24. Vingt-Quatre

1.6K 156 1
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!

--------------------------------------------------------------

Lisa POV🌸

Aku mengajak Jennie pulang, ke apartemenku di mana ada mommy dan daddy yang pasti sudah menungguku dan siap memarahiku ketika sampai.

Hm, tidak apalah, yang terpenting Jennie bisa senang dan tidak marah padaku akibat menahan rindu.

Aku dan Jennie sedang dalam perjalanan pulang, sambil menyetir kami mendengarkan musik Sexy J, bernyanyi bersama karena aku penggemar beratnya.

10 menit perjalanan, Jennie tertidur di sampingku. Sekarang mobil sudah masuk di garasi apartemenku, dan bagaimana caraku membangunkannya? Apa harus aku membangunkannya segera? Atau kubawa saja dia? Hm..

"Sayang, kita sudah sampai" ucapku laun, Jennie terusik dan membuka matanya, sementara kepalanya kubelai dengan lembut.

"Engh, hon.. Kita sudah di Thailand?"

"Mwo? Ya ampun, kau bermimpi hm? Kita di garasi apartemenku sekarang. Kita turun hm? Biar kugendong jika kau masih mengantuk, nanti kita lanjutkan bobonya di kamarku"

"Tidak usah hon, nanti kau berat, aku jalan saja"

"Tidak, sayangku. Sebentar aku keluar dulu em?"

Aku bersedia menggendong Jennie sampai ke kamarku, tapi dia menolak dan terpaksa berjalan hingga masuk ke dalam lift.

Di dalam lift aku melihat Jennie yang terus terkantuk-kantuk, sampai akhirnya aku membungkuk, berjongkok di hadapannya, dan menoleh ke arahnya.

"Jika kau menolakku kali ini, artinya kau tidak mematuhi apa yang aku perintahkan untuk kebaikanmu. Baiklah, sebagai istriku kau harus patuh" Aku tidak bisa menggunakan kalimat apa pun lagi, agar dia menuruti perintahku. Aku tidak tega melihat Jennie menahan kantuknya.

"Kau memang tukang nego ya, ciz, dasar pemaksa" Jawabnya, lalu memeluk punggungku dan mengecup pipi kananku. "Gomawo hon, i love you"

"I love you too, tidur yang nyenyak hm? Aku akan membawamu sampai ke dalam kamar"

"Emh" dan Jennie memejamkan mata setelah lift sampaii di lantai apartemenku.

Aku berjalan sembari menggendong calon istriku yang tengah nyenyak tertidur ini. Sementara jarak lift dan rumahku tidak begitu jauh, tapi juga cukup dekat.

Kutekan bel di dekat pintu rumahku nomor 23, tak lama seseorang membuka pintu dan menutup mulutnya. Ya, itu adalah mommy.

"Kenapa kau membawa menantu mommy ke rumah? Sudah mommy bilang jangan bertemu dulu sebelum 7 hari sampai pernikahan kalian" ucap mommy memarahiku dengan suaranya yang laun.

Huhffhh.. ada untungnya juga Jennie tidur, jadi aku tidak dimarahi mommy dengan nada tingginya, hihi..

"Ssstt.." Aku tidak mau bicara, karena Jennie sangat peka pada suaraku.

Ma Moitié ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang