23. Sadar

2.1K 41 0
                                    

"Naomi, kamu belakangan ini sibuk yaa. Tante telfon tidak kamu angkat".

"Iyaa tante, aku sibuk pemotretan jadi gak sempet bales telfon tante".

"Apa kamu tau, Ara kecelakaan". Ucap Vio yang kini berada di restoran bersama Naomi.

"Apa tante?!! Kok bisa?!!".

"Iyaaa Naomi, Papanya Bara yang bilang sama tante dan parahnya malah tante yang di tuduh nyelakain Ara".

"Gak mungkin tante dong, tante gak akan senekat itu kan tante?".

"Gak akan dong Naomi. Tante kan baik". Ucapnya tersenyum.

"Ohiya Naomi, gimana sama perusahaan Papi kamu di sana? Udah membaik kan?".

"Udah tan, ada perusahaan lain yang bantu".

"Syukurlah, sorry yaa tante gak bisa bantu karna kamu tau sendiri kan tante gak punya kuasa atas perusahaan". Katanya mengelus tangan kiri Naomi.

"It's okay tante. Yang penting Bara secepatnya akan jadi milik aku kembali". Naomi tersenyum seakan keinginannya akan tercapai.

••|••

"Tolong copy rekaman CCTV ini ya pak". Ucap Bastian kepada satpam yang bertugas menjaga CCTV.

"Maaf untuk hal apa ya?".

"CCTV itu ada bukti orang yang menabrak lari temen gue pak, jadi tolong kerjasamanya ya pak". Sahut Ray.

"Oh baiklah kalau begitu".

Tidak butuh waktu lama rekaman CCTV itupun berada di tangan Bastian sekarang, keduanya pergi dari tempat ruangan CCTV menuju ke Bramasta Hospital.

"Sayang.. Kamu inget kan kalau bulan depan di hari ulang tahun kamu, aku akan ajak kamu ke London". Ujar Bara berada di ruang vvip 01.

Bara tersenyum mengelus pipi kekasihnya. "Kita akan pergi ke London ketemu kak Bram, kamu sendiri kan yang pengen ketemu sama kak Bram".

"Trus kamu inget juga kan, kalau kamu akan ajak aku ke makam almarhum ayah sama bunda... Ayo sayang.. bangun...".

Air mata Bara kembali menetes. "Bangun sayang... Aku kangen... Aku kangen suara kamu, aku kangen...".

Bara menundukkan kepalanya mencium tangan Ara, menangis di sana. Tanpa Bara sadari air mata mengalir dari mata tertutup Ara itu artinya Ara merespon apa yang Bara lakukan untuknya.

Bara mendongak menatap Ara. "Agatha... sayang kamu menangis..". Ucap Bara sadar.

Bara segera menekan tombol untuk memanggil dokter, hanya dengan dua kali menekan dokter pun segera datang.

"Iyaa knapa Bara?". Kata dokter Justin.

"Pacar gue.. Agatha ngeluarin air matanya kak. Agatha udah sadar kan". 

Justin memeriksa keadaan Ara. "Bagus. Ara semakin membaik, pacar kamu merespon kamu Bara. Mungkin hanya kamu yang bisa menyadarkan dia kembali".

Bara tersenyum lalu mengecup kening Ara. "Kamu hebat sayang... teruslah bertahan dan cari jalan keluar dari kegelapan sana. Aku disini nunggu kamu Agatha". Ucap Bara berbisik di telinga Ara.

Jari jari Ara bergerak sedikit, diketahui oleh Justin. "Ara akan segera sadar". Katanya.

"Saya tinggal ya Bara, hubungi saya lagi jika terjadi apa apa". Pamit Justin diangguki Bara.

My Protective BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang