kearah jalan raya

"Diamlah!"

Seokjin berdecih pelan lalu mengalihkan pandangannya.

"Kita harus kemana sekarang?" bukan Seokjin tapi kini Jisoo lah yang bertanya

Seokjin menyingkap lengan bajunya untuk melihat jam tangan miliknya

"Sekarang sudah pukul 2 siang, jika kau ingin melanjutkan ke perpustakaan selanjutnya mungkin nanti kita akan pulang tengah malam" ucap Seokjin penuh pertimbangan

"Jadi bagaimana?"

"Menurutmu bagaimana?" Jisoo mendongakkan wajahnya untuk menatap Seokjin

Seokjin terlihat mengendikkan bahunya sambil menggelengkan kepalanya pelan

"Entahlah". "Kenapa tidak kau sendiri yang memutuskan?"

"Aku.....em....." Jisoo berpikir keras. Setelah berpikir cukup lama akhirnya Jisoo memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan selanjutnya dan Seokjin hanya mengiyakan.

Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan mereka sampai di perpustakaan yang ketiga dan kali ini mereka mendapati keadaan yang tidak jauh beda dari perpustakaan-perpustakaan yang dikunjungi sebelumnya. Orang-orang disana tidak mengenali Jisoo.

Sekarang sudah pukul 6 sore, Jisoo duduk di bangku bus yang bersebelahan dengan Seokjin. Ya, mereka sekarang berada dalam perjalanan pulang. Raut wajah masam Jisoo dapat Seokjin lihat jelas lewat pantulan kaca. Sedari tadi gadis itu menatap keluar jendela bus tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Seokjin bisa menyadari bahwa gadis itu sedang dalam kondisi mood yang kurang baik sejak keluar dari perpustakaan tadi. Dua penumpang yang sedang berkutik dengan pikirannya masing-masing itu membuat keadaan didalam bus semakin hening.

"Maaf" ucap Jisoo tiba-tiba

"Untuk apa?" Seokjin bertanya balik

"Karna sudah membuang-buang waktumu"

"....dan uangmu" cicit Jisoo begitu pelan

Tidak ada sautan apapun dari Seokjin hingga beberapa saat kemudian Seokjin tiba-tiba berdiri dari tempatnya. Jisoo langsung mengalihkan atensinya kepada Seokjin.

"Ayo pulang" bus berhenti, mereka sudah sampai di pemberhentian terakhir bus.

Seokjin mengulurkan tangannya tepat didepan wajah Jisoo. Jisoo diam. Dia tidak menjawab ajakan dari Seokjin ataupun membalas uluran tangannya. Beberapa detik kemudian Jisoo beranjak dari tempatnya lalu berjalan keluar bus meninggalkan Seokjin. Seokjin segera mengejar langkah Jisoo. Dia tetap berjalan dibelakang gadis itu dan memastikan mereka berada dijalan yang benar agar tidak tersesat.

"Hei"

"Tinggalkan aku sendiri" Jisoo berucap sambil menundukkan kepalanya

"Kau serius?"

"Iya"

"Aku tidak tau sampai kapan aku akan merepotkan mu, lagipula itu hanya sebuah ponsel aku akan membelinya lagi lain kali" jelas Jisoo

"Kau hanya bisa membeli ponsel itu jika sudah kembali bekerja, tapi sekarang? Apa kau yakin bisa membelinya? Bahkan jalan pulang pun kau tidak tau apalagi sampai bekerja dan membeli ponsel cih!" ucap Seokjin sedikit nyelekit

"Mulutmu benar-benar kasar tuan, tapi aku tidak bisa menyangkal perkataan mu tadi" Jisoo menghela nafas berat

"Menyedihkan"

"Ya kau benar, hidupku memang sangat menyedihkan"

"Kehidupan ini tidak adil kepadaku. Entah aku punya salah apa di kehidupan sebelumnya sampai tuhan memberiku kehidupan seperti ini" Jisoo tiba-tiba berhenti dari langkahnya. Dia berjongkok memeluk dirinya sendiri sambil menyembunyikan wajahnya diantara lututnya.

