"You look like changed 180 degrees now, even the scent of your eyes that was too warm has change"- BEN -
Lalisa terbangun dengan wajah panik. Astaga, ia melewatkan satu jam berharga yang biasa ia gunakan untuk bersih-bersih.
Ia mencepol rambut, menoleh pada Jeika yang masih pulas.
“Jei, udah jam setengah 7,” ucapnya pelan seraya menyisir rambut bergelombang pria itu.
Jeika menggaruk wajah, menggumam tidak jelas, masih butuh tidur lebih lama.
Lalisa merunduk untuk mengecup pipi pria itu sebelum beringsut turun pelan-pelan sambil menahan perut besarnya.
Ia bergegas mencuci muka dan menggosok gigi, sebelum memungut pakaian Jeika yang semalam diletakkan asal dan menaruhnya di keranjang kotor.
Beranjak ke dapur, ia memasak nasi sambil dengan cepat mengiris bawang untuk ditaruh di dalam telur yang ia siapkan. Bila sudah terlambat seperti ini, menu cepat seperti telur dadar dan tumis sayur adalah pilihan paling tepat.
Sementara mendadar telur, ia memanggang beberapa tangkup roti. Ia akan mengolesinya dengan selai, mungkin bisa dimakan Jeika sebagai pengganti dessert siang nanti.
Ketika Jeika muncul di dapur dengan tampilan rapi dan segar, ia menyapa dan menghidangkan segelas teh.
Jeika seperti masih butuh tidur, tampangnya terlihat lucu karena menyipit-nyipit saat meneguk teh. Alisa ikut duduk begitu semua masakan yang ia siapkan sudah matang.
Ini hari minggu, setelah ini ia perlu ke gereja untuk ibadah pagi. Ia melirik Jeika—pria ini sudah sangat lama tidak beribadah bersamanya. Rasanya begitu lama karena selama ia ke gereja—pria itu tidak ada.
“Jei, hari ini bisa izin sebentar sama Kak Rhea?” mulainya dengan suara lembut.
Jeika yang akan menyuapkan nasi ke dalam mulut, mengangkat kepala. “Izin?”
“Kita ibadah sama-sama ke gereja. Mau?”
Pria itu memilih melihat piring yang terisi telur dan sayur. “Aku gak bisa.”
Lalisa mengerjap, ia sudah menduganya. “Pulang kerja kita gereja malam, mau? Aku tunggu.”
Ada hening sebelum Jeika menjawab, “Gak bisa, Sa.”
Lalisa menarik senyum getir, tidak lagi berusaha meminta pria itu beribadah. Mungkin memang harus sendiri saja. Ia juga sudah terbiasa beribadah tanpa pria itu.
🌷🌷
🎼 Tak kutahu kan hari esok, namun langkahku tegap 🎼
🎼 Bukan surya kuharapkan, karna surya kan lenyap 🎼
🎼 Oh tiada ku gelisah akan masa menjelang 🎼
🎼 Ku berjalan serta Yesus, maka hatiku tenang 🎼
Setelah nyanyian selesai, Doa Bapa Kami diucapkan secara bersama-sama. Lalisa tetap berdoa untuk kemudahan hidup. Ia ingin kedepannya tetap baik-baik saja, tanpa ada luka, tanpa ada tangis.
Ia memberikan uang persembahan—tertegun saat melirik ke seberang dan menemukan pasangan yang beribadah bersama. Lalisa segera mengalihkan pandangan.
Akan bohong bila ia mengatakan tidak ingin seperti mereka—ia sangat ingin Jeika ada di sini bersamanya. Sekadar berdoa saja kepada Tuhan, sekadar menyerahkan diri saja kepada Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Dandelion✔
RomanceIni tentang Jeika dan perjuangannya dalam mempertahankan pernikahan. Jeika will do anything, because Lalisa is his everything. Cover inspired by mozzarara.