I'm sorry, don't leave me, I want you here with me. I know that your love is gone. I can't breathe, I'm so weak.
-SLANDER-
Ibu menyelipkan tubuh untuk masuk ke dalam rumah. Di tangan kanan, Ibu menggenggam kantung plastik berisi dua kotak donat. Donat dari Gordon—kesukaan Lalisa.
“Ibu kok gak bilang-bilang dulu mau mampir,” ucap Lalisa sembari memindahkan kotak donat tersebut ke meja ruang tamu.
“Tadi niatnya cuma jalan-jalan aja, terus pas lewat Gordon teringat kamu, kamu kan suka donat dari sana.”
Ibu mengedarkan pandang ke seisi rumah. Rumah sederhana yang bersih—namun tentu saja tidak layak untuk putrinya.
“Gimana Baby? Baik-baik kan kalian berdua?” celetuk Ibu.
Lalisa mengangguk sebagai jawaban, dibarengi dengan elusan di perut. “Dia makin sering nendang-nendang.”
“Asupan makanan oke? Makan vitamin? Rajin konsul ke Sean?”
“Bulan ini udah kok cek ke Sean, makanan sama vitamin oke kok.”
“Oh,” ucap Ibu masih menilai seisi rumah sampai berhenti di foto pernikahan yang sengaja Jeika pajang di ruang tamu. “Gini, Sa,” mulainya.
“Kamu kan udah hamil tua nih, masa-masa rawannya bumil, harus banget dipantau plus dijagain. Nah biasanya tuh kalau hamil anak pertama, pasti lahiran di rumah orang tua biar aman aja gitu. Kan kamu sama Jeika juga belum ngerti-ngerti amat ya soal lahiran.”
Sementara Lalisa mendengarkan, Ibu menggegam lembut tangannya. “Nah, Ayah sama Ibu udah diskusi mengenai hal itu. Kata Ayah ada baiknya besok atau lusa kamu tinggal di rumah Ibu aja. Lagian Jeika juga lagi sibuk-sibuknya kerja ya? Capek. Ibu kasihan juga lihatnya. Kamu juga pasti pengen lahiran dengan nyaman dan aman, dan di rumah Ibu itu kan ada dokter pribadi—Mbak Kinan, dia bisa handle lahiran baby kamu, paling nanti tambah perawat lain untuk bantu-bantu.”
“Itu—Lisa perlu tanya ke Jeika dulu, Bu.”
“Gakpapa—kalau mau diskusi dulu silakan. Tapi emang baiknya kamu di rumah Ibu aja sampai lahiran nanti—biar semuanya aman.”
Lalisa menarik senyum dan mengangguk. “Iya, Bu.”
🌷🌷
Harusnya Lalisa cukup menelepon saja. Tetapi sejak kemarin pria itu memang sulit untuk dihubungi, Lalisa butuh menemuinya secara langsung untuk menanyakan perihal Baby sekaligus mengirim tambahan makan siang.
Dengan bantuan taksi online, Lalisa sampai di restoran milik Rhea, tepat pukul 11 lewat 45 mendekati jam makan siang.
Restoran tidak terlalu ramai, untungnya. Jadi Lalisa punya kesempatan untuk memilih tempat duduk yang nyaman. Ia mengambil satu kursi yang dekat dengan jendela, memilih duduk di sana sambil melambai pada Rhea yang tersenyum mendapati keberadaannya.
Rhea menemuinya sebentar, sebelum beranjak karena ternyata ia dijemput oleh Andra untuk makan siang di tempat lain. Selanjutnya—Lalisa dihampiri oleh Jamal yang adalah magnet makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Dandelion✔
RomanceIni tentang Jeika dan perjuangannya dalam mempertahankan pernikahan. Jeika will do anything, because Lalisa is his everything. Cover inspired by mozzarara.