Seokjin membiarkan Jisoo dengan posisi seperti itu. Dia hanya diam dan memperhatikan gadis menyedihkan yang sedang memeluk dirinya sendiri itu hingga terlihat pundak Jisoo sedikit bergetar.

apa dia........menangis?_batin Seokjin

Jisoo berusaha keras menahan suara isakannya namun masih bisa Seokjin dengar. Lima belas menit berlalu terlihat tubuh Jisoo sudah tidak bergetar dan tidak terdengar suara isakan lagi

"Kau akan terus seperti ini sampai kapan? Asal kau tau kakiku sampai kram karna menunggumu" Seokjin berucap sambil bersedekap dada

Jisoo mendongakkan kepalanya perlahan. Dia bisa melihat samar dari mata berairnya pria berbahu lebar berdiri tegap didepannya .

"Kau masih disini? Aku kira kau sudah per-"

"Apa kau gila hah? Bagaimana bisa aku membiarkan seorang gadis tunawisma yang tak bisa menghafal jalan berada ditengah kota sendirian?"

"Kenapa? Apa karna kau kasihan kepadaku? Jika memang seperti itu lebih baik kau pergi saja tuan. jangan menyia-nyiakan waktumu untuk mengurusi gadis tunawisma yang tak berguna seperti ku"

"Kau masih tanggung jawabku sebelum kau menemukan rumah dan tempat kerjamu. Aku bukan tipe orang yang tidak bertanggung jawab asal kau tau"

"....."

"Ck! Cepatlah, hari semakin petang" Seokjin yang merasa tidak sabar pun langsung menarik lengan Jisoo dan membawanya pergi dari sana. Jisoo hanya pasrah mengikuti kemana Seokjin membawanya. Sekarang satu hal yang berada dibenaknya Seokjin bukankah orang jahat, sama sekali tidak.

"Ngomong-ngomong hapus dulu ingusmu. kalau aku boleh jujur kau terlihat semakin jelek dengan air mata itu" Seokjin berbicara sambil berjalan memegang tangan Jisoo

"Cih! Kau selalu saja mengejek ku. apa kau merasa menjadi pria paling tampan sehingga bisa mengejek seseorang sesuka hatimu hah?" Jisoo menatap kesal Seokjin

"Tentu saja"

"Menyebalkan!" Jisoo menghentakkan langkahnya. Selalu saja begini, Seokjin selalu saja membuatnya kesal setiap saat setiap waktu.

"Tapi ada benarnya juga. Aku tidak memakai rutin skincareku akhir-akhir ini. Apalagi ketika berada di rumahmu. Jadi apakah boleh aku-"

"Apa kau berniat menambah jumlah pengeluaranku lagi nona?" Seokjin sudah bisa menebaknya

"Ayolah itu hanya face wash. Tidak bisakah kau membelikannya untuku SJ? Kau bahkan mampu membeli 2 buah sandwich tapi kau tidak mampu membeli sebuah sabun cuci muka?"

"Kau bisa memakai milik Jake nanti dirumah"

"Itu berbedaaaaaa. Face wash untuk laki-laki dan perempuan itu formulanya berbeda. Aku tidak mau mengambil resiko dengan memakainya" Jisoo mengerucutkan bibirnya kesal. Entah sudah berapa kali Seokjin membuatnya kesal sehari ini. Tidak terhitung banyaknya.

"Yasudah tidak usah pakai kalau gitu" Seokjin menjawab seadanya

"SJ pleaseeeeee...., Aku janji aku akan menggantinya jika punya uang nanti"

"Memangnya kapan kau punya uang? Jika punya pun uangmu tidak akan lebih banyak dari milikku"

"Tentu saja nanti jika aku sudah kembali bekerja! Aku pastikan kau yang akan berada di bawahku SJ"

"Tidak akan"

"HEI!!!"

"Diamlah dan fokus ke jalan atau kau akan melewatkan toko skincare nanti"

"Kau-" Jisoo dengan emosi yang meluap-luap mendadak tenang setelah mendengar kata 'toko skincare'

"Jadi kau akan membelikan ku face wash?"

"Cepat atau lambat kau akan mengganti uang ku ini jadi secara teknis kau membelinya sendiri nona"

"You're right"
















To b3 c0ntinued 🔜

Secret Mission (JinSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